Mendirikan Negara Pertama di Luar Bumi
- Asgardia/James Vaughan
VIVA.co.id – Sekelompok ilmuwan dan pakar luar angkasa lintas-negara berkumpul di Paris, Prancis, Oktober tahun lalu. Mereka, pakar dan ilmuwan dari Kanada, Rumania, Rusia dan Amerika Serikat, berambisi mendirikan negara pertama di luar Bumi, ya negara di antariksa
Persiapan terus berlangsung. Nama negara pertama di luar angkasa sudah dipilih, yaitu Asgardia. Nama ini mengikuti nama kota mitologi Nordik. Belakangan ambisi negara di luar angkasa ini diotaki pendiri Aerospace International Research Center, Rusia, Igor Ashurbeyli.
Deretan nama penting ada di belakang ambisi ini. Selain Ashurbeyli yang juga komite antariksa UNESCO, ada juga David Alexander (Direktur Space Intitute Rice University, AS), Ram Jakhu (Direktur Institute of Air dan Space Law McGill University, Kanada), Joseph N. Pelton (Direktur Space and Advanced Communications Research Institute (SACRI), George Washington University, AS) sampai Dumitru-Dorin Prunariu (Kosmonot Rusia).
Sebagai otak utama Asgardia, Ashurbeyli didapuk menjadi kepala negara Asgardia pertama.
Dalam keterangannya Asgardia diharapkan bakal menjadi pintu masuk untuk misi penambangan asteroid serta berfungsi sebagai pertahanan Bumi dari meteorit, sampah antariksa dan ancaman lain yang membahayakan.
"Maksud Asgardia yaitu melindungi seluruh kehidupan manusia di Bumi dari ancaman alam maupun buatan manusia, misalnya dari sampah antartiksa, korona Matahari sampai benturan asteroid," ujar kelompok tersebut dalam rilisnya dikutip dari Business Insider.
Asgardia muncul tak ingin cuma sebatas kejutan temporal. Para perancang telah menetapkan tujuan utama jangka panjang mereka, yaitu mempromosikan perdamaian dan kesepakatan penuh damai di antariksa, ekspansi manusia di antariksa, memberikan kesempatan setara bagi semua orang berada di antariksa dan mendemokratisasi antariksa. Tujuan utama lainnya mengamankan semua manusia dari ancaman dari luar angkasa.
“Asgardia melayani seluruh umat manusia dan setiap orang, di mana bagi mereka yang ingin terlepas dari kesejahteraan pribadi dan kemakmuran negara di mana mereka kebetulan dilahirkan,” ujar Ashurbeyli, yang dikutip dari laman Cnet.
Dia menyatakan, manusia yang ingin berpindah ke Asgardia harus punya misi khusus, yakni mendorong perdamaian dunia, dan melindungi bumi dari asteroid ‘nakal’ dan puing-puing di luar angkasa.
Seperti halnya pendirian negara di Bumi, Asgardia juga melakukan persiapan syarat umum untuk menjadi sebuah negara di luar Bumi. Melalui website resminya, 20 hari usai pengumuman itu, Asgardia membuka kesempatan warga dunia dari negara manapun untuk menjadi warga negara Asgardia yang disebut Asgardian. Dan tak disangka, respons warga dunia begitu tinggi untuk menjadi Asgardian.
Delapan bulan usai pengumuman Asgardia, calon negara pertama di antariksa itu telah menerima pengajuan 500 ribu penduduk Bumi yang ingin menjadi Asgardian. Saat itu dalam proses verifikasi, Asgradia meloloskan 212.015 warga dunia menjadi Asgardian.
Jumlah Asgardian meningkat. Per awal Juli 2017, atau dalam sebulan, Asgardian meningkat jadi 263.039 orang.
Antusiasme yang tinggi dari warga dunia itu menuntut pengelola dan penggagas Asgardia mengubah aturan, yakni konstitusi dan hukum negara pertama di antariksa sebagai penyesuaian kondisi tersebut.
Tim Asgardia menuturkan, mereka kini mengetatkan sistem dengan menyaring izin permintaan menjadi warga negara dengan makin selektif. Asgardia tidak akan memberikan warga negara bagi orang yang pelit memberikan informasi data diri. Calon negara pertama di antariksa itu menolak warga negara non manusia misalnya robot.
