Zona Pariwisata Halal Makin dapat Tempat di Indonesia
Sabtu, 6 Agustus 2016 - 06:12 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Al Amin
VIVA.co.id - Implementasi wisata halal di Tanah Air, sepertinya makin mendapat tempat. Selasa 2 Agustus 2016, ada langkah strategis baru, yakni penandatanganan Nota Kesepakatan Bersama (MoA) antara PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dan PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP).
Penandatanganan ini tentang Penyusunan Kajian Kerja sama Pembangunan dan Pengoperasian Integrated Logistic Area di Kawasan Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP), untuk merealisasi Halal Port, Halal Hub, dan Halal Zone.
Hal ini, dideklarasikan di tengah The 12th World Islamic Economic Forum di Jakarta Convention Center, Senayan. Penandatanganan Nota Kesepakatan Bersama itu memberi angin segar bagi pengembangan wisata halal di Indonesia.
Apalagi, baik PT Pelabuhan Indonesia dan PT JIEP, sama-sama sepakat mengembangkan Jakarta Intenational Halal Hub (JIHH). Ini akan memberikan harapan akan zonasi baru destinasi halal di Ibu Kota Jakarta.
“Ini momentum bersejarah. Kalau sudah jadi, imbasnya bisa sangat dahsyat bagi perekonomian nasional,” kata Riyanto Sofyan, ketua Tim Percepatan Pariwisata Halal yang dipercaya Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya, Selasa.
Rencananya, Arief Yahya yang akan presentasi sendiri konsep Halal Tourism yang sedang dikembangkan Indonesia, yakni Lombok, Aceh, dan Sumatera Barat (Sumbar). Ketiganya pas dengan positioning Halal Destinasion.
“Setiap kota, setiap daerah, boleh saja membuat kawasan halal, hotel halal, restoran halal, kafe halal, dan sebagainya. Karena secara bisnis, memang ada pasarnya, dengan daya beli yang sangat kuat,” ujar Menpar Arief Yahya.
Dari paparan Riyanto, peluang menggaet devisa dari wisata halal masih sangat tinggi, dan pasarnya ada. Data Sofyan Hospitality Analysis dari World Travel Tourism Council (WTTC), Singapura mampu mendulang US$16 miliar, Malaysia sebesar US$15 miliar. Bahkan, Thailand mampu mendulang keuntungan dari bisnis wisata halal mencapai US$47,4 miliar.
Sangat kontras bila dibandingkan dengan Indonesia, yang baru bisa mendatangkan devisa negara sebanyak US$11,9 miliar.
“Saya senang, gebrakan mengembangkan wisata halal makin terlihat nyata. Setelah ini, kita yang harus juara, karena Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,” kata Riyanto.
Selain itu, langkah kerja sama ini akan mendukung Halal Port, yang diinisiasi anak perusahaan IPC, PT Multi Terminal Indonesia (PT MTI) menjadi efektif dan bernilai. Apalagi, PT MTI sudah menggandeng Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada awal 2016.
“Halal hub merupakan transit area untuk produk-produk dari negara-negara non-muslim dengan tujuan ke negara-negara mayoritas muslim seperti Indonesia. Keseluruhan dari Halal Hub ini, nantinya adalah integrasi dari Halal Port, Halal Zone (Halal Warehouse dan Halal Moslem Fashion Hub), dan penerapan konsep Halal Logistics & Halal Supply Chain Management,” kata Riyanto.
Nantinya, Pelabuhan Tanjung Priok akan memainkan peran sebagai Halal Port. Sementara Kawasan Industri Pulo Gadung sebagai tempat Halal Zone dan Industri Kreatif.
Halal port yang disiapkan PT MTI itu akan dilengkapi infrastruktur dengan fasilitas gudang seluas 6.840 meter persegi (m2), lapangan penumpukan seluas 24.000 m2, serta cold storage dengan kapasitas 3.344 ton.
