Menanti Gebrakan Menteri Baru Ekonomi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan perombakan atau reshuffle
Kabinet Kerja jilid II di Istana Negara, Rabu, 27 Juli 2016.

Perombakan kabinet ini disadari Jokowi sebagai upaya menghadapi tantangan-tantangan ekonomi yang tidak mudah.

Alasan Jokowi yakni, pengentasan kemiskinan, kesenjangan ekonomi, memperkuat ekonomi nasional dalam menghadapi tantangan ekonomi dunia yang tengah melambat, dan menghadapi persaingan global.

"Saya menyadari tantangan-tantangan terus berubah dan membutuhkan kecepatan kita dalam bertindak dan memutuskan. Langsung dirasakan rakyat baik, jangka pendek, menengah, dan panjang," kata Jokowi di Istana Negara.

Jokowi ingin pemerintah berupaya maksimal agar Kabinet Kerja hasil reshuffle jilid II ini agar dapat bekerja lebih cepat, efektif, dan solid saling mendukung satu sama lain. "Sehingga, hasil nyata dalam waktu secepatnya," ujar Jokowi.

Sejumlah menteri ekonomi menjadi sasaran reshuffle yang dilakukan Jokowi. Ada sejumlah muka baru dalam jajaran menteri ekonomi. Mantan menteri keuangan era Kabinet Indonesia Bersatu Sri Mulyani Indrawati ditarik kembali untuk menduduki posisi yang sama di Kabinet Kerja menggantikan Bambang Brodjonegoro. 

Selain itu, Menteri Perdagangan, Thomas Trikasih Lembong, juga harus meninggalkan posisinya dan digantikan Enggartiasto Lukita. Menteri Perindustrian yang dijabat Saleh Husin digantikan Airlangga Hartarto. 

Posisi lain adalah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dari Sudirman Said beralih ke Archandra Tahar, sedangkan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya dari Rizal Ramli digantikan oleh Luhut Binsar Pandjaitan. 

Sementara itu, Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan digantikan oleh Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Budi Karya Sumadi. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Sofyan Djalil, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dijabat Bambang Brodjonegoro. 

Pasar sambut positif

Usai pelantikan jajaran menteri baru pemerintahan Presiden Joko Widodo, indeks harga saham gabungan (IHSG) kemarin ditutup menguat 49,9 poin atau 0,95 persen ke posisi 5.274. IHSG sempat bergerak hingga level 5.300.

Sementara itu, di pasar valas, nilai tukar rupiah menguat 38 poin atau 0,29 persen ke posisi Rp13.137 per dolar Amerika Serikat, setelah bergerak di kisaran Rp13.103–13.167 per dolar AS.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, tercatat sebanyak 202 saham naik, 113 saham turun, 92 saham tidak bergerak, dan 160 saham tidak ditransaksikan.

Investor bertransaksi Rp10,14 triliun, terdiri atas transaksi reguler Rp8,61 triliun dan negosiasi Rp1,52 triliun. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi beli bersih (net buy) Rp501,83 miliar.

Sebanyak delapan dari 10 indeks sektoral menguat, dipimpin sektor industri dasar yang naik 2,51 persen dan sektor keuangan menguat 1,48 persen.

Para ekonom melihat pergerakan IHSG dan rupiah ini merupakan respons positif pasar terhadap penunjukan Sri Mulyani sebagai menteri keuangan yang baru menggantikan Bambang Brodjonegoro.
 
Ekspektasi pasar khususnya investor di pasar modal menaruh harapan pada Sri Mulyani untuk menjabat sebagai Menteri Keuangan menggantikan Bambang Brodjonegoro yang digeser menjadi Menteri PPN/Kepala Bappenas.
 
Namun, analis Btrade Trading Course, Kiswoyo Adi menuturkan, euforia dari sentimen reshuffle ini terhadap pergerakan pasar saham hanya akan bertahan sesaat. 

Meskipun demikian, Kiswoyo turut optimistis dengan posisi menteri keuangan yang dipimpin Sri Mulyani akan dapat berdampak hingga jangka menengah.
 
"Kalau Sri Mulyani memang ada efek jangka menengah sih ke IHSG. Tapi, Agustus sudah mulai turun karena memang biasanya statistiknya seperti itu," ujarnya.
 
Pelaku pasar berharap, Kabinet Kerja baru pimpinan Presiden Joko Widodo dapat membuat perekonomian Tanah Air menjadi lebih baik.  

"Saya kira pasar akan menerima positif, karena secara menyeluruh pasar melihat sosok (Sri Mulyani) yang dinilai akan mampu menjadi penyeimbang," kata Lucky Bayu Purnomo, analis dari Danareksa, saat dihubungi viva.co.id, Rabu 27 Juli 2016. 

Menurut Lucky,  Sri Mulyani dan Darmin Nasution dianggap sebagai pasangan yang pas untuk membantu Presiden Jokowi dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi. 

"Pak DN (Darmin Nasution) akan menjadi penyeimbang dengan Sri Mulyani masuk kabinet, dan ini akan memberi sentimen positif bagi pasar. Target perekonomian juga diharapkan akan bisa tercapai," tuturnya.

