Dampak dari Alih Manajemen Mazda Indonesia

Sales promotion girls Mazda di GIIAS 2016.
Sumber :
  • Dok: Mazda

VIVA.co.id – Investasi dalam bidang otomotif di Indonesia sedang mendapat cobaan. Tiga merek mobil ternama dan satu merek sepeda motor gede terpaksa harus setop beroperasi atau mengalihkan semua kegiatan bisnis mereka ke pihak lain, setelah merasa gagal mendapat keuntungan.

Pertama adalah General Motors, yang memutuskan untuk menutup pabrik perakitan Chevrolet di Bekasi pada tahun lalu. Dan pada tahun ini, tiga pabrikan otomotif ternama harus mengibarkan bendera putih.

Ford Motor Company melalui PT Ford Motor Indonesia (FMI), memilih hengkang dari ketatnya persaingan bisnis otomotif di Tanah Air, yang kemudian disusul oleh PT Mabua Harley-Davidson.

Pabrikan mobil asal Jepang, Mazda, juga memilih jalan serupa. PT Mazda Motor Indonesia (MMI) belum lama ini mengumumkan, semua kegiatan penjualan dan purnajual Mazda akan dialihkan ke pihak ketiga.

Kabar ini tentu membuat konsumen was-was. Bagaimana tidak? Mereka sudah memercayakan transportasi pribadi pada merek tersebut, dan kini tiba-tiba harus dihadapkan pada setopnya operasional agen pemegang merek (APM).

Satu hal yang kerap dikhawatirkan konsumen adalah layanan purnajual. Hal ini adalah wajar, mengingat banyak dari mereka yang berniat menggunakan kendaraannya untuk jangka waktu yang panjang.

Jika tiba-tiba APM tutup, dikhawatirkan ketersediaan onderdil dan jasa profesional menjadi langka. Otomatis, konsumen harus merogoh kocek lebih dalam untuk menjaga kondisi kendaraan mereka.

Salah satu contohnya Ford. Tidak lama setelah berita bahwa FMI akan setop beroperasi sampai ke telinga konsumen, tidak sedikit yang memutuskan menjual mobil mereka dan menggantinya dengan merek lain yang dianggap bisa dipercaya.

"Langsung kepengen jual mas. Ya, pasti hal ini akan membuat harga mobil Ford anjlok. Tapi enggak tahu, nanti pasaran mobil saya ini jadi berapa,"  kata pemilik Ford Fiesta keluaran 2014, Ery, saat dihubungi VIVA.co.id beberapa waktu lalu.

Ford menempati stan kecil di pameran GIIAS 2016 (Foto: VIVA.co.id/Toto Pribadi)

 

Atas keputusan itu, kini Ford tengah mendapat gugatan dari beberapa dilernya. Hal ini dikarenakan Ford menunjuk pihak ketiga untuk meneruskan layanan purnajual mereka di Indonesia.

Parahnya, pihak ketiga yang ditunjuk Ford, yakni RMA Group, bukanlah salah satu dari diler-diler Ford yang ada saat ini. Pihak diler merasa dipermainkan, karena mereka seolah-olah tidak dianggap.

"Diler memiliki fasilitas. Jadi, sudah sepantasnya kalau opsi diberikan kepada diler untuk meneruskan, bukan pihak asing yang ditunjuk,” ujar pengacara dari beberapa diler Ford, Harry Ponto.

Selanjutnya..belajar dari kasus Ford

***

Berbeda dengan FMI, cara MMI keluar dari bisnis otomotif jauh lebih elegan dan bertanggungjawab. Saat memutuskan untuk mundur, MMI telah menyiapkan semua hal yang dibutuhkan, mulai dari nasib karyawan hingga layanan ke pelanggan.

Prinsipal MMI, yakni Mazda Motor Company, telah menunjuk PT Eurokars Motor Indonesia, bagian dari Eurokars Group, untuk meneruskan semua kegiatan Mazda di Tanah Air, mulai dari distribusi hingga purnajual.

“Dengan mempergunakan keahlian dan pengalaman yang dimiliki dalam bisnis mobil di Indonesia, Eurokars Group akan memperkenalkan aktivitas penjualan yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan di pasar ini,” ucap Presiden Direktur MMI, Keizo Okue.

Peralihan ini akan dimulai pada Februari 2017 mendatang. Dan tidak hanya konsumen, Eurokars juga akan bertanggung jawab terhadap nasib dari semua karyawan MMI.

Salah satu diler Mazda di Jakarta (Foto: VIVA.co.id/Jeffry Yanto)

 

Menurut keterangan dari General Manager Group Public Relations and Corporate Communications Eurokars Group, Angeline Tan, Eurokars akan mengambil alih seluruh staf dan diler yang ada di bawah naungan MMI.

“Juga akan bertanggung jawab untuk semua, setelah penjualan, termasuk jaminan dari semua kendaraan Mazda yang dijual oleh MMI sebelum transfer,” katanya.

Eurokars diketahui sudah menjadi diler mobil Mazda di Indonesia sejak 2007, dan kemudian mengambil alih distribusi Mazda di Singapura pada 2011 silam. Tahun lalu, Eurokars Group juga berhasil meningkatkan pangsa pasar Mazda di Singapura menjadi 9,2 persen.

Bahkan, sebagai pengakuan untuk keberhasilan tersebut, Eurokars Group menerima penghargaan Volume and Share Increase Award di 2014 dan Ratio Increase Award untuk pencapaian kenaikan penjualan 168 persen di 2015.

Selanjutnya...pengaruh pada harga Mazda bekas

***

Selain ketersediaan onderdil, hal lain yang dikhawatirkan konsumen pasca pengumuman tutupnya MMI adalah harga jual kembali.

Hal ini terlihat jelas pada Ford, di mana banyak pedagang mobil bekas yang enggan menampung Ford bekas. Alasannya, peminat sedikit dan tidak sebanding dengan keuntungan yang didapat.

Namun, hal ini diprediksi tidak terjadi pada Mazda. Menurut salah satu pedagang mobil bekas di WTC Mangga Dua, Jakarta Utara, Sunanta, harga Mazda bekas diperkirakan tidak banyak berubah.

Kata dia, kasus Mazda Motor Indonesia yang memilih tutup beda dengan kasus hengkangnya Ford Motor Indonesia (FMI).

"Kalau Mazda itu hanya beda manajemen saja. Jadi untuk harga, pasti masih normal. Kecuali untuk pelayanan konsumen di bengkel dan mencari onderdil tidak ada titik terang, baru turun harganya," kata Sunanta kepada VIVA.co.id, Minggu 16 Oktober 2016.

All New Mazda2 2014 (Foto: VIVA.co.id/Krisna Wicaksono)

 

Sementara itu, penggawa Power Auto di WTC Mangga Dua, Yugi menyampaikan, kasus Mazda memang lebih terarah ketimbang Ford. Kata dia, kalau konsumen jeli, itu hanya peralihan bisnis semata.

Meski begitu, ia tidak menampik bahwa nantinya akan ada penurunan harga mobil Mazda.

"Tahun depan pasti jatuh harganya. Kita lihat dari pengalaman saja yang sudah-sudah, Tapi kalau Mazda, paling tahun depan turun 10 persen,” ungkapnya.

Untuk saat ini, Yugi mengaku bahwa harga mobil Mazda masih dalam batas normal.

"Kalau Mazda tuh harganya pasti turun kurang lebih Rp90 jutaan dari harga baru. Misalnya Mazda2 tipe R, barunya Rp260 jutaan. Kami beli dari pemakai Rp180 juta, nanti kami jual Rp 200 jutaan," ujarnya.