Jenderal Sjafrie Cocok Masuk Bursa Pesaing Ahok
- Antara/ Widodo S Jusuf
VIVA.co.id – Pesta demokrasi menuju kursi Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 sudah tinggal menghitung hari. Kurang dari lima bulan ke depan, atau pertepatan dengan dibukanya pendaftaran para calon Gubernur dan Wakil Gubernur, warga Jakarta sudah dapat melihat, siapa saja calon yang akan dipilih di Pemilihan Gubernur DKI 2017 nanti.
Hingga saat ini, dari sekian banyak nama tokoh dan politikus yang menyatakan siap bersaing memperebutkan kursi DKI 1. Hanya, ada satu nama pasangan yang, kemungkinan besar mengisikan namanya di salah satu calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI yang berlaga di Pilgub.
Mereka adalah pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Heru Budi Hartono. Pasangan ini, sampai detik ini, masih menyatakan diri, maju melalui jalur non partai politik, Basuki dan Heru memilih jalur pengumpulan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dukungan, atau independen.
Untuk maju dengan kendaraan independen, berdasarkan data yang dihimpun VIVA.co.id dari situs resmi tabulasi pengumpulan KTP, relawan Teman Ahok, Senin, 23 Mei 2016, pasangan ini, setidaknya sudah memiliki bekal 874.763 dukungan KTP.
Dengan bekal sebanyak itu, pasangan Basuki dan Heru, sudah lebih dari cukup untuk maju, karena sesuai peraturan dan undang-undang yang dijadikan acuan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) DKI, pasangan independen harus memiliki dukungan KTP paling sedikit 532.213.
Tak hanya berbekal raihan pengumpulan KTP yang mumpuni, pasangan Basuki dan Heru juga telah mendapatkan dukungan sejumlah partai politik, seperti Partai Nasdem dan Partai Hanura.
Belakangan, Basuki yang akrab disapa Ahok menyebut, Ketua Umum Partai Golkar hasil Munaslub, Setya Novanto, juga siap memberikan dukungan. Hal tersebut disampaikan Setya saat bertemu Ahok dalam sebuah pertemuan.
"Kita mah enggak ada tawar menawar. Langsung aja itu, teman-teman Golkar bilang, 'langsung maju aja lah, pasti nanti kita dukung'. Tapi (sikap) partai kan beda," ujar Ahok menirukan apa yang dikatakan Setya kepadanya.
Tiga petarung Gerindra
Sementara itu, di saat Basuki dan Heru mulai mempersiapkan diri menatap ajang pemilihan langsung itu, sejumlah calon masih dipertanyakan nasibnya. Karena, persaingan untuk mendapatkan usungan semakin memanas.
Sebut saja, Ketua Umum Partai Bulan Bintang, Yusril Ihza Mahendra. Meski terus gencar menjalin komunikasi dengan partai politik. Tapi, hingga saat ini, belum satupun partai politik yang menyatakan meminang tokoh yang pernah menjabat Menteri Hukum dan HAM itu.
Yusril diketahui, sudah menjalani proses seleksi calon Gubernur DKI di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Tapi, hasilnya belum juga ketahuan. Sebab, hingga saat ini, DPP PDIP dan Ketua Umum PDIP, Megawati belum mengeluarkan keputusan apapun soal siapa yang layak diperjuangan bersaing merebut kursi Gubernur DKI.
Satu-satunya kader internal PDIP yang mengikuti proses penjaringan calon Gubernur hanyalah mantan Wali Kota Blitar yang juga Wakil Gubernur DKI saat ini, Djarot Saiful Hidayat.
Meski nantinya tak dipilih PDIP mewakili partai berlambang kepala banteng dengan moncong putih itu. Yusril masih memiliki kans untuk diusung Partai Gerindra.
Sayangnya, perjalanan Yusril untuk dapat diusung partai yang dipimpin Prabowo Subianto tak semudah yang dibayangkan. Yusril harus bersaing dengan kader Gerindra, Sandiaga S Uno, yang juga menyatakan siap ikut di Pilgub DKI.
Bahkan, yang terbaru, Sandiaga pun terancam hanya mengisi tiket sebagai calon Wakil Gubernur saja. Karena, satu nama tokoh kembali muncul sebagai calon Gubernur dari Gerindra, dia adalah mantan Wakil Menteri Pertahanan, Letnan Jenderal Purnawirawan TNI, Sjafrie Sjamsuddin.
Sjafrie berpengalaman dalam mengamankan Ibu Kota. Dia pernah setahun menjabat sebagai Panglima Komando Daerah Militer Jakarta Raya selama 1997-1998.
Bahkan, Sjafrie pun memegang peran vital dalam menjaga keamanan Jakarta saat dilanda kerusuhan 12-13 Mei 1998, yang menjadi sejarah kelam dari peralihan kekuasaan dari rezim Orde Baru ke Era Reformasi. Tugas Sjafrie dalam mengamankan Ibu Kota tidak berlangsung lama. Pada 1998 Sjafrie ditarik ke Markas Besar TNI sebagai Asisten Teritorial Kepala Staf Umum dan Staf Ahli Panglima TNI.
Karier militer Sjafrie memang terbilang bagus. Dia pun pernah menjadi Kepala Pusat Penerangan TNI dan Sekretaris Jenderal di Kementrian Pertahanan sebelum akhirnya menjadi Wakil Menteri Pertahanan di masa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono.
Pengalaman dan karier militer yang cemerlang, ditambah kedekatannya dengan Prabowo, membuat munculnya nama Sjafrie sebagai kandidat gubernur DKI usungan Partai Gerindra tidaklah mengherankan. Otomatis ini bisa mengancam kans kandidat-kandidat lain yang sudah muncul lebih dulu, seperti termasuk Sandi dan Yusril.
Meski demikian, Sandi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra menyatakan, belum mengetahui siapa di antara dirinya, Yusril dan Sjafrie yang akan diputuskan Prabowo, bertarung melawan pasangan Basuki dan Heru.
"Setahu saya sih, ada tiga nama yang diusung oleh Gerindra. Dan tiga nama itu akan disetor ke DPP akhir bulan ini. Dan Pak Prabowo akan menentukan pilihannya setelah lebaran. Itu saat ini yang kita diinfokan," ujar Sandiaga Uno, Minggu, 22 Mei 2016.
Selain tiga petarung dari Partai Gerindra, beberapa waktu, sejumlah nama telah dulu mencuat, seperti, politikus PPP, Abraham Lunggana alias Haji Lulung; kader perempuan Partai Demokrat, Hasnaeni Moein berjuluk Wanita Emas; politikus muda PKS, Muhammad Idrus dan musisi Ahmad Dhani.
Tapi, nama-nama sejumlah tokoh ini, juga tak diketahui pasti nasibnya. Sebab, mereka tidak bisa mencalonkan diri langsung tanpa diusung partai politik. Mau tidak mau, mereka harus menanti partai-partai pemilik hak mencalonkan pasangan, menentukan pilihan.
(ren)