Asgardian yang lolos verifikasi nanti akan mengantongi Sertifikat Asgardia. Sebagai warga negara, tiap Asgardian juga punya kewajiban kepada negaranya, mereka diwajibkan memberikan suaranya dan masukannya untuk perumusan dasar konstitusi Asgardia.
Selanjutnya...Konstitusi dan Lagu Kebangsaan
***
Konstitusi dan Lagu Kebangsaan
Soal konstitusi, perancang Asgardia sudah menyiapkannya. Ini berupa Deklarasi Persatuan dan aturan bernegara yang di dalamnya termasuk dasar negara, kewarganegaraan, sumber daya negara, pemerintahan, pengamanan, struktur simbol negara, bahasa, ibu kota, sistem hukum sampai perbankan. Ada juga aturan amandemen konstitusi, sampai transisi Asgardian.
Sampai 7 Juli 2017, lebih dari 70 ribu Asgardian telah meratifikasi konstitusi Asgardia.
Selain menerima permintaan menjadi warga negara, Asgradia juga menyiapkan keperluan sebagai entitas sebuah negara, di antaranya Deklarasi Persatuan, konstitusi, bendera, lambang negara hingga lagu kebangsaan.
Draf dasar negara Asgardia bahkan disediakan dalam berbagai versi bahasa, yakni Arab, Portugal, Jerman, Italia, China, Prancis, dan Turki. Untuk kandidat bendera kebangsaan Asgardia, sudah muncul 12 versi yang diusulkan Asgardian dari berbagai negara di dunia. Untuk lagu kebangsaan Asgardia, juga sudah muncul 12 usulan versi yang diajukan Asgardian. Demikian juga, untuk lambang negara Asgardia, sudah muncul 12 versi usulan dari Asgardian.
Untuk lembaga pengelola negara Asgardian sudah disiapkan yakni Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Ilmu Pengetahuan, Kementerian Informasi dan Komunikasi, Kementerian Kehakiman, Kementerian Kewarganegaraan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pendidikan dan Pemuda, Kementerian Keamanan dan Keselamatan, Kementerian Sumber Daya Daya dan Kementerian Sekretariat Negara.
kandidat lambang negara Asgardia
Selanjutnya...Luncurkan Satelit
***
Satelit Asgardia-1
Guna menciptakan kedaulatan Asgardia di antariksa, negara luar Bumi ini siap meluncurkan satelitnya, Asgardia-1, pada September tahun ini.
Satelit ini akan membawa dan mengunggah sejumlah data personal dari 1,5 juta Asgardian secara bertahap.
Dikutip CNN, satelit nano yang berukuran 2,8 kilogram ini akan membawa data harian Asgardian, nama dan data Anda akan tetap tersimpan di memori satelit. Data itu akan dipasang ulang pada tiap satelit baru milik Asgardia yang diluncurkan.
Untuk tahap pertama, satelit itu akan menampung 200 Kb data masing-masing 100 ribu Asgardian. Setelah itu akan menampung 200 Kb akan menampung data sekitar 400 ribu Asgardian dan data 100 Kb masing-masing sejuta Asgardian.
Ashurbeyli misi yang dijalani satelit itu adalah sebagai media mencurahkan ekspresi Asgardian di antariksa. Ekspresi Asgardian dibatasi tidak mendiskriminasi kelompok manapun, bukan berisi kekerasan dan konten seksual. Semuanya bebas dikirim.
"Untuk pertama kalinya dalam sejarah, tiap orang bisa mengirimkan sesuatu di antariksa pada satelit Asgardia-1, secara cuma-cuma, apapun yang Anda pikiran. Ini akan terus dilakukan selamanya, sepanjang Asgardia terus eksis," ujar orang nomor satu Asgardia tersebut.
Selanjutnya...Antisipasi Tantangan
***
Antisipasi Tantangan
Menanggapi ambisi tersebut, pakar luar angkasa School of Law, Beijing Institute of Technology, Joanne Irene Gabrynowicz berpendapat, tidak mudah untuk Asgardia bakal diakui sebagai sebuah negara.
