Cegah 'Mudik Horor' saat Arus Balik

Ilustrasi macet mudik.
Sumber :
  • ANTARA/M Agung Rajasa

VIVA.co.id – Kepadatan arus mudik Lebaran tahun ini sepertinya meninggalkan trauma tersendiri bagi banyak masyarakat yang menjalankan 'ritual' tahunan tersebut. Bagaimana tidak, meski saat ini pemudik sudah dimanjakan dengan fasilitas jalan bebas hambatan ke kampung halaman, namun masalah macet rupanya belum terpecahkan dengan sempurna. Bahkan, cenderung jauh dari asa.

Yang bikin mengkerenyitkan dahi, arus mudik justru terlihat ‘menggila’. Kepadatan mengular panjang. Untuk sekadar keluar tol saja, pemudik mesti rela menghabiskan waktu puluhan jam. Mirisnya, ada sejumlah pemudik yang meninggal karena kelelahan menghadapi macet di jalan tol.

Kemacetan parah yang mendapat sorotan tajam terjadi di Kabupaten Brebes, Jawa tengah. Bahkan sejumlah media massa internasional turut memberitakan kejadian tersebut.

Menurut Pengamat Transportasi Ellen Tangkudung, ada fenomena yang menarik dari Tol Brebes, di mana kini menjadi primadona baru yang dipilih pemudik. Artinya, kata dia, rencana pembangunan tol yang sedianya dimaksudkan membantu masyarakat justru menjadi blunder.

"Antrean kemacetan di Tol Brebes, bukti bahwa pembangunan tol bukanlah solusi untuk mengatasi kemacetan, namun hanya sebagai jalan alternatif bagi pengguna kendaraan," kata Ellen.

Kondisi serupa bahkan dikatakannya berbeda dengan jalur Pantura yang kini terlihat lebih lengang dari tahun-tahun sebelumnya, di mana belum ada Tol Cikopo-Palimanan, serta Brebes. Pembangunan tol sendiri kini justru memantik masyarakat untuk dimanjakan dengan kendaraan pribadi, dan kemudian berbondong-bondong melintas di sana, yang akhirnya menimbulkan masalah baru,

"Kan, tol dibangun supaya Pantura tidak macet. Semua orang pindah sekarang lewat Tol Cipali sampai Brebes, sekarang malah Pantura lancar," tuturnya.

Meski pemerintah telah menyediakan jalan alternatif, dirinya menyatakan tetap saja kemacetan akan tetap terjadi. Tingginya volume kendaraan yang masuk jalur tol menjadi salah satu penyebab kemacetan.

Jika melihat kasus tersebut, tentu hal ini dikhawatirkan kembali saat arus balik Lebaran 2016. Sebab, jalur yang mereka gunakan sama, dan momentum yang sama, di mana jutaan orang akan kembali ke pusat kota usai menghabiskan waktu berlebaran di kampung halaman.

Tol Brebes belum siap?

Meski terbilang baru beroperasi dan sudah digunakan untuk musim mudik Lebaran 2016, Tol Brebes dinilai belum sepenuhnya bisa dioperasikan. Hal itu terlihat dipaksakan, melihat dari tak adanya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di tol tersebut, serta berbagai fasilitas penunjang sebuah tol pada umumnya.

Hal itu bahkan disampaikan langsung Ketua DPR Ade Komarudin. Dia mengkritik, hal itulah yang memperparah keadaan, di mana banyak pemudik kehabisan bahan bakar, mendorong kendaraan, hingga berbagai kejadian yang di luar nalar. Maka itu, dia berharap harus ada upaya evaluasi menyeluruh terhadap pengelola jalan tol. Di mana, diperlukan sistem baru agar kejadian macet horor di Brebes tak terulang di kemudian hari.

"Belum ada SPBU, rest area. (Bensin) per liter Rp50 ribu, (suasana) kotor banget," kata Ade.

Politikus Partai Golkar itu juga berharap, kemacetan pada saat arus balik tidak terjadi separah arus mudik. Dia mengakui banyak hal harus dievaluasi, termasuk kemungkinan menggunakan teknologi seperti e-toll. "Pengelola jalan tol harus tanggung jawab. Sistemnya harus diperbaiki," kata dia.

