Raja Saudi dan Investasi yang Tak Sesuai Ekspektasi
- VIVA.co.id/Bobby Andalan
VIVA.co.id – Raja Salman telah meninggalkan Indonesia. Setelah memperpanjang masa liburan, raja dengan rombongannya terbang ke Jepang sebelum akhirnya bertolak kembali ke Arab Saudi.
Kepergian raja pada Minggu, 12 Maret 2017, dilepas oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Agama Lukman Hakim, Gubernur Bali I Made Mangku Pastika, dan Dirjen Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri Andri Hadi di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar.
Raja Salman datang ke Indonesia pada 1 Maret 2017. Ia membawa jumlah rombongan yang fantastis, yaitu 1.500 orang, 14 Menteri, dan 25 pangeran. Awalnya, raja akan menghabiskan waktu tiga hari di Jakarta, yaitu tanggal 1 hingga 3 Maret 2017, dan mulai tanggal 4 hingga tanggal 9 Maret 2017, raja akan berlibur di Bali. Diluar dugaan, raja ternyata memperpanjang liburannya di Bali. Rombongan Arab Saudi itu memulurkan rencana kepulangan mereka hingga tanggal 12 Maret 2017.
Sejak raja belum datang, berseliweran asumsi dan analisis mengenai berapa nilai investasi yang akan disepakati oleh Indonesia dan Arab Saudi. Beberapa analis memprediksi, investasi raja minyak itu akan membawa angka yang fantastis, yaitu mencapai ratusan triliun rupiah.
Namun hingga raja kembali, harapan itu seperti jauh panggang dari api.
Kesepakatan Investasi
Dari hasil kunjungan Raja Salman, RI dan Arab Saudi menandatangani 11 Nota Kesepahaman (MoU). Salah satu dari MoU yang ditandatangani adalah soal Saudi Fund Contribution to the Financing of Development Project. Itu, merupakan komitmen Arab Saudi untuk membantu Indonesia dalam pembangunan infrastruktur.
"Salah satu dari 11 MoU, adalah mengenai Saudi Fund Contribution to the Financing of Development Project senilai US$1 miliar (Rp13,3 triliun)," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dalam keterangan pers bersama di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu 1 Maret 2017. Investasi ini menjadi investasi yang paling besar dari seluruh investasi yang disepakati.
MoU lain yang disepakati adalah antara BUMN Indonesia dan Arab Saudi, yakni Pertamina dan Aramco. Retno mengatakan, Presiden Joko Widodo sangat senang dengan Refining Development Master Plan (RDMP) program Cilacap yang telah ditandatangani.
"Refining Development Master Plan program Cilacap antara Pertamina dan Aramco senilai US$6 miliar. Serta, mendorong basic engineering design dan pembentukan joint venture dapat segera dilakukan," tutur Retno menjelaskan.
Kemungkinan-kemungkinan lain untuk Arab Saudi berinvestasi, juga dibicarakan sudah dibicarakan antara Presiden Jokowi dengan Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud. "Antara lain, proyek Refining Development Master Plan program di Dumai, Balongan dan Bontang. Pembangunan PLTU Mulut Tambang di Jambi, pembangunan infrastruktur baik infrastruktur jalan, water resources, drinking water, sanitasi dan perumahan," ujar Retno.
Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Nasional, Bambang Brodjonegoro , nota kesepahaman itu meliputi bidang keamanan, kerja sama Islam, kesehatan, budaya, pendidikan, agrikultur, perikanan, penerbangan, investasi proyek, usaha mikro kecil dan menengah.
Namun, meski ada 11 MoU yang disepakati, total angkanya tak sesuai ekspektasi. Selain investasi Saudi Fund Contribution to the Financing of Development Project, nilai investasi lain tak mencapai jumlah yang diharapkan.
Dikutip dari katadata.co.id, empat MoU lain yang juga di tandatangani antara pengusaha Indonesia-Arab Saudi adalah proyek pembangkit listrik, konstruksi, kesehatan, dan haji dengan total nilai US$ 2,4 miliar. Awalnya, Indonesia berharap dapat memperoleh investasi senilai US$ 25 miliar atau sekitar Rp 332 triliun, namun nilai yang diperoleh tak sampai US$ 5 miliar, jauh di bawah investasi yang diraup Malaysia US$ 7 miliar.
Mungkin follow up dari hasil kunjungan raja masih bisa diharapkan sebagai pintu investasi yang besar. Apa lagi, salah satu pesan yang disampaikan oleh Raja sebelum bertolak adalah permintaan adanya pertemuan kembali antara wakil Indonesia dengan Arab Saudi.
Melalui pernyataan yang dirilis oleh Biro Media Istana RI, menjelang keberangkatan, Raja Salman menerima kunjungan kehormatan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di St Regis Hotel Bali, pada pukul 11.13 WITA.
Menurut Retno, dalam pertemuan itu, Raja Salman mengulang pesan yang telah disampaikan kepada Presiden mengenai pentingnya peningkatan kerja sama, terutama saling mengunjungi baik dari pihak pemerintah maupun swasta. Kunjungan itu dilakukan guna menindaklanjuti hasil kunjungan Raja Salman ke Indonesia.
