Merebut Pasar Ojek Online
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Bagaikan jamur di musim hujan. Ungkapan ini cocok untuk menggambarkan kondisi bisnis transportasi roda dua atau ojek online di Indonesia.
Bisnis ojek online di Tanah Air ini dipelopori oleh Gojek yang didirikan resmi Februari 2011, dan kemudian meluncurkan aplikasi Gojek pada awal 2015. Hadirnya layanan ojek online itu memudahkan pengguna memesan layanan transportasi itu dan akhirnya booming di kota besar seperti Jakarta.
Potensi dan peluang ojek online kemudian dibaca Grab, perusahaan asal Malaysia merilis aplikasi khusus ojek online, GrabBike beberapa bulan kemudian. Awal masuk Indonesia, Grab merilis layanan pesan taksi atau GrabTaxi.
Munculnya Gojek, GrabBike kemudian memicu pasar. Muncullah deretan layanan ojek online, BluJek, LadyJek, AdaJek, TeknoJek, TopJek, Jeger Taksi, Ojek Syar'i, UberMOTOR, dan lainnya. Makin bertumbuhan dengan suburnya permintaan ojek melalui aplikasi.
Namun demikian, seiring waktu berjalan, hanya beberapa layanan ojek online saja yang terlihat wara-wiri di jalanan Ibu Kota Jakarta.
Bisa dilihat saksama, di jalanan Jakarta saja nyaris hanya terlihat Grab, Gojek, dan Uber saja. Nyaris semua jalanan Jakarta menghijau dan menghitam, warna atribut Grab, Gojek, dan Uber.
Bicara soal penguasa pasar, wajah ojek online yang berlalu lalang di jalanan Jakarta bisa menjadi ukuran.
Gojek kini mengaku telah memiliki 200 ribu pengemudi yang beroperasi di 10 kota di Indonesia. Sementara itu, Grab pada Maret 2016, mengaku telah mencapai lebih dari 50 persen pangsa pasar ojek online di Indonesia dan sepanjang tahun ini menargetkan hadir di lebih dari lima kota di Indonesia. Bicara pertumbuhan, Grab mengaku layanan ojek online-nya telah tumbuh 250 persen.
Dominasi Grab dan Gojek memang tak lepas dari sokongan dana dan investasi yang besar. Bisa dilihat di balik Grab, mengalir dana investasi dari Tiger Global Management, Vertex Venture Holdings, GSV Capital, Hillhouse Capital, Qunar hingga SoftBank. Tak kalah, Gojek juga mendapatkan sokongan dana investasi dari NSI Venture, Sequoia Capital, dan lainnya.
Bahkan, dukungan dana tak berhenti. Laman TechCrunch melaporkan, pada awal Juli 2016, Gojek mendapatkan dana segar US$400 juta dan kini valuasi perusahaan lebih dari US$1 miliar. Sementara itu, pesaingnya, Grab, telah mendapatkan dana investasi lebih dari US$650 juta dan valuasi perusahaan mencapai US$1,6 miliar.
Nyaris 'perlawanan' terhadap Gojek dan Grab hanya dilakukan oleh UberMOTO, yang merupakan salah satu sayap bisnis Uber Inc, perusahaan teknologi asal San Francisco, Amerika Serikat.
Denyut pendatang baru
Selain tiga nama tersebut, ojek online lainnya seakan ditelan Bumi. Ramai diluncurkan setelah itu tak terdengar gegap gempitanya.
Namun usut punya usut, para pendatang baru ojek online itu nyatanya masih 'hidup', juga mengembangkan bisnisnya, meski tak populer dalam pemberitaan.
Salah satu yang VIVA.co.id telusuri yaitu TeknoJek. Layanan ojek online yang diluncurkan pada Mei lalu ini mengklaim sudah punya tiga ribu pengemudi.
TeknoJek mengaku pengemudi telah beroperasi melayani antar jemput penumpang yang ada di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Salah satu pendiri TeknoJek, Robert S.D. yang juga sebagai Chief Executive Officer (CEO) TeknoJek mengatakan, selama dua bulan ini, perusahaannya memang sedang fokus pengenalan layanan kepada konsumen.
