Kosmetik: Jadi Cantik atau Sakit?
- Pixabay/Schweiz
VIVA.co.id – Kosmetik, merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan wanita. Mereka percaya, kosmetik seperti 'tongkat ajaib' yang mampu menyulap penampilan seseorang menjadi lebih menarik.
Akibatnya, tak sedikit wanita menjadi ketergantungan dengan kosmetik. Kosmetik pun menjadi seperti candu dan kebutuhan primer kaum Hawa.
Kebutuhan akan kosmetik, membuat mereka rela merogoh kocek lebih dalam untuk membeli sejumlah produk kecantikan. Dengan banyaknya peminat, industri kosmetik menjadi salah satu yang paling strategis dan potensial.
Tak heran, jika banyak yang melirik bisnis ini. Sebut saja, selebriti dan pengusaha muda Hollywood, Kylie Jenner yang berhasil dengan lini kosmetiknya, Kylie Cosmetics. Produk yang dikeluarkan selalu habis hanya dalam hitungan menit.
Di Indonesia, salah satu desainer ternama, Ivan Gunawan pun kepincut bisnis menggiurkan ini. Ivan Gunawan Cosmetic sudah siap dirilis, setelah Ramadan mendatang.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pada akhir tahun lalu menyebut bahwa sektor ini sangat menjanjikan, dengan potensi nilai industri mencapai Rp100 triliun. Sayangnya, nilai industri tersebut pada tahun lalu, baru terealisasi seperempatnya, atau sekitar Rp25 triliun, lantaran bahan baku yang masih impor.
Kandungan berbahaya
Terlepas dari hal itu, yang perlu menjadi perhatian utama, ketika membeli produk kosmetik adalah bahan yang terkandung di dalamnya. Sebab, tak semua bahan dalam produk itu aman. Beberapa di antaranya, mengandung bahan kimia yang bisa membahayakan kesehatan pemakainya.
Ahli kecantikan di NMW Skin Care, dr M Niken Pattimahu mengatakan, bahan berbahaya yang umum ditemukan dalam kosmetik, seperti merkuri, karena merupakan logam berat yang berbahaya. "Dalam konsentrasi kecil saja, itu sudah jadi racun," kata dia kepada VIVA.co.id.
Jika digunakan dalam jangka pendek, tetapi berlebihan akan menyebabkan diare, muntah-muntah, hingga gangguan ginjal. Dalam jangka panjang, akan menyebabkan bintik hitam pada kulit, alergi, iritasi, kerusakan saraf otak, ginjal, dan kanker kulit. Bagi wanita hamil, merkuri bisa mengganggu perkembangan janin dan anak lahir cacat.
Di samping itu, ada hidroquinon yang biasa digunakan sebagai pemutih untuk krim. Jika penggunaan dihentikan, warna kulit akan kembali seperti semula, bahkan bisa lebih buruk.
Penggunaan hidroquinon dalam jangka panjang, bisa menyebabkan hiperpigmentasi, khususnya bagian wajah yang sering terkena matahari. Selain itu, okronosis, di mana mukanya tampak keabu-abuan. Efek ini, biasanya terlihat enam bulan setelah pemakaian. Dan, jika digunakan dalam jangka menengah, akan menyebabkan vitiligo, atau bercak-bercak putih di kulit.
Asam retinoid yang bisanya menyebabkan pengelupasan, menurut Niken, juga berbahaya. Efek samping dari penggunaan produk kosmetik dengan kandungan bahan ini adalah kulit kering, terbakar, sensitif, dan lebih mudah gatal.
Ada juga resorsinol yang berbahaya, karena bisa menyebabkan dermatitis, kulit kering, dan iritasi, serta mengganggu saluran pernapasan. Bahan kimia merah K3, yang telah dilarang penggunaanya di Indonesia, tetapi masih banyak ditemukan dalam produk kosmetik, terutama lipstik juga perlu diwaspadai, karena pemakaian dalam konsentrasi tinggi dapat memicu kanker dan merusak hati.
"Warnanya bahan ini sangat menarik. Ini, sebenarnya untuk pewarnaan kertas dan tekstil," ujar dia.
Bahan kimia timbal dalam kosmetik juga dapat merusak kulit. Selain itu, membuat tekanan darah menjadi lebih tinggi, dan menurunkan fungsi ginjal.
Selain kosmetik, produk perawatan pribadi juga mengandung bahan kimia sintetis yang berbahaya atau beracun. "Banyak dari bahan kimia sintetis yang dapat mengiritasi kulit, mengganggu hormon dan bersifat karsinogenik," kata ahli nutrisi dan gaya hidup di New York, Vannesa Cunningham, seperti dilansir dari Huffington Post.
Menurutnya, ada 10 bahan kimia dalam produk kosmetik dan perawatan pribadi yang sebaiknya dihindari untuk digunakan secara berlebihan, atau melebihi konsetrat, karena bisa membahayakan. Pertama adalah paraben, yang biasa digunakan sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri, jamur dan ragi dalam produk kosmetik.
Bahan kimia yang terkandung dalam paraben dianggap dapat menghambat hormon potensial dan secara khusus meniru hormon estrogen sehingga ada dapat berkontribusi pada perkembangan tumor dan kanker payudara, serta masalah ketidaksuburan. Selain itu, warna sintetis juga sebaiknya dihindari, lantaran dapat memicu kanker dan iristasi kulit. Pengharum pun dapat menimbulkan alergi, dermatitis, gangguan pernapasan, dan efek potensial pada sistem reproduksi.
