Teror London, Apa yang Hendak Disasar?

Perdana Menteri Inggris, Theresa May, saat berbicara di depan anggota Parlemen.
Sumber :
  • Reuters

VIVA.co.id – Sidang Parlemen Inggris yang sedang serius membahas referendum kedua untuk Skotlandia pada Rabu, 22 Maret 2017, sekitar pukul 14.00 waktu setempat, mendadak terguncang. Suara tembakan dan teriakan panik terdengar dari halaman gedung parlemen.

Perdana Menteri Theresa May yang sedang berada di dalam segera dievakuasi. Dengan penjagaan ketat, Theresa May disusupkan ke dalam sebuah mobil Jaguar berwarna perak. Ia dilarikan menjauh dari Downing Street, tempatnya berkantor.

Petugas keamanan lalu memerintahkan seluruh anggota parlemen untuk tetap berada di dalam ruangan dan tak boleh keluar sama sekali demi keamanan serta keselamatan mereka.

Di luar ruangan, di halaman gedung parlemen, seorang polisi yang berjaga di pos penjagaan tergeletak bersimbah darah. Ia menjadi korban penusukan seorang pria, yang menggunakan mobilnya untuk menerobos pagar gedung parlemen, dan berusaha mendesak masuk ke dalam gedung. Aksi pria berbaju hitam dan bersenjata pisau itu akhirnya terhenti setelah polisi menembakinya. Ia tewas di tempat.

Korban polisi bernama Keith Palmer akhirnya tewas. Darah yang  keluar dari tubuhnya terlalu banyak, sehingga ia tak mampu bertahan. Padahal, anggota parlemen Tobias Ellwood, yang mengabaikan permintaan petugas agar tetap di dalam gedung, sudah berusaha menyelamatkannya. Ia berusaha memberikan pernapasan buatan agar Palmer bertahan. Namun, usaha Ellwood sia-sia. Palmer tewas.

Sebelum mencapai gedung parlemen, ternyata pelaku pembunuh Palmer telah melarikan mobilnya secara ugal-ugalan. Ia melajukan mobil tersebut di trotoar jembatan Westminster, padahal banyak orang yang sedang berjalan kaki di situ.

Tiga orang tewas akibat ulah brutalnya di jalan tersebut, dan 40 orang lainnya mengalami luka-luka. Satu orang perempuan terjatuh ke dalam sungai Thames yang dibelah oleh jembatan Westminster. Perempuan itu berhasil diselamatkan dari sungai, dan kini masih dalam perawatan intensif.

Selanjutnya, Delapan Orang Ditangkap

***

Delapan Orang Ditangkap

Saksi mata, Richard Tice, seperti dikutip dari Telegraph, mengaku sangat terkejut saat melihat seorang pria yang dengan tergesa berlari dari arah belakang, membawa tas, dan membawa pisau lalu serta merta menusukkan pisaunya pada polisi yang menjaga pos di depan gedung parlemen. "Saya tak percaya apa yang saya saksikan," ujarnya.

"Saya melihat sekitar delapan hingga sepuluh orang bergeletakan di jalan. Mobil tersebut melaju di trotoar dan menabrak orang-orang," dia menambahkan.

Kepolisian Inggris langsung menyebut insiden itu sebagai sebuah aksi teror. Ratusan petugas bersenjata lengkap dikerahkan ke sekitar gedung parlemen, jembatan Westminster, sungai Thames, serta The London Eye, sebuah lokasi wisata favorit turis. Sepanjang jembatan Westminster dan sekitar gedung parlemen disterilkan untuk kepentingan evakuasi, penyelamatan korban, dan penyelidikan.

Tak menunggu lama, Kepolisian Inggris langsung melakukan penggeledahan pada sebuah rumah toko di Hagley Road, Birmingham, sekitar pukul 23.00 waktu setempat, di mana banyak ruko bertebaran di sepanjang jalan tersebut. Di salah satu ruko, polisi menyerbu lantai dua dan menangkap tiga orang yang diduga terlibat dengan aksi teror di Westminster.

Seorang saksi mata mengaku rumah yang digerebek polisi itu ditinggali oleh pria asal London. "Saya melihat polisi datang dan menangkap tiga orang laki-laki," ujarnya seperti dikutip dari Telegraph, Kamis 23 Maret 2017.

Selang beberapa jam, polisi kembali mengumumkan penangkapan atas lima orang lainnya. Mereka ditangkap di beberapa tempat yang berbeda. Polisi meyakini delapan orang ini memiliki kaitan dengan pelaku teror.

Selanjutnya, Pelaku Warga Inggris

***

Pelaku adalah Warga Inggris

Dalam waktu tak berapa lama setelah delapan pelaku ditangkap, Perdana Menteri Inggris Theresa May menyampaikan pengumuman. Ia mengatakan pelaku adalah warga negara Inggris. Menurut May, pelaku telah diinvestigasi oleh agen intelijen Inggris M15 selama beberapa waktu dengan dugaan melakukan kegiatan kekerasan dan ekstremisme.

Di hadapan para anggota parlemen, May berkata,  pelaku sudah dikenali oleh polisi dan pihak keamanan. Pelaku juga disebut melakukan aksinya karena terinspirasi oleh aksi jaringan teroris Islam radikal.

May juga menegaskan, pelaku, meski sudah terus diawasi oleh Kepolisian Inggris, bukanlah aktor utama. Ia hanya orang yang menjadi perantara.

"Dia bukan bagian dari orang yang sedang diincar oleh polisi saat ini," tutur May, seperti dikutip dari BBC, Kamis 23 Maret 2017.

Namun, Kepolisian Inggris belum bisa menemukan keterkaitan pelaku dengan jaringan terorisme Islam. Namun, hingga saat ini, nama pelaku dan siapa dia sesungguhnya masih terus dirahasiakan.

Meski pelaku dikaitkan dengan jaringan terorisme Islam, polisi belum menemukan bukti konkret untuk menyatakan apa yang ia lakukan adalah bagian dari terorisme internasional. Apalagi saat kejadian, anggota Parlemen Inggris sedang membahas soal referendum kedua bagi Skotlandia.

Pada referendum pertama, Skotlandia gagal memisahkan diri dari Britania Raya. Namun, apakah aksi teror tersebut ada kaitannya dengan itu juga masih perlu diselidiki dan dibuktikan.

Kepolisian Inggris masih perlu bekerja ekstra keras untuk mengungkap siapa pelaku, benarkah dia bukan pelaku tunggal dan terkait dengan jaringan terorisme Islam? Dan benarkah tindakannya tak ada hubungannya dengan referendum kedua untuk Skotlandia? Dan untuk apa ia melakukan aksi brutal itu?

Mungkin tugas polisi akan menjadi lebih ringan, karena agen intelijen Inggris M15 sudah memastikan akan terlibat penuh dan memobilisasi semua kemampuan mereka untuk mengungkap pelaku dan apa tujuannya. (art)