Model Berkaftan Pencetak Sejarah di Kontes Kecantikan
- instagram.com/ms_munajama/
VIVA.co.id – Melangkah dalam ajang kontes kecantikan dengan penampilan berbeda di salah satu sesi paling diminati, seakan tak mengikis rasa percaya diri Muna Jama. Model Muslim itu terlihat menakjubkan, di tengah parade puluhan model dalam balutan bikini seksi.
Wanita asal Forest Gate, London Timur ini tampil berbeda dan hanya satu-satunya peserta yang mengenakan gaun kaftan dalam sesi bikini di ajang Miss Universe Britania Raya 2017, beberapa waktu lalu.
Dia memilih memakai gaun panjang dengan motif cantik warna-warni dipadu dengan kalung choker, anting hoop dan wedges hitam.
Penampilannya yang tak biasa tersebut menjadi sorotan dan heboh seketika. Itu, karena sebagai kaum minoritas, dia berhasil berjalan di panggung prestisius tanpa menanggalkan 'labelnya' sebagai seorang Muslim, dengan tetap memilih memakai pakaian tertutup.
Kendati demikian, untuk bisa berada di sana dan berkompetisi dengan 39 wanita seksi berbusana minim, bukan hal mudah. Dua tahun lalu, dia memilih 'angkat koper' dari ajang tersebut, lantaran dipaksa memakai bikini, yang bertentangan dengan keyakinan yang dipeluknya.
Cetak sejarah
Setelah dua tahun berlalu, tahun ini dia kembali ke ajang yang sama, namun dengan kepercayaan diri dan keteguhan yang lebih kuat dan keyakinan yang tak luntur. Dia kembali meyakinkan dan melobi panitia Miss Universe Britania Raya untuk bisa mengenakan pakaian tertutup dalam sesi bikini, atau baju renang.
Kali ini, usahanya berhasil. Dia mendapat restu mengenakan kaftan warna cerah tersebut dalam ajang pamer tubuh seksi. Dia berhasil mencetak sejarah di dunia kontes kecantikan dunia sebagai peserta pertama yang memakai kaftan di sesi bikini.
"Saya tidak akan memakai bikini ke pantai, jadi saya tidak akan memakainya dalam sebuah kompetisi ini demi mendapatkan poin," kata dia, seperti dilansir dari Teen Vogue, Senin, 7 Agustus 2017.
Lebih lanjut, dalam emailnya kepada Vogue Arab, Muna menegaskan dia ingin tetap setia pada diri sendiri dan tidak melakukan apa pun di luar kehidupan normalnya. Wanita berusia 27 tahun ini menambahkan bahwa dia juga tidak ingin berpura-pura menjadi orang lain.
Kendati berhasil memakai busana yang diinginkan, perjalanan model kelahiran Somalia-Inggris ini ternyata tak mulus. Dia sempat mengalami kejadian menegangkan sebelum malam final. Kaftan yang akan dikenakan terbakar dan membuat lubang cukup besar di bagian punggung.
Beruntung, teman sekamarnya yang juga salah satu finalis Miss Universe Britania Raya datang untuk menyelamatkan kaftan itu dan memperbaiki lubang dengan menggunakan peniti, sehingga dia bisa memakainya. "Tanpa kaftan itu, saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan," ujar Muna.
Di sisi lain, sikap berani Muna merupakan kemenangan lain bagi wanita Muslim di industri fesyen dan kecantikan. Dia bergabung bersama dengan model berdarah Amerika-Somalia, Halima Aden, yang menjadi simbol fesyen Muslim, ketika menciptakan sejarah pada tahun lalu dengan menjadi model dengan jilbab pertama dalam kontes kecantikan Miss Minnesota. Halima juga peserta pertama dalam kontes kecantikan yang memakai burkini dalam sesi bikini.
Berikutnya, banjir dukungan>>>
***
Banjir dukungan
Aktivis sebuah organisasi hak manusia sekaligus co-founder start-up Cloudless Research, yang bekerja untuk memerangi migrasi ilegal dan pelecehan anak di Afrika timur itu memutuskan mengikuti kompetisi ini, karena tertarik pada kegiatan kemanusiaan terkait dengan kontes kecantikan.