Ade mengingatkan, mudik tahun 2016 ini merupakan pengalaman. Untuk ke depan, dia berharap kasus serupa tak terulang lagi. "Kalau Pemalang jadi, makanya di Pemalang nanti macet. Volumenya (kendaraan) juga banyak, SPBU belum ada. Ya memang dadakan. Baru kelar sudah langsung dipakai," kata dia.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tjahjo Kumolo meminta maaf atas terjadinya musibah pada saat kemacetan di jalur Pantura khususnya di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

"Saya Mendagri atas nama pemerintah menyampaikan permohonan maaf pada masyarakat yang mudik khususnya pada keluarga yang tertimpa musibah," kata Tjahjo, Sabtu, 9 Juli 2016.

Menurutnya, pemerintah telah berusaha secara maksimal mempercepat pembuatan jalan tol dan perbaikan jalan agar memudahkan masyarakat untuk mudik melalui jalan darat. Namun, kata dia, memang selalu ada hal yang tidak bisa diprediksi.

"Adanya musibah dan masih adanya kurang nyaman dalam perjalanan menjadi evaluasi kami pemerintah khususnya Kemendagri. Sekali lagi sebagai Mendagri, kami mohon maaf," kata Politikus PDI Perjuangan tersebut.

Selanjutnya>>> Titik macet arus balik...

***

Titik macet arus balik

Sementara itu, Menteri Perhubungan Indonesia Ignasius Jonan memprediksi akan ada empat titik wilayah yang berpotensi mengalami kemacetan saat arus balik Lebaran 2016. Tingginya angka pemudik di Tanah Air membuat transportasi dan infrastruktur dikatakannya harus siap melakukan antisipasi.

"Pertama itu (titik macet) di pintu masuk Tol Pasteur Bandung, paling kecil ya itu," ujar Jonan, Kamis, 7 Juli 2016.

Selain itu, gerbang tol di Cikarang Utama kata dia juga tak luput dari perhatian karena menjadi titik yang berpotensi mengalami kemacetan panjang. Sebab, gerbang tol tersebut merupakan tol pertemuan antara Cikampek dan Jakarta.

Titik selanjutnya yakni pintu Tol Karang Tengah, lalu keempat Pintu Tol Cimanggis. Keduanya merupakan titik kemacetan yang perlu diwaspadai bagi para pemudik. "Kalau Karang Tengah itu Merak ya," kata dia.

Dengan potensi adanya empat titik kemacetan tersebut, para pemudik yang hendak kembali ke Ibu Kota Jakarta diimbau agar mempersiapkan segala kebutuhannya selama di perjalanan sehingga tidak kelabakan saat menghadapi macet.

Untuk memuluskan perjalanan pemudik di arus balik, Jonan meminta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU) serta pemilik serta Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) agar membebaskan tarif tol jika terjadi kemacetan yang sudah melebihi jarak tiga kilometer.

Sebab, lamanya transaksi yang dilakukan pengguna jalan tol di pintu tol menjadi salah satu penyebab macet panjang yang ditemui pada musim mudik kali ini. "Saya sudah ngomong ke pemilik jalan tol. Kalau nanti arus balik ke arah Barat macet lebih dari tiga kilometer, maka di pintu tol itu harus dibebaskan (tarif), jadi bisa langsung lewat. Kalau sudah lancar, ya bayar lagi," kata Jonan.

Menanggapi instruksi Jonan, Direktur Utama PT Waskita Toll Road, M Choliq, mengaku tak keberatan jika memang nantinya pihaknya harus membebaskan tarif tol sesuai dengan arahan Jonan. "Kalau harus bebaskan tarif, ya itu tidak masalah. Insya Allah tidak rugi. Setelah (lalu lintas) longgar, ditarik tarif lagi," kata Choliq saat ditemui di Posko Mudik Kementerian Perhubungan.

Ia menjelaskan, di pintu Tol Brebes sebenarnya masyarakat tidak melakukan transaksi, melainkan hanya mengambil tiket. Bayarnya, kata dia, di pintu Cikarang dan Palimanan.

