Tugas Berat Sekjen Baru PBB

Sekjen PBB yang baru, Antonio Guterres, menggantikan Ban Ki-moon.
Sumber :
  • Reuters/Lucas Jackson

VIVA.co.id – Senin, 12 Desember 2016, badan dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengambil sumpah untuk sekretaris jenderal mereka yang baru. Hari itu, Antonio Guterres resmi menggantikan sekjen sebelumnya, Ban Ki-moon.

Guterres menjadi sekjen ke-9 PBB. Mantan perdana menteri Spanyol itu akan menempati kantor barunya secara resmi pada 1 Januari 2017. Tugas berat menanti Guterres. Tapi, ia berjanji akan membantu mereka yang selama ini menjalankan peran sebagai perantara perdamaian dunia dalam berbagai sektor.

Guterres masuk sebagai pejabat PBB saat situasi dunia tengah berkecamuk. Perang sipil di Suriah, Yaman, dan Sudan Selatan, jutaan imigran yang memadati Eropa, kekerasan serta ekstremisme yang menggila, juga konflik Israel dan Palestina yang tak kunjung usai.

Saat diambil sumpahnya, pria berusia 67 tahun itu mengatakan, akan terus mengerjakan apa yang sudah ia lakukan saat menjabat sebagai anggota Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi  pada 2005-2015. "Mulai dari krisis akut di Suriah, Yaman, Sudan Selatan, dan di mana pun, untuk konflik berkepanjangan, termasuk rakyat Israel dan Palestina, kita butuh mediasi, arbitrase sekreatif mungkin," kata Guterres seperti dikutip dari Reuters, Senin, 12 Desember  2016.

"Sebagai bagian dari organisasi perdamaian, saya siap untuk terlibat secara pribadi dalam resolusi konflik, di mana hal tersebut dapat membawa nilai lebih," ujar dia di hadapan 193  anggota Majelis Umum PBB. Guterres mengaku ingin bekerja dengan prinsip kesetaraan gender.  

Diberitakan oleh BBC, Selasa 13 Desember 2016, Guterres berhasil menjabat sebagai sekjen PBB setelah menyisihkan 12 orang lainnya. Ia berada di peringkat pertama dari 13 calon di Dewan Keamanan PBB. Setelah proses pemilihan keenam, dewan secara mutlak mengusulkannya ke Majelis Umum untuk disahkan. 

Pemilihan Guterres adalah proses pemilihan sekjen PBB  yang pertama kalinya dilakukan secara terbuka. Pada proses-proses sebelumnya, pemilihan selalu dilakukan secara tertutup oleh negara-negara berpengaruh di dunia.

Duta Besar AS untuk PBB, Samantha Power, menyambut Guterres. "Ia adalah orang yang tepat untuk melakukan pekerjaan yang penuh tantangan ini," ujar Samantha seperti dikutip dari ABC News, Selasa 13 Desember 2016.

Sementara itu, Louis Charbonneau, direktur Pengawas HAM PBB meminta Guterres untuk mengawasi pelanggaran HAM di seluruh dunia, bukan hanya di zona perang seperti di Suriah. "Ia harus menggunakan posisi baru dan wewenangnya untuk mengungkapkan terjadinya pelanggaran HAM di seluruh dunia, di mana pun itu terjadi," ujarnya.

Guterres tahu posisinya yang sangat strategis sebagai orang pertama di badan dunia. South China Morning Post memberitakan, janji Guterres untuk terikat secara personal dalam mencari resolusi konflik, sebagai sebuah sinyal bahwa ia akan melakukan pendekatan yang lebih proaktif.

"Ini adalah perang di mana setiap orang mengalami kehilangan. Ini sudah menjadi ancaman bagi setiap orang di seluruh dunia," ujarnya, tegas.

Sejumlah diplomat PBB melihat Guterres sebagai politisi yang terampil. Ia diyakini mampu mengatasi perpecahan yang telah melumpuhkan PBB, terutama soal kasus Suriah.

Di tangan Ban Ki-moon, PBB dianggap mati langkah dalam mengambil sikap soal Suriah. Tantangan lain yang dihadapi Guterres adalah soal terpilihnya Donald Trump menjadi presiden AS. Sebagai pendukung keuangan PBB terbesar, PBB akan selalu beririsan dengan Washington.

"Takut adalah hal yang paling sering menjadi dasar seseorang mengambil keputusan di seluruh dunia," ujarnya.

Orang di seluruh dunia kehilangan kepercayaan pada pemerintah mereka dan lembaga-lembaga global, sehingga ini adalah waktu untuk merekonstruksi hubungan antara rakyat dan pemimpin. Guterres berjanji untuk menunjukkan pada pemerintah baru AS mengenai keinginan kerja sama yang kuat. 

"Terutama dalam kaitan tentang tantangan besar yang akan kita hadapi bersama-sama," tuturnya.

Pilihan Tepat

Memilih Guterres yang pernah menjabat sebagai direktur UNHCR juga dianggap pilihan yang sangat tepat. Saat menjabat sebagai pimpinan UNHCR, ia justru memangkas pegawai administrasi dan memperbanyak personel di kawasan krisis.

Di tangan Guterres pula, ia berhasil mengajak negara-negara maju agar bersedia menampung pengungsi. Menurut dw.com, saat ini setiap harinya lebih dari 34.000 orang mengungsi. Total jumlah pengungsi di seluruh dunia sudah mencapai 21,3 juta orang.

Guterres mengaku akan memprioritaskan pencegahan krisis jika mengepalai PBB. "Kita butuh meningkatkan diplomasi damai," tuturnya. "Masyarakat internasional selama ini lebih banyak menghabiskan waktu dan dana untuk mengelola krisis ketimbang mencegahnya."

Saat berpidato usai pengambilan sumpah, Guterres mengatakan PBB sekarang harus gesit, efisien, dan efektif. Lembaga ini harus lebih fokus pada proses, dan bukan pada hasil.

Lebih pada orang, dan bukan pada birokrasi. “Skala tantangan yang kita hadapi menuntut untuk bekerja sama lebih mendalam dan melanjutkan reformasi dalam tubuh PBB,” ujarnya.

Apa yang disampaikan oleh Guterres sebagai sekjen baru PBB seperti merasakan embusan angin yang terasa menyejukkan. Guterres seperti sangat memahami, apa saja yang akan ia lakukan.

Ia sangat memahami, organisasi ini berlandaskan multilateralisme dan telah memberikan kontribusi selama beberapa dekade yang relatif damai. Ia menegaskan, tantangan yang dihadapi PBB saat ini melebihi kemampuan untuk merespons.

“PBB harus siap untuk berubah," ujarnya.