Seiring dengan pengembangkan bisnis, TeknoJek juga terus membuka pendaftaran untuk jadi pengemudi TeknoJek. Robert mengatakan, TeknoJek membatasi penerimaan pengemudi, karena mereka ingin memaksimalkan pendapatan yang dicapai 3 ribu pengemudi TeknoJek.
Tapi, pemanggilan dan penerimaan pengemudi tetap terus dilakukan, berjumlah dua orang dalam sepekan.
Selain itu, ada pengemudi yang telah melamar secara online dan masih antre ada sekitar 17 ribu lagi. "Customer yang terdaftar lebih dari 20 ribu orang," ujar Robert.
Soal target, TeknoJek berharap pada 2016 dengan pencapaian yang meningkat. Dari sisi pelanggan, Robert mengatakan TeknoJek menargetkan akhir tahun ini minimal ada 50 ribu order tiap hari.
Soal ekspansi wilayah operasi, dia mengatakan target yang dicanangkan yaitu masuk pasar luar Jawa, tapi itu kemungkinan terlaksana pada tahun depan.
"Rencana di 2017 bukan sekadar order. Pada 2017 sampai pertengahan tahun ada di seluruh pulau. Artinya, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi minimal itu," ujarnya.
Target itu, menurut dia, bukan mimpi siang bolong. Sebab respons untuk masuk menjadi mitra TeknoJek muncul dari Jawa. Robert menyebutkan dari pendaftaran mitra yang masuk, ada permintaan dari Medan dan Sumatera.
"Itu banyak secara online," ujarnya.
Terkait pendapatan yang dihasilkan pengemudi TeknoJek, Robert mengatakan per bulan ada belasan mitra TeknoJek yang mengantongi Rp2,5 juta pada Juli ini.
Jika dirata-rata, dia mengakui pendapatan pengemudinya memang masih minim, antara Rp1-2 juta. Tapi, menurut dia, hal itu dipengaruhi oleh masih kecilnya pelanggan TeknoJek. "Karena customer masih baru, kami juga baru mulai," ujarnya.
Selain TeknoJek, salah satu pendatang baru ojek online yaitu AdaJek. Layanan AdaJek baru hadir pada Juni lalu itu memang belum terlihat mengaspal di Jakarta.
Setelah ditelusuri, ternyata deru motor mitra AdaJek masih fokus pada layanan mereka di Bogor.
Chief Operating Officer (COO) PT Ada Solusi Infotech, Teguh Mubarakh menjelaskan, saat ini ojek online dengan warna khas ungu itu banyak terlihat di wilayah Bogor. Jakarta dan Bekasi memang menjadi wilayah target mereka yang akan menyusul kemudian.
"Alhamdulillah, tahap awal Bogor sudah mengaspal," ujar Teguh kepada VIVA.co.id dalam pesan singkat, Jumat 29 Juli 2016.
Teguh mengungkapkan, saat ini pengemudi yang telah terdaftar di AdaJek untuk wilayah Bogor sudah mencapai angka dua ribu. Kemudian, pengemudi yang telah mengambil atribut sekitar 500 pengemudi.
Soal ekspansi layanan, dia mengatakan, untuk wilayah Bekasi, dalam waktu dekat pengemudi AdaJek akan mengaspal. Sementara itu, di wilayah Jakarta, diperkirakan sekitar akhir Agustus atau awal September.
Strategi stop and go
Sadar sebagai pendatang baru, TeknoJek dan AdaJek tahu diri. Dalam mengembangkan bisnisnya, mereka mengandalkan hal yang berbeda yang belum dihadirkan Gojek, Grab.
Sebagaimana diketahui, Gojek dan Grab punya banyak jenis layanan pada platform mereka, mulai dari antar orang, antar makanan, pesan tiket, layanan pijat dan layanan kebersihan di rumah sampai layanan salon kecantikan.