"Di bawah hukum internasional, ada kriteria khusus untuk suatu entitas untuk diakui sebagai sebuah bangsa. Yakni harus memiliki wilayah dan populasi, dan diakui sebagai bangsa oleh bangsa lain. Hanya menyatakan bahwa bangsa ada itu tidak cukup,” kata Gabrynowicz dikutip dari Business Insider.
Untuk itu, Gabrynowicz menilai ide Asgardia masih terlalu awal untuk lahir dan resmi menjadi sebuah negara.
"Jadi premis ini bahwa Asgardia merupakan 'bangsa', masih bisa diperdebatkan," ujarnya, yang dikutip dari CNN.
Diketahui untuk konteks antariksa selama ini ada traktat yang menegaskan tidak boleh entitas negara mana pun yang bisa mengklaim wilayah di antariksa.
Terkait dengan ambisi negara pertama di antariksa itu, United Nations Office for Outer Space Affairs (UNOOSA) yang berwenang memberikan pendapatnya sejauh ini belum berkomentar.
Asgardia tak peduli dengan suara-suara yang melemahkan tersebut. Ashurbeyli mengatakan, Asgardia akan mengajukan pengakuan sebagai entitas negara kepada PBB pada 2018.
Jika Dewan Keamanan PBB menyetujui permohonan tersebut, ujar Ashurbeyli, maka dua pertiga dari anggota Majelis Umum PBB harus menyuarakan sikapnya dengan hadirnya Asgardia.
Dalam satu semester ke depan, Asgardia bakal membentuk pemerintahan demokratis. Hal ini untuk memberikan kepastian hukum dan mengantisipasi kemungkinan konflik yang terjadi di area negara luar Bumi itu.
Ashurbeyli mengatakan, setelah membentuk pemerintahan yang demokratis, Asgardia akan membentuk Pengadilan Tinggi, Kantor Kejaksaan, Kantor Audit Nasional dan badan pemerintah lainnya. Menariknya departemen pemerintahan Asgardia nantinya akan dikelola Asgardian di lokasi mereka berada, sedangkan pemerintahan pusat berbasis di Wina, Austria.
Dia mengatakan, Asgardia juga nantinya bisa menolong saat Asgardian di Bumi mengalami masalah dengan negara asalnya. Asgardia akan menolong dengan damai tanpa pertarungan fisik.
Asgardian cukup memanfaatkan ‘kewarganegaraan ganda’ mereka.
"Jadi jika saya mengalami masalah di Bumi, saya memiliki kedutaan Asgardia. Jadi dalam hal ini, Anda seperti turis, Anda bisa pergi ke kedutaan besar Anda dan akan membantumu," ujarnya.
Masalah lainnya, dikutip dari Motherboard, yang bakal merepotkan Asgardian yakni soal pelanggaran hak cipta atas konten yang dimuat pada satelit Asgardia-1. Dalam hal demikian, asisten profesor Studi Antariksa Univeritas North Dakota, Amerika Serikat, Michael Daodge menjelaskan, maka hukum Asgardian, tidak bisa berbuat banyak.
Sebab orbit satelit Asgardia masih dalam cakupan hukum antariksa internasional.
"Tak masalah jika pelanggaran hak cipta terjadi di luar angkasa. Karena satelit Asgardia-1 akan diluncurkan dari roket Amerika dari AS, maka satelit itu akan muncul dalam registrasi ruang nasional (AS)" jelas Dodge.
Berdasarkan ketentuan UNOOSA, posisi Satelit Asgardia-1 secara teknis berada di wilayah yuridiksi hukum dan kendali Amerika Serikat.
Masalah lainnya soal potensi konflik antarnegara. Meski mengusung negeri yang penuh dengan kedamaian, Sang Kepala Negara Asgardia itu memang menyadari, banyak masalah yang akan dihadapi negeri yang digagasnya. Apalagi Asgardia secara geografis negara yang berbasis di luar Bumi yang selama ini belum pernah hadir dalam sejarah.
Untuk menghadapinya, Ashurbeyli menegaskan, Asgardia akan berdinamika seperti negara pada umumnya.
"Kami harus seperti negara yang normal. Semua negara memiliki masalah dan segera kami akan mengalami masalah yang sama. Tapi kami akan lebih dari sekadar negara normal, sebab kami tidak berada di Bumi," ujarnya. (ren)