"Menurut Raja Salman, sebagai dua negara dengan ekonomi yang terbuka, tentunya akan lebih mudah bagi kedua negara untuk meningkatkan kerja sama ekonomi," ucap Retno.
***
Dampak Pariwisata
Meski demikian, perpanjangan liburan Raja mendatangkan keuntungan sendiri bagi Pulau Bali. Menteri Pariwisata Arif Yahya menyatakan, perpanjangan liburan Raja Salman di Bali bisa memberi dampak positif pariwisata Indonesia di mata dunia.
"Karena beliau adalah raja, maka persepsi masyarakat dunia sangat bagus terhadap Bali sebagai destinasi wisata berkelas Raja Arab. Bali tempatnya liburan orang mapan, orang kaya, selebriti, dan kepala negara," kata Arief Yahya dalam siaran pers yang diterima VIVA.co.id, Senin 6 Maret 2017.
Kementerian Pariwisata memanfaatkan momentum itu untuk melakukan promosi pariwisata ‘Wonderful Indonesia’ ke media-media di Timur Tengah dengan gencar. "Maka saat inilah timing yang paling bagus mempromosikan Bali lebih keras lagi di mata dan telinga dunia. Karena itu pula saya habiskan 50 persen dari budget promosi di Aljazeera TV Channel untuk menyambut Raja Salman," ujar Menpar.
Menurut Arief, upaya promosi ini juga bertujuan memperkuat persepsi masyarakat dunia tentang Indonesia. Promosi ini, ujar Menpar, akan memberi kesan Indonesia layak menjadi destinasi wisata kelas dunia yang nyaman, aman, keren, dan juga bisa berlama-lama.
Menpar Arif Yahya yakin, perpanjangan liburan raja akan berpengaruh pada peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara asal Arab Saudi. Ia yakin, akan ada pengaruh langsung atau tidak langsung dari kunjungan itu. “Direct impact ataupun indirect impact dari kunjungan Raja Salman berlibur di Bali pasti akan sangat besar. Dan selama ini Arab Saudi menjadi salah satu pasar bagi pariwisata Indonesia,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Ia menjelaskan, jumlah wisatawan mancanegara asal Arab Saudi yang pelesiran ke Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan. Pada 2013, ada 121.890 wisman asal Arab Saudi yang berkunjung ke Indonesia. Angkanya naik pada 2014 menjadi 151.454 wisman. Setahun kemudian, angkanya melonjak lagi menjadi 164.778 wisman.
Sementara itu, pada 2016, jumlah wisman asal Arab Saudi yang berwisata ke Indonesia mencapai 186.654 orang. “Untuk 2016 masih data sementara dari 19 pintu masuk utama,” tutur Arief Yahya. Ia meyakinkan, Indonesia bisa menjadi tujuan utama warga Arab Saudi, karena yang disukai oleh wisman Arab adalah air tawar, hijau pohon, gunung, dan belanja.
Mantan direktur utama PT Telkom Tbk itu mengutip data dari Saudi Commission for Tourism and National Heritage (SCTH), sampai tahun ini, dari total wisman Timur Tengah yang berkunjung ke Indonesia, 80 persennya adalah warga Arab Saudi. “Jadi total wisman dari Timur Tengah ke Indonesia pada 2015 ada 240.989 orang. Tapi dari jumlah itu, 186.654 dari Arab Saudi,” ujarnya.
Meski tak banyak memberikan angka investasi, namun rombongan raja memberi nilai lebih pada angka belanja di mal. Rombongan raja dikabarkan memborong sejumlah barang branded atau barang dengan merek terkenal, di Discovery Shoping Mall Kuta, Bali. Barang-barang itu di antaranya bermerek Billabong, Polo, dan Converse.
General Manager PT Bali Unicorn selaku pengelola Discovery Shoping Mall, I Wayan Puspa Negara menjelaskan, sejak hari pertama tiba di Bali, rombongan Raja Salman telah memborong sejumlah barang berharga di mal itu.
"Sejak tanggal 4 Maret lalu mereka sudah berbelanja. 4 Maret ada 2 mobil, tanggal 5 Maret ada 20 mobil, dan tanggal 6 ada 22 mobil. Sudah terkonfirmasi mereka rombongan Raja Salman. Tapi kami tidak mengonfirmasi apakah mereka pangeran atau siapa," kata Puspa saat dihubungi, Selasa, 7 Maret 2017.
"Mereka umumnya memborong sejumlah produk berkelas. Tidak ada yang tidak belanja. Daya beli mereka cukup yahud. Satu orang bisa menenteng 5 sampai 6 tas," ujarnya.
Ia tak bisa memprediksi berapa kocek yang dikeluarkan rombongan Raja Salman selama berbelanja di mal tersebut. Namun, ia memprediksi setiap orang belanja sekitar Rp5 juta. "Saya tidak bisa prediksi. Tetapi begini, estimasi kasar saya di atas Rp5 jutaan (setiap orang)," ujarnya. Sekadar gambaran, kabarnya barang bawaan yang dibawa oleh rombongan raja saat meninggalkan Indonesia bertambah hingga 120 ton.
Mungkin begitulah Arab Saudi, meski investasi tak sesuai ekspektasi, namun belanja mereka memberi nilai lebih.