"Secara teori mestinya tidak macet, karena kami punya empat pintu, mulai dari Brebes Timur, Barat, Pejagan dan Kanci. Macetnya itu di jalan arteri, bukan di jalan tol. Kalau pun nanti macet lagi, paling di Cikarang. Brebes Timur itu pintu pertama dari arah Timur, pasti enggak macet," ujarnya.

Polisi: Pemudik arus balik jangan was-was

Lantaran menjadi wilayah baru yang terkenal macet ‘menggila’, banyak pemudik yang kemudian mengkhawatirkan kemacetan di Brebes. Menurut Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri, Inspektur Jenderal Agung Budi Maryoto, dia meminta pemudik tidak perlu khawatir soal arus balik. Pihaknya berharap, kemacetan parah yang terjadi saat arus mudik lalu tidak sampai membuat warga menjadi trauma.

"Kami sudah mengevaluasi, jadi masyarakat jangan trauma, atau takut untuk lewat Cipali-Brebes Timur. Karena karakteristik, arus balik dan mudik berbeda. Bila mudik, kendaraan melewati jalan besar, highway, tol, menuju jalan arteri. Berbeda dengan arus balik," kata dia, Sabtu, 9 Juli 2016.

Ia menambahkan, salah satu penyebab kemacetan lalu lintas kemarin, lantaran banyaknya permasalahan jalan arteri. Seperti perbaikan jembatan yang belum selesai, palang pintu perlintasan kereta api yang setiap 12 menit ditutup, dan adanya pasar tumpah, hingga bahan bakar minyak (BBM) yang sulit diperoleh.

"Jadi, karakteristiknya berbeda. Pada saat arus balik nanti, mereka sudah pelan-pelan karena berbagai hambatan tadi, tetapi sesudah masuk tol, ada highway, jadi bebas hambatan," tambahnya.

Terkait hal itu, evaluasi mudik pun telah dilakukan. Mulai dari meminta bantuan Pemerintah Daerah (Pemda) setempat, menertibkan pasar tumpah maupun soal kesulitan memperoleh BBM.

"Di pintu tol Brebes Timur, akan diperbanyak petugas untuk membagikan kartu tol. Kendaraan stasioner Pertamina akan disediakan di tol Brebes untuk tangani kendaraan yang kehabisan BBM. Rekayasa lalu lintas sudah disediakan kalau terjadi macet," ujarnya.

Agung juga menawarkan tiga rute untuk melakukan perjalanan arus balik, yakni jalur Pantura, Jalur Selatan, dan Jalur Cipali. "Kendaraan yang dari Jakarta, akan dikeluarkan di Brebes Barat, sehingga tidak bertemu dengan kendaraan arus balik. Sudah kami hitung jarak Brebes Timur dan Barat itu kurang lebih enam kilometer," kata dia.

Sementara itu, di Gerbang Tol (GT) Cikarang Utama yang diperkirakan akan sesak pemudik arus balik, PT Jasa Marga menyatakan akan membuka 23 gardu exit agar meminimalisir penumpukan kendaraan. Jasa Marga mencatat, lebih dari 117 ribu kendaraan diprediksi akan melintasi GT Cikarang Utama pada puncak arus balik.

"Penambahan dua gardu exit, dari 21 gardu menjadi 23 gardu," ujar AVP Corporate Communication PT Jasa Marga, Dwimawan Heru Santoso, Minggu, 10 Juli 2016.

Kata dia, PT Jasa Marga juga akan mengalihkan lalu lintas keluar GT Cikarang Barat 2 dan masuk kembali menuju Jakarta melalui GT Cikarang Barat 4 yang memiliki tiga gardu. Sehingga total gardu melayani arus balik menuju ke arah Jakarta sejumlah 26 gardu.

PT Jasa Marga juga dikatakan memberlakukan contra flow untuk menghindari kepadatan di sekitar tempat istirahat dan pelayanan. Kendaraan-kendaraan dari Tol Cipali nantinya dialihkan ke Karawang Barat, Karawang Timur, atau Kalihurip melalui arteri Pantura. Sedangkan kendaraan dari Cipularang akan dialihkan ke Padalarang melalui arteri.

“Sejauh ini, sistem contra flow yang diterapkan di Tol Cikampek menunjukkan hasil yang efektif,” kata dia.

(ren)