Banyak kontestan di Miss Universe menggalang dana dan berupaya meningkatkan kesadaran untuk membantu orang yang rentan dan anak-anak yang membutuhkan pengobatan.
Sementara itu, dalam akun Muna di Instagram, dia menulis bahwa dibutuhkan keberanian, ketahanan emosional dan paling penting berada di sekeliling orang-orang yang berpikiran kuat yang siap melakukan perubahan besar dan positif. Dan, momen dia berada di ajang kecantikan tersebut membuktikan bahwa dirinya mampu melakukan hampir semua hal yang dipikirkan dan keterbatasan adalah status yang perlu diubah.
Dalam kompetisi ini, sayangnya Muna hanya menjadi finalis. Gelar juara diraih oleh Anna Burdzy, yang akan mewakili kontes Miss Universe di tingkat internasioal. Kendati demikian, dia mengucapkan terima kasih kepada sejumlah pihak yang mendukungnya.
"Saya berterima kasih kepada semua orang yang berdiri di samping saya dan percaya pada visi saya," ujarnya.
Hal itu mendapat respons positif dan pujian warganet. Salah satu warganet mengaku salut dengannya lantaran Muna tetap teguh dengan pendiriannya. Sementara itu, lainnya mengatakan bahwa dia telah menginspirasi banyak orang.
"Anda telah menginspirasi banyak orang yang menganggap mereka tidak bisa melakukannya," tulis warganet lain.
Bahkan, seorang warganet asal Indonesia, juga menulis dalam halaman komentar bahwa dia bangga dengan keputusan yang diambil Muna. Dia pun mulai menjadi pengikutnya di Instagram, setelah membaca berita tentang penampilan Muna di Miss Universe Britania Raya.
Tak hanya warganet, sejumlah desainer Tanah Air juga merespons positif keputusan Muna. Desainer busana Muslim Jeny Tjahyawati memuji Muna yang memilih mengenakan kaftan dibanding bikini dalam ajang kecantikan itu. Dia mengatakan, hal itu bisa saja diterapkan dalam ajang serupa di negara lain, terutama di negara dengan mayoritas Muslim seperti Indonesia.
"Indonesia seharusnya bisa menerapkan, karena penduduknya terbesar Muslim. Tidak harus berbikini tetapi bisa diganti dengan baju sopan," ujar dia kepada VIVA.co.id.
Menurutnya, ini suatu terobosan baru untuk wanita Muslim agar berani dan mendapat pengakuan dan sambutan di ajang kontes kecantikan. Sama seperti Halima Aden yang mulai diakui dan disejajarkan dengan model top dunia, dia berharap Muna juga bisa menjadi semangat baru dan bernasib sama di masa depan.
Setali tiga uang, desainer Indonesian Fashion Chamber (IFC) Hendri Budiman juga mendukung kaftan bisa dikenakan sebagai pengganti bikini bagi peserta yang menginginkannya. Menurut dia, langkah Muna pun bisa ditiru karena Miss Universe bukan hanya soal kompetisi kecantikan, tapi juga kecerdasan dan kepribadian.
"Pada prinsipnya saya setuju bila bikini di acara Miss Universe, atau ajang kecantikan lain diganti dengan kaftan daripada selama ini menjadi pro dan kontra," kata dia kepada VIVA.co.id.
Selanjutnya, sejarah kaftan>>>
***
Sejarah kaftan
Soal kaftan yang dikenakan Muna, memiliki sejarah panjang hingga dikenal dunia. Kaftan merupakan simbol keeksotisan dan gaya hidup seorang bohemian, yang beberapa tahun belakangan menjadi istilah yang ditunggu di dunia fesyen yang mengacu pada tunik, atau jubah longgar. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan berbagai busana berbeda yang berasal dari Timur Tengah dan Afrika Utara, misalnya djellaba, abaya, dan burnouse.