Reza Priyambada, analis dari NH Korindo Securities mengatakan, untuk tahap awal pasar memang akan merespons positif terkait perombakan di Kabinet Kerja Jokowi khususnya menteri ekonomi. 

Ia mengatakan, sosok masih menjadi pertimbangan pelaku pasar, selain tahap selanjutnya roadmap dan implementasi di lapangan. "Paling tidak kinerja nama-nama yang ramai dibicarakan sudah teruji, harapan pelaku pasar perombakan ini akan memberi angin segar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata dia. 

Dunia usaha bergairah

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani, yakin dengan adanya perombakan menteri Kabinet Kerja akan memberikan dampak positif bagi pengusaha.

Menurut dia, Presiden Joko Widodo tentu telah mempertimbangkan segala sesuatu demi mencapai kebijakan yang terbaik. 

"Kami meyakini reshuffle yang dilakukan ini adalah yang terbaik, dan ini kan sudah melalui proses panjang, penelaahan tajam dan kami dari Kadin menyambut baik reshuffle ini," kata Rosan di Menara Kadin Jakarta, Rabu 27 Juli 2016. 
 
Meskipun demikian, menurut dia, catatan dari pengusaha bahwa perlu diperhatikan dalam evaluasi setiap kebijakan adalah bagaimana ujungnya bisa menciptakan lapangan kerja yang baru dan meningkatkan daya saing melalui pendidikan masyarakat. 
 
"Bagaimana kita meningkatkan daya saing, keterampilan pekerja kita yang sebagian besar pendidikannya masih rendah. Itu yang mesti kita tingkatkan secara konsisten," kata dia.
 
Rosan menambahkan, Kadin yakin menteri baru merupakan orang yang kompeten dalam bidangnya. Yang tentunya, akan semakin memberikan kebaikan dalam dunia usaha dalam mendorong pertumbuhan bisnis. 
 
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, saat berbincang dengan
viva.co.id
juga mengapresiasi langkah Presiden Jokowi menunjuk mantan direktur pelaksana Bank Dunia sebagai menteri keuangan. 

Menurut dia, Sri Mulyani merupakan figur tepat untuk membangkitkan perekonomian nasional yang memang saat ini belum bergeliat. "Saya kira, kita perlu sosok Sri Mulyani Indrawati," kata Josua.

Ia memandang, Sri Mulyani yang sebelumnya pernah berada di jajaran pemerintahan, memiliki rekam jejak yang cukup baik. Selama ia menjabat sebagai Menteri Keuangan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, defisit anggaran negara pada saat itu terjaga di posisi yang cukup baik.

"Beliau memiliki fiskal disiplin yang cukup baik, itu yang sebetulnya kita perlukan," katanya.

Menurut Josua, tugas yang diemban Sri Mulyani memang terbilang cukup berat. Seperti menjaga efisiensi belanja pemerintah, meminimalisasi adanya pelebaran defisit anggaran. Sebab, penerimaan pajak yang merupakan penyumbang terbesar pendapatan negara belum terakselerasi secara optimal.

Selain itu, mengenai program kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty yang sudah berjalan selama satu pekan belakangan. Josua mengatakan, tax amnesty merupakan program prioritas nasional yang tetap harus dijalankan, siapa pun yang nantinya menjadi penanggung jawab.

"Tax amnesty perlu diteruskan karena jangka panjangnya akan meningkatkan penerimaan pajak dan wajib pajak agar bisa lebih optimal. Apalagi, realisasi penerimaan di pertengahan tahun masih di bawah 40 persen," ujar dia.

Secara garis besar, respons pasar yang positif terhadap penunjukan mantan menteri Koordinator Bidang Perekonomian tersebut sangat diapresiasi. Tercermin dari beberapa indikator perekonomian nasional yang menunjukkan grafik yang positif.

Harapan Sri Mulyani

Sementara itu, usai serah terima jabatan, Sri Mulyani berharap Kementerian Keuangan bisa menjadi contoh dan teladan dari kinerja birokrasi di Indonesia.

Menurut Sri Mulyani, contoh birokrasi yang bisa dijadikan teladan bagi seluruh pos kementerian/lembaga adalah tidak mempersulit, memiliki semangat melayani, sampai dengan akuntabel. Ia pun yakin, jajaran pejabat dan pegawai Kemenkeu telah memiliki hal itu.

"Jadi tugas saya adalah meningkatkan nilai-nilai itu, sehingga bisa terlihat kepada masyarakat," ujarnya.

Sri Mulyani meyakini, para pejabat dan pegawai Kemenkeu memiliki tugas berat, dan cita-cita untuk mengelola keuangan negara sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang Undang Dasar. Maka dari itu, butuh sinergi dari seluruh jajaran, untuk merealisasikan harapan tersebut.

"Saya harap seluruh jajaran dengan kuat hati bisa terus bekerja. Kementerian ini begitu penting, dan jadi harapan masyarakat," katanya.