"Strategi yang paling dasar adalah kita tidak mau mengikuti cara marketing yang dilakukan sama seperti yang lain," tutur Robert, CEO TeknoJek kepada VIVA.co.id.
Robert mengatakan, layanan yang diberikan TeknoJek berbasis sistem multi level. "Kekuatan kami di situ. Kita manfaatkan fitur yang berbeda dari mereka, kira-kira srateginya seperti itu," ujarnya.
TeknoJek membuat sistem bonus untuk si pengemudi dan pelanggan seperti menjalankan bisnis. TeknoJek membuat sebuah sistem jaringan, yang mana saat satu pelanggan mengunduh aplikasi TeknoJek, maka ia akan mendapatkan sebuah referral ID yang digunakan sebagai ‘pegangan’ untuk memperluas jaringannya. Begitu juga dengan si pengemudi, hal yang sama berlaku.
“Ajak teman, teman ajak teman lagi, itu semua jadi jaringan customer,” kata Robert.
Bonus akan cair dengan syarat si pelanggan dalam satu bulan harus menggunakan layanan ojek online TeknoJek, dengan tarif Rp100 ribu. Sementara itu, untuk pengemudi, kata Robert, harus mendapatkan omzet Rp1,5 juta sebulannya.
Sementara itu, strategi lain dipakai AdaJek untuk menarik minat dan memudahkan pelanggan.
Layanan ojek yang disebut 'Si Ungu' dari warna atributnya itu mengakomodasi pengguna yang tak punya ponsel pintar (smartphone). Sistem ini dinamakan stop and go.
Dalam sistem ini, penumpang menghentikan 'si ungu' di jalanan, tanpa memesan lewat aplikasi.
Sebaliknya, ketika pengemudi menemukan pelanggan di jalan atau sebaliknya, selanjutnya, si pengemudi akan memasukkan data tujuan si pelanggan di aplikasinya, dan perjalanan dimulai.
Teguh menuturkan, aplikasi untuk pelanggan masih akan tersedia pada September. "Karena kami mau masuk sistem offline rider dulu," kata Teguh.
Selain layanan, AdaJek juga menawarkan hadiah pelesir untuk pengemudi yang mengaspal dengan kilometer terpanjang, order terbanyak, performa terbaik dan ambil orderan minimal delapan orang per hari. Hadiahnya yaitu umrah, tur Eropa maupun ke Bangkok, Thailand.
Bukan hanya pengemudi, penumpang AdaJek juga punya kesempatan untuk mendapatkan hadiah tur.
"100 penumpang berangkat ke Thailand dengan seringnya jumlah yang naik AdaJek sampai dengan Desember 2016," kata dia.
Teguh mengatakan, tawaran lain muncul dari tarif layanan. AdaJek terbagi dalam dua zona, yakni siang pukul 09.00-16.00 WIB dengan tarif per kilometer Rp2.500, dan malam atau rush hour pada pukul 16.00-09.00 WIB dengan tarif per kilometer Rp3 ribu.
"Dengan tarif awal lima kilometer pertama Rp10 ribu dan akumulasi apabila sudah lebih dari 5 kilometer pertama," ujar Teguh.
Untuk menaikkan jumlah mitra pengemudi yang bergabung. AdaJek menargetkan pengemudi mereka bisa menjadi 20 ribu sampai akhir tahun ini dan target order 50 ribu dalam sehari. Untuk mencapai itu, AdaJek sudah punya strategi khusus.
AdaJek mengajak pengemudi untuk tak hanya menjadi tukang ojek, yaitu menjadi pebisnis dengan mengelola top up mereka dan punya keahlian khusus mengakomodasi sesuai layanan yang dibutuhkan masyarakat. Misalnya, pengemudi AdaJek akan bisa melayani kebutuhan memijat, memasak, dan lainnya.
"Keahlian tadi dijadikan fitur di sisi konsumen, namanya AdaEmergency. Nantinya, konsumen bisa download aplikasi di smartphone masing (iOS dan Android). Untuk sekarang, kami bermain yang belum ada di kompetitor dulu," ujar Teguh.