Lulung Jadi Tumbal Migrasi Pendukung AHY ke Anies
- VIVA.co.id/twitter
VIVA.co.id – Rangkaian putaran kedua Pemilihan Kepala Daerah DKI sudah dimulai. Dua pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI, juga sudah menggelar berbagai kegiatan mengisi kampanye, untuk meraup simpati calon pemilih.
Pasangan nomor dua, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, merubah gaya kampanyenya dari terpusat di satu titik, menjadi kampanye blusukan alias turun langsung ke wilayah menemui warga.
Dua wilayah di ibukota, yakni Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, menjadi wilayah utama tujuan blusukan. Karena, di kedua kota ini, Ahok-Djarot dikalahkan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, dalam hal perolehan jumlah suara pemilih di putaran pertama lalu.
Tak jauh berbeda dengan Ahok-Djarot, pasangan Anies-Sandi juga melakukan gaya kampanye yang sama. Turun ke masyarakat dan menyerap aspirasi serta menebar janji-janji politik.
Tapi di saat bersamaan, kedua pasangan ini juga sedang berpikir keras mencari cara untuk dapat mengambil alih hampir satu juta suara pendukung pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni.
Suara pendukung yang telah ditinggalkan AHY-Sylvi itu, memiliki arti sangat penting bagi Ahok dan Anies, untuk memenangkan putaran kedua. Dan menduduki singgasana DKI satu.
Perlu diketahui, meski menjadi pemenang di putaran pertama, tapi raihan suara Ahok-Djarot berbeda tipis dengan raihan suara pasangan Anies-Sandi.
Kedua pasangan ini, masing-masing meraih 2.364.577 suara untuk Ahok-Djarot dan 2.197.333 suara untuk Anies-Sandi. Atau hanya terpaut selisih suara, yakni 167.244 suara saja.
Bagi pasangan Ahok-Djarot, selisih suara sangat tipis ini cukup berisiko pada kekalahan di putaran kedua, mengingat untuk maju ke Pilkada DKI, mereka diusung empat partai politik, PDI Perjuangan, Hanura, Golkar dan Nasdem.
Memang, jika dihitung-hitung, berdasarkan raihan suara partai politik pada Pemilu 2014, dengan dukungan empat partai itu, Ahok-Djarot berhasil meningkatkan jumlah raihan suara pada putaran pertama Pilkada DKI.
Tapi peningkatan jumlah suara yang diraih, sangat sedikit. Tercatat hanya meningkat sebanyak 193.390 suara saja. Karena di Pemilu 2014, empat parpol pendukung meraih total suara gabungan sebanyak 2.171.187 suara di wilayah pemilihan DKI Jakarta.
Dengan uraian suara sesuai perolehan suara Pileg Provinsi DKI, PDIP sebanyak 1.231.843 suara, Hanura sebanyak 357.006, Golkar sebanyak 376.221 suara, dan Nasdem sebanyak 206.117.
Sedangkan di putaran pertama Pilkada DKI, Ahok-Djarot hanya meraih 2.364.577 suara.
Sementara, pasangan Anies-Sandi di putaran pertama berhasil mendongkrak jumlah raihan suara melampaui raihan suara yang diperoleh dua partai pengusungnya. Di Pemilu 2014, Gerindra meraih 592.568 suara dan PKS hanya meraih 424.400 suara.
Jika digabungkan, kedua raihan suara partai itu tak sampai satu juta suara. Tapi, pada Pilkada DKI 2017, Anies-Sandi bisa meraup dukungan suara sah sebanyak 2.197.333.
Migrasi suara AHY
***
Migrasi suara AHY-Sylvi
Sejak Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) DKI mengumumkan secara resmi hasil pemungutan suara Pilkada DKI 2017.
Belum ada kepastian akan bermigrasi ke kubu siapakah suara pendukung pasangan AHY-Sylviana. Tercatat pada putaran pertama, pasangan ini meraih suara sebanyak 937.955 suara.
Satu dari tiga partai pengusung AHY-Sylvi, yakni PAN telah terang-terangan mendukung Anies-Sandi. “Mudah-mudahan pekan depan kami sudah deklarasikan dukungan ke Anies-Sandi,” kata Ketua Umum PAN Zulkfifli Hasan. Namun dua partai lainnya yakni PKB dan PPP tak juga kunjung mengeluarkan komando resmi kepada pendukung untuk merapat di kubu mana. Ke Ahok-Djarot atau Anies-Sandi?
Di tengah ketidakpastian itu, banyak pihak yang mengklaim diri telah berusaha mendapatkan restu untuk bergabung ke salah satu pasangan yang maju di putaran kedua.
Padahal Wakil Ketua Umum Demokrat Syarief Hasan, pada 6 Maret 2017, sudah mengeluarkan pernyataan bahwa yang berhak menentukan tempat berlabuhnya pendukung dan relawan AHY-Sylviana hanyalah Agus Harimurti Yudhoyono.