Dalam pengoperasiannya, Halal Hub Port akan bekerja sama dengan LPPOM MUI yang akan menjamin bahwa seluruh produk baik yang masuk maupun keluar dari pelabuhan dipastikan ditangani sesuai dengan standar jaminan halal yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI.
"Setelah persiapan infrastruktur selesai, MTI siap memberikan pelayanan terbaik dalam pengoperasian Halal Port. Nanti akan ada jaminan kepada pasar produk halal baik di Indonesia maupun negara berpenduduk mayoritas muslim lainnya, bahwa produk yang mereka dapatkan sudah memenuhi standar halal dalam penanganannya," ujarnya.
Untuk halal zone, akan disiapkan kawasan industri yang tidak terbatas hanya pada produk farmasi, kosmetik, fashion maupun makanan saja. Nantinya, kawasannya juga akan dikembangkan untuk produk maupun jasa layanan halal. “Industri kreatif, pariwisata, serta layanan keuangan dan asuransi, yang akan kami layani,'' tuturnya.
Aplikasi wisata halal
Wisatawan muslim, kini tak perlu bingung lagi mencari destinasi wisata halal diberbagai belahan dunia. Mastercard bekerja sama dengan HalalTrip, sebuah aplikasi online, meluncurkan serangkaian produk yang mempermudan wisatawan Muslim untuk pelesiran.
HalalTrip yang merupakan sister brand dari CrescentRating meluncurkan tiga produk perjalanan terbaru. Tiga produk ini diluncurkan dalam acara World Islamic Economic Forum (WIEF) ke-12 yang digelar di Jakarta Convention Centre (JCC) Senayan, Jakarta Pusat, 2-4 Agustus 2016.
Berdasarkan studi, crescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI)2016, jumlah total kedatangan wisatawan muslim mencapai angka 117 juta pada 2015. Angka ini diperkirakan terus bertambah hingga 168 juta wisatawan pada tahun 2020, dengan total nilai pengeluaran diatasi US$200 miliar.
"Populasi masyarakat muslim diperkirakan mencapai 26 persen dari keseluruhan populasi masyarakat dunia pada tahun 2030, hal ini memberikan peluang bagi sektor pariwisata muslim untuk terus berkembang," ujar Safdar Khan, selaku Division Presiden Mastercard untuk Indonesia, Brunei Darussalam dan Malaysia.
Fazal Bahardeen, selaku Chief Executive Officer (CEO) CrescentRating & HalalTrip, ditemui di tempat yang sama mengatakan, peluncuran dari produk-produk yang didukung oleh teknologi ini, merupakan sebuah contoh terhadap seberapa canggihnya pariwisata muslim saat ini, dan bagaimana mereka mewujudkan perjalanan dengan mudah.
"Sekarang, lewat smartphone dan tablet, wisatawan muslim dengan mudahnya mengeksplorasi destinasi-destinasi halal yang baru," ujar Fazal.
Ada beberapa elemen penting dalam HalalTrip, sehingga aman untuk wisatawan muslim. Pertama adalah kebijakan no alcohol di rumah tersebut.
"Pemilik rumahnya tidak harus muslim, namun dia punya kebijakan no alcohol dan semacamnya. Adanya tempat, atau ruangan beribadah juga penting," tambahnya.
Daerah bersaing dapatkan penghargaan wisata halal
Sebelum Aceh, provinsi Nusa Tenggara Barat lebih dulu menjadi destinasi pariwisata halal (Halal Tourism) di Indonesia. Kini, kedua daerah itu tengah bersaing untuk mendapatkan penghargaan Wolrd Best Halal Honeymoon Destination dan Wolrd Best Halal Tourism Destination.
Namun, Aceh mengklaim, saat ini daerahnya memiliki wisata halal yang berbeda dengan provinsi Nusa Tenggara Barat.
