Duel Hillary versus Trump di Panggung Debat

Hillary Clinton dan Donald Trump
Sumber :
  • REUTERS/Lucy Nicholson

VIVA.co.id – Musim Pemilihan Presiden Amerika Serikat kali ini mulai memasuki babak panas.  Senin malam, 26 September 2016, waktu AS atau Selasa pagi WIB, dua kandidat Presiden AS, Hillary Clinton dan Donald Trump, akan bertemu dalam satu panggung. Keduanya sangat diharapkan beradu argumen, menyampaikan program, dan berjuang merebut perhatian rakyat AS.

Perhatian publik AS dan mungkin seluruh dunia selama beberapa pekan mendatang akan tertuju pada mereka. Media publik Amerika, VOA, memperkirakan debat tersebut akan ditonton oleh lebih dari 100 juta orang di seluruh dunia.  Ini adalah debat kandidat pertama. Kedua calon akan bertemu dalam tiga debat. Debat kedua akan dilakukan pada 9 Oktober 2016, sedangkan debat ketiga akan dilakukan pada 19 Oktober 2016.

Perdebatan ini akan sangat menarik, karena seluruh sikap Trump dan Hillary, termasuk bagaimana cara mereka menjawab dan reaksi mereka terhadap pertanyaan yang diajukan, akan sangat menentukan pilihan publik.

Panggung yang akan digelar di Hofstra University di New York ini juga akan menjadi arena bagi Trump dan Hillary untuk saling memperlihatkan kedewasaan sikap keduanya dalam panggung politik. Apalagi keduanya akan diberikan kesempatan untuk saling bertanya dan mengomentari satu sama lain.

Lester Holt, jurnalis senior dan presenter acara NBC Nightly News, akan menjadi moderator bagi Trump dan Clinton. Ada tiga topik yang akan diangkat,  yaitu: Arah Amerika, Bagaimana Mencapai Kesejahteraan, dan Bagaimana Mengamankan Amerika. Holt akan membuka setiap segmen dengan pertanyaan, setelah itu masing-masing kandidat akan diberi dua menit untuk merespon.

Elektabilitas Trump dan Clinton yang saling susul pada sebulan terakhir akan membuat debat ini menjadi menarik dan ditunggu rakyat AS.  Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters/Ipsos yang dirilis pada hari Senin menunjukkan setengah dari pemilih Amerika kemungkinan akan bergantung pada debat untuk membantu membuat pilihan mereka. Lebih dari setengah, sekitar 61 persen pemilih berharap pada perdebatan sipil ini, dan tidak tertarik pada fakta-fakta yang muncul selama kampanye.

Debat belum dilakukan, namun tim kampanye kedua kandidat tak cukup sabar menunggunya. Kedua tim sudah saling serang dan menggunggulkan jagoan mereka.  “Kami akan menarik perhatian banyak orang saat dua kandidat berlaga,” kata manajer tim kampanye Clinton, Robby Mook. Ia menjamin, Clinton akan mampu memperlihatkan Donald Trump yang sebenarnya tidak cocok, tidak siap, dan terlalu percaya diri. “Saya tidak yakin dia bakal menguasai banyak isu,” kata Mook.

Sementara itu kubu Trump juga melakukan serangan yang sama. Salah satu manajer kampanyenya, Kellyanne Conway, meragukan kredibilitas Clinton. Dia menilai kata-kata Clinton tidak bisa dipercaya. “Hubungan tipis Hillary Clinton dengan kebenaran sudah diketahui banyak orang Amerika. Saya yakin kita bakal menyaksikannya pada debat nanti,” ujarnya. Menurutnya, Clinton bermasalah dengan kejujuran. “Kalian tahu, menghadapi Clinton, kejujurannya selalu dipertanyakan,” ujar Conway.

Selama masa kampanye, kedua kandidat juga kerap melemparkan kalimat tajam yang saling menyerang. Clinton, yang kini berusia 68 tahun, kerap mengatakan Trump sebagai seorang temperamental dan tidak layak untuk Gedung Putih. Sedangkan Trump, berulangkali menyebut Clinton sebagai "crooky Hillary," alias "si bengkok Hillary."

Menurut Reuters, Senin, 26 September 2016, Trump selama ini mendominasi perdebatan di Partai Republik dengan serangan kilat. Namun ia  tidak memiliki pengalaman untuk mengatur kemampuan dalam debat one-on-one. Debat ini membutuhkan kemampuan mengatur dan menguasai diri, juga kemampuan membahas masalah secara mendalam.

Sementara Clinton sangat berpengalaman dalam debat one-on-one. Ia pernah melakukan debat di panggung nasional bersama Barack Obama dalam persaingan untuk menjadi kandidat Presiden AS dari Partai Demokrat pada tahun 2008. Dan awal tahun ini, ia kembali melakukan hal yang sama dengan Senator Bernie Sanders saat pemilihan kandidat Presiden AS dari Partai Demokrat awal tahun ini.

Pengamat politik dari Universitas George Washington, Matthew Dallek, menganggap debat ini akan menjadi hal yang sangat penting. "Saat ini, elektabilitas kedua capres lebih berimbang dari yang diperkirakan semula oleh banyak orang, jadi perdebatan ini sangat penting bagi kedua capres," katanya seperti dikutip dari VOA, Senin, 26 September 2016.

Saling Serang

Perdebatan Clinton dan Trump mungkin juga akan menjadi perdebatan kandidat paling seru. Jelang acara ini, kedua kubu juga sudah saling serang, bukan soal program atau hal yang akan mereka lakukan saat menjabat sebagai Presiden AS mendatang. Tapi perdebatan juga mengarah pada hal personal untuk saling menjatuhkan.

Diberitakan oleh BBC, Trump, pengusaha properti berusia 70 tahun itu terpancing emosi saat Mark Cuban, seorang jutawan yang juga pengecam kerasnya mengatakan kubu Clinton telah memberi kursi untuknya dibarisan depan. Melalui akun Twitternya Trump mengancam akan mengundang Gennifer Flowers untuk duduk dibarisan depan dalam debat dengan Hillary.

Gennifer Flowers, seorang mantan model, menjadi terkenal setelah pada masa kampanye tahun 1992 mengungkapkan bahwa ia memiliki hubungan spesial dengan Bill Clinton selama 12 tahun. Saat itu, pasangan Clinton memilih tetap tampil di publik dan mengumumkan kisah cinta mereka. Bill dan Hillary tak membantah juga tak membenarkan cerita Flowers. Bill Clinton akhirnya menjadi Presiden AS.

Namun ancaman Trump itu dibantah oleh tim kampanyenya. Manajer tim pemenangan Trump, Kellyanne Conway, mengaku tak pernah terpikir untuk menghadirkan Flowers dalam jajaran pendukung saat acara debat.  Sementara Clinton memilih tak menanggapi ancaman Trump tersebut. Tim kampanye Clinton mengatakan, mereka lebih berharap agar perdebatan yang akan segera digelar itu lebih membahas masalah-masalah untuk memperbaiki kehidupan warga.

Beberapa jam lagi, perdebatan panas itu akan dimulai. Seluruh mata warga AS, dan mungkin sebagian besar warga dunia akan menatap panggung Hofstra University, New York, dan menunggu bagaimana kedua orang yang sedang menjadi pusat perhatian dunia itu akan menunjukkan kelas dan kualitasnya.

Siapa diantara mereka yang akan dianggap layak oleh publik AS untuk menjadi pemimpin mereka, sebentar lagi sebagian jawaban mungkin akan segera diketahui.

 

(ren)