Phthalate yang merupakan bahan kimia dalam banyak produk kosmetik dan perawatan pribadi, seperti cat kuku, parfum, losion, dan hair spray bisa memicu meningkatnya risiko kanker payudara, perkembangan payudara lebih cepat pada anak perempuan dan lahir cacat. Sedangkan tricolson yang biasa ditemukan dalam pasta gigi, sabun antibakteri, dan deodoran dapat mengganggu hormon tiroid, reproduksi dan mengiritasi kulit.
Sementara itu, sodium lauryl sulfate (SLS)/natrium laureth sulfate (SLES) yang dikombinasi dengan bahan kimia lain dapat membentuk nitrosamin dan kanker, mengganggu pernapasan dan merusak ginjal. Bahan ini biasanya ditemukan dalam sampo, pembersih, maskara, dan obat jerawat.
Bahkan, formalin pun juga terkandung dalam produk kosmetik dan perawatan pribadi seperti cat kuku, sabun, kondisioner, sampo, pembersi, eye shadow ini juga laik dihindari. Menurut International Agency for Research on Carcinogens (IARC), bahan ini dapat memicu kanker hidung dan nasofaring, menyebabkan alergi kulit dan membahayakan kekebalan tubuh.
Bahan lainnya adalah toluene, yang ditemukan pada cat dan perawatan kuku, produk pewarna rambut ini dapat mempengaruhi sistem pernapasan, menyebabkan mual, dan mengiritasi kulit Anda. Ibu hamil dianjurkan untuk menghindari paparan uap toluen, karena dapat menyebabkan masalah perkembangan janin.
"Propylene glycol yang merupakan alkohol organik juga sebaiknya dihindari, karena dapat mengiritasi kulit," ujar Cunningham.
Bahan ini bisa menyebabkan dermatitis serta gatal-gatal. Propylene glycol dapat ditemukan dalam produk pelembab, tabir surya, kosmetik, kondisioner, sampo, dan hair spray. Sementara itu, bahan kimia tabir surya juga masuk dalam daftar merah, lantaran bisa menyerap sinar ultraviolet, yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan kanker.
Berikutnya, cara memilih kosmetik aman>>>
Cara memilih kosmetik aman
Jangan sampai kosmetik untuk membuat Anda cantik justru mendatangkan penyakit. Untuk menghindari penyakit dari bahan kimia berbahaya dalam produk kosmetik dan perawatan pribadi, kejelian, dan kewaspadaan sangat diperlukan.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui apakah produk itu aman, atau berbahaya.
"Jadi, apapun yang dipakai harus dicek dahulu, jangan dilihat dari kemasan saja," kata ahli kecantikan di NMW Skin Care, dr M Niken Pattimahu.
Dia menyarankan, untuk membeli pada distibutor resmi dan izin edar. Dan, jika diperlukan konsultasi ke dokter, sebaiknya dilakukan.
"Selain itu, lihat kandungan zatnya. Anda harus mengenali produknya dari penulisan namanya, dan perhatikan tanggal kadaluarsa kapan dibuat dan kapan expired. Lalu lihat kode izin edarnya," tutur dia, menyarankan.
Lebih lanjut, Niken mengatakan, agar tidak tergiur dengan harga murah dari produk kosmetik, atau perawatan pribadi, lantaran bisa saja produk itu kualitasnya tidak bagus. Sebab, produk kosmetik, atau perawatan pribadi yang aman, biasanya harganya cukup tinggi, karena kualitas bahan yang digunakan baik dan diracik oleh ahlinya.
Sementara itu, dr Ruri D Pamela, SpKK dari Celv Clinics menambahkan, produk kosmetik yang aman harus sudah terdaftar dalam Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), buktinya adanya nomor registrasi pada kemasan luar. "Untuk mengecek kepastiannya coba cocokkan nomor tersebut dengan mengetik nama produknya dalam website resmi BPOM," kata dia kepada VIVA.co.id.
Sama dengan Niken, menurut dia, kosmetik yang aman dan teregistrasi pasti mencantumkan kandungan dan tanggal kedaluwarsa pada kemasan luarnya. Selain itu, warna bahan kosmetik tidak menjadi kuning kecokelatan. Karena, bila warna berubah seperti itu, maka isinya sudah mengalami oksidasi dan tidak bermanfaat lagi.
Kosmetik yang aman juga tidak berbau menyengat, busuk, atau tidak enak. Di samping itu, tak mengandung bahan yang menyebabkan iritasi pada kulit. Caranya mengetahuinya, dengan mengoleskan sedikit produk itu pada lengan bawah dan diamkan sekitar dua jam. Jika menjadi merah, gatal, atau panas kemungkinan kosmetik tersebut mengandung bahan iritan.
Dia menuturkan, semua kosmetik memiliki risiko menimbulkan alergi pada kulit orang yang sensitif, dan hal ini biasanya tidak bisa diprediksi, karena tidak semua orang mengalaminya. Untuk mengetahui apakah suatu kosmetik cocok atau tidak pada kulit, caranya dengan memakai produk itu setiap hari selama tiga hari berturut-turut.
"Apabila, setelah itu timbul reaksi, misalnya gatal, atau jadi muncul bruntus di kulit kita, kemungkinan besar berarti alergi," ujarnya. (asp)