"Tetapi sekali lagi, yang mengajukan Mas AHY yang maju, dia yang berjuang di depan. Jadi perolehan suara itu 17 persen yang didukung partai koalisi. Nanti pada akhirnya partai akan memberikan pandangan, tetapi pada akhirnya AHY yang menentukan," ujar Syarief di Wisma Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat.
Dari kubu Ahok-Djarot, tim pemenangan dengan gamblang menyatakan siap menerima pendukung dan relawan AHY-Sylviana. Tapi, sayangnya Ketum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, belum memberikan sinyal dukungan.
“Saya pernah statement ke Pak SBY supaya memberikan dukungan kepada kami. Dan, Pak SBY tidak menjawab tapi juga tidak melarang," kata tim pemenangan bidang data dan informasi, Eva Kusuma Sundari, Jumat, 10 Maret 2017.
Jika pun SBY memberikan restu kepada AHY agar mengerahkan pendukung dan relawan memenangkan pasangan Ahok-Djarot. Tapi, tugas kubu Ahok-Djarot belum tuntas.
Sebab, masih ada PPP dan PKB yang harus didekati untuk mengeluarkan pernyataan mendukung. PDIP mengklaim telah mengutus Sekretaris Jenderalnya, Hasto Kristiyanto menemui langsung Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
"Tinggal tunggu saja. Tapi yang paling penting kan teman-teman NU ya. Jadi kita lakukan simultan, tidak bisa PKB doang, karena suara ada di basis NU, dan PKB basis-nya NU," kata Eva.
Hal yang sama juga dilakukan kubu Anies-Sandi. Tapi, kubu ini memiliki cara yang berbeda, mereka melalui Partai Gerindra, berusaha mengambil alih pendukung dan relawan AHY-Sylviana dengan cara pendekatan di tingkat kader dan akar rumput.
"Karena yang terpenting adalah mengajak kader akar rumput mereka dahulu untuk bisa bergabung dengan Anies-Sandi. Karena kami sangat respek dan hormat pada kader akar rumput dan masyarakat yang jadi relawan AHY. Mereka sudah kerja keras di putaran pertama," kata Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Pouyono, Selasa, 14 Maret 2017.
Prahara Lulung
***
Prahara Lulung
Demokrat memang tuan rumah pencalonan AHY-Sylviana. Tapi, secara data dan fakta, PPP merupakan partai pengusung yang memiliki jumlah suara terbanyak di antara ke empat partai di Pemilu 2014.
Abraham Lunggana Cs pada pemilihan legislatif berhasil meraih 10 kursi DPRD DKI dengan total suara 452.224 suara. Sementara Demokrat hanya 360.929 suara, PAN 172.784 suara dan PKB 260.159 suara.
Migrasi kader dan simpatisan PPP sangat berpengaruh hasil akhir pertarungan dua pasangan kandidat Pilkada DKI.
Sayangnya, PPP masih berada dalam prahara perpecahan dua kubu besar di tingkat Dewan Pimpinan Pusat. PPP terbagi menjadi dua, PPP versi Muktamar Jakarta, dengan Ketua Umum Djan Faridz dan PPP versi Munas Surabaya, Ketua Umum Romahurmuziy.
Haji Lulung. Ketua DPW PPP DKI sekaligus Wakil Ketua DPRD DKI itu, jadi tumbal dari semua ini, dia tiba-tiba dipecat dari kepengurusan partai oleh Djan Fraidz.
"Setelah melakukan rapat tadi malam, kita memutuskan memecat Haji Lulung sebagai anggota DPRD DKI Jakarta. Kami Juga memecat 10 anggota DPRD DKI lainya," kata Djan Faridz di kantor DPP PPP, Jakarta, Senin 13 Maret 2017.
Lulung dipecat karena tak mau mendukung pasangan Ahok-Djarot di Pilkada DKI, selepas gagal mengusung pasangan AHY-Sylviana ke putaran kedua.
Kubu Djan memutuskan mendukung pasangan Ahok-Djarot, sedangkan Haji Lulung dengan tegas menyatakan akan mendukung pasangan Anies-Sandi. Karena, sebagai partai bernafaskan Islam, sudah menjadi tanggungjawab DPW PPP DKI untuk memenangkan pasangan itu.
Haji Lulung bersikukuh akan mengalihkan dukungannya ke pasangan nomor tiga itu, meski hingga saat ini, Ketum PPP Romahurmuziy, telah menyatakan PPP netral.
"Setelah putaran kedua PPP yang dipimpin DPP Romy sampai hari ini tidak menyatakan sikap untuk mendukung siapa, bahkan beliau mengatakan netral. Artinya netral beliau menurut kami tidak lagi membela partai umat atau konstituen yang telah membesarkan partai ini," ujar Lulung.