"Kalau di Lombok mungkin ada yang halal, ada juga yang bebas. Kalau di Aceh ini daerah Syariah, semuanya pakai konsep halal. Dan, kita pilih memang destinasi yang sudah siap. Baik itu dari sisi alamnya maupun budayanya, cuma konsepnya halal," ujar Kadisbudpar Aceh, Reza Pahlevi di Gedung Sapta pesona, Jakarta pusat, Kamis 4 Juli 2016.
Ia menjelaskan, daerah yang terkenal dengan Bumi Serambi Makkah ini menerapkan sistem Syariah yang membuatnya sudah teruji untuk urusan wisata halal. Bisa dikatakan, bahwa halal adalah bagian hidup dari masyarakat Aceh.
Tak kalah dengan pariwisata alam andalan Nusa tenggara, yaitu Lombok, provinsi Aceh juga memiliki wisata alam yang indah, mulai dari pulau Sabang, kota Banda Aceh dan panorama Gunung Lauser yang memesona.
Selain itu, Reza menambahkan, Aceh juga memiliki wisata sejarah Islam yang cukup lengkap, karena Islam pertama kali adalah dari tanah Aceh.
"Kita juga fokus ke heritage site sejarah masuknya Islam ke nusantara, Aceh Barat memiliki garis pantai yang cukup panjang, baharinya sangat kuat di situ," ujar Reza.
Kuliner halal di Tana Toraja
Untuk memudahkan mendapatkan makanan halal di salah satu daerah Indonesia, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, yang juga akan mengadakan acara Marathon, memberikan kemudahan bagi para wisatawan muslim untuk mendapatkan makanan halal.
13 Agustus nanti, di Tana Toraja, Sulawesi Selatan akan diselenggarakan event wisata olahraga bertajuk Toraja Marathon 2016. Acara tersebut, tentunya akan mengundangan banyak wisatawan baik lokal maupun asing.
Bagi wisatawan atau peserta lomba, tak perlu khawatir mencari makanan yang Halal di Toraja, meskipun mayoritas penduduk Toraja beragama Nasrani, namun jumlah penduduk yang beragama Islam juga makin bertambah, terutama pendatang yang bekerja di Toraja.
Fredy Batong selaku ketua PMTI (Persatuan Masyarakat Toraja Indonesia) mengatakan, saat ini, sudah banyak restoran-restoran umum yang menyediakan makanan halal di sana.
"Toraja memang mayoritas non muslim. Tapi sekarang, restoran yang menyediakan makanan halal sudah banyak, jadi nggak usah khawatir," ucap Fredy, saat ditemui di acara konferensi pers Toraja Marathon 2016, di Gedung Sapta Pesonan, Jakarta Pusat, Selasa 2 Agustus 2016.
Berikut, beberapa warung atau restoran yang menyajikan masakan umum, atau Halal di Toraja.
Kabupaten Tana Toraja
a. Rumah Makan Hj. Idaman, Jl. Merdeka no 46, Makale
b. RM Buli-Buli, Jl. Pongtiku
c. Depot 99, Jl. Nusantara no 37A, Makale
d. Warkop Pro, Jl. Pongtiku, Makale
Baca Juga :
e. Warung Sop Sodara dan Nasi Campur, Jl. Pongtiku, Makale
f. RM Lesehan Putri, Jl. Poros Makale-Rantepao,
Kabupaten Toraja Utara
a. Ayam Penyet Ria, Jl. Ahmad Yani no 81, Rantepao
b. RM Satria Desa, Jl. Diponegoro, Rantepao (menu : ayam kampung goreng)
c. Warung Makan Mie Gentong, Jl. Merdeka no 16, Rantepao
d. Pizza Kinaya, Jl. Ahmad Yani no 80
e. RM Dapota, Jl. Pongtiku
f. RM Kikil dan Umum, Jl. Diponegoro, samping My Laundry, Rantepao. (asp)