Kaftan asli memiliki potongan sempit, kain panjang dengan lengan tertutup, baik dengan leher terbuka atau sama sekali terbuka hingga bagian bahwa, terkadang ada juga yang dikancing. Kain yang sangat bervolume tanpa potongan lengan yang tegas, yang seringkali disebut dengan kaftan, sebenarnya lebih merupakan abaya.
Kaftan merupakan kata Persia, dan gaya pakaian ini diyakini berasal dari Mesopotamia Kuno. Laman Vogue menyebut, para sultan dari Kerajaan Ottoman dari abad ke-14 hingga 18, mengenakan kaftan yang didesain mewah.
Kaftan ini juga diberikan sebagai hadiah kepada para pejabat tinggi dan jenderal penting. Kaftan bisa dibuat dari hampir setiap jenis kain, tapi sebagian besar terbuat dari sutra, wol, atau katun, dan seringkali diikat menggunakan pita.
Kaftan bisa digunakan baik oleh pria dan wanita dengan berbagai variasi di sepanjang daratan Iran, Afrika Utara hingga Afrika Barat. Khususnya digunakan saat musim panas, siluet kaftan yang longgar memberikan ventilasi yang baik. Karena itu, kaftan juga bisa menurunkan suhu tubuh.
Sementara itu, dikutip dari The Culture Trip, kaftan juga memiliki kemiripan dengan djellaba, pakaian tradisional yang digunakan pria dan wanita di Maroko, tapi perbedaannya adalah djellaba tidak memiliki penutup kepala.
Di Eropa dan Amerika Utara, kaftan asli lebih sering digunakan oleh para traveler dan eksentrik, yang membawanya dari ekpedisi. Di Maroko, kaftan disebutkan pertama kali muncul di abad ke-16. Kaftan Maroko seringkali menjadi perwakilan dari identitas budaya dan pengaruh warisan budata yang beragam.
Hingga tahun 1950-an dan awal 1960-an, gaya gaun ini mulai muncul di dunia fesyen yang diadaptasi oleh desainer Prancis, termasuk Christian Dior dan Balenciaga. Kaftan dijadikan sebagai bentuk baru gaun malam berpotongan longgar atau jubah dengan rok senada.
Di 1966, Vogue menggambarkan kaftan sebagai kain esensial bagi kalangan jet set dan memotret gaya tradisional dan adaptasi barat. Kaftan pun masuk ke dalam industri fesyen dengan baik di dekade berikutnya.
Siluet sederhananya bisa dimodifikasi dengan batu, pola yang berat, atau minimalis elegan. Namun, memasuki pertengahan 1970-an dan seterusnya, kaftan mulai menghilang dari panggung fesyen terkemuka, dan beralih menjadi pakaian yang dihubungkan dengan pakaian di resor.
Hingga 1990-an, tepatnya 1996, desainer Tom Ford membawa siluet kaftan ke panggung Gucci Spring 1996. Selanjutnya, desainer-desainer lain mulai menggambar kembali nilai mistis Bohemian kaftan. Desainer seperti Naeem Khan dan Elie Saab membawa kaftan ke atas karpet merah dengan versi yang lebih mewah.
Di 2013, saat Putri Lalla Salma dari Maroko muncul mengenakan kaftan elegan ketika menghadiri pentahbisan Raja Willem-Alexander, Hello! Magazine menobatkan pakaian yang dikenakannya sebagai yang paling disukai oleh pembaca. Dan, saat pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton, kaftan berwarna pink dan emasnya menjadi gaun paling elegan dan terbaik dari seluruh daftar tamu menurut majalah itu.
Tak salah, jika Muna pada saat kompetisi Miss Universe Britania Raya tahun ini memilih memakai kaftan dibanding burkini. Sebab, selain lebih sopan dengan tidak menampilkan banyak kulit juga memiliki desain yang indah. Terpenting, keputusannya di ajang itu menciptakan sejarah baru dan menginspirasi banyak orang di dunia.