Golkar, Pemerintah, dan Nakhoda Baru
- ANTARA/Wira Suryantala
VIVA.co.id – Aura tegang terpancar dari wajah Setya Novanto dan Ade Komarudin, Selasa pagi, 17 Mei 2017 di ruang sidang Bali Nusa Dua Convention Center. Proses penghitungan suara pemilihan ketua umum Partai Golkar yang tengah menggelar Musyawarah Nasional Luar Biasa itu mendekati akhir.
Setya Novanto memimpin perolehan suara. Sementara itu, raihan suara Ade Komarudin yang membuntutinya hingga jelang penghitungan berakhir belum cukup 30 persen, syarat untuk bisa lolos ke putaran kedua. Bila pagi itu capaian suara Akom tidak mencapai 30 persen, Setya Novanto otomatis terpilih menjadi ketum, karena satu-satunya yang mencapai syarat minimal tersebut.
Ketegangan berlanjut. Hasil akhirnya, suara Akom mencapai 30 persen, sehingga harus dilanjutkan pemilihan putaran kedua untuk memilih ketua umum. Hasil akhir pemilihan putaran pertama: Ade Komarudin mendapatkan 173 suara, Setya Novanto 277 suara, Airlangga Hartarto 14 suara, Mahyudin 2 suara, Priyo Budi Santoso 1 suara, Aziz Syamsuddin 48 suara, Indra Bambang Utoyo 1 suara, dan Syahrul Yasin Limpo 27 suara.
Dengan hasil itu, Setnov dan Akom maju ke putaran kedua. Nurdin Halid yang memimpin jalannya sidang mempersilakan kedua kandidat maju ke depan, duduk berdampingan dengan pimpinan sidang. Nurdin menyatakan pemilihan putaran kedua segera dimulai.
Tiba-tiba, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo yang juga menjadi kandidat angkat bicara. Dia menyarankan kepada Ade Komarudin agar menerima hasil voting pada putaran pertama itu sebagai hasil akhir demi kebaikan bersama.
Gayung bersambut. Ade Komarudin segera berdiri menyampaikan kata sambutan. Tak disangka-sangka, dia menyatakan mundur dari proses pemilihan putaran kedua.
Alasan yang dikemukakan, karena mengingat usianya yang lebih muda dari Setya Novanto, sehingga merasa masih bisa memberikan kontribusi di masa datang.
"Saya kira, saya lebih muda dari Pak Novanto, Saya masih 50 (tahun), Pak Novanto 60. Masih ada kesempatan saya di masa akan datang," tuturnya.
Menurut dia, keputusan ini tidak spontan, karena sebelum pemilihan sudah berdiskusi dengan berbagai pihak yang mendukungnya untuk maju dalam pemilihan. "Saya sudah berembuk dengan teman, termasuk teman-teman calon lain dan tim," ujar Ade Komarudin.
Sejurus kemudian, Nurdin Halid minta persetujuan forum menetapkan Setya Novanto sebagai ketua umum yang baru menggantikan Aburizal Bakrie. "Kita tetapkan Bapak Setya Novanto sebagai ketua umum Golkar untuk periode 2016-2019," kata dia. Setelah diterima forum sebagai ketua umum, Nurdin Halid kemudian mengetok palu pengesahan.
Janji Setya Novanto
Demi konsolidasi partai usai terjadinya dualisme kepemimpinan di Golkar, Setya Novanto berjanji untuk menemui semua DPD tingkat I dan II di seluruh Indonesia. "Langkah 100 hari kerja, saya akan keliling. Safari untuk bisa ketemu seluruh DPD I dan II," ujarnya.
Dia berjanji untuk menjadikan semua calon ketua umum yang bersaing dengannya di munaslub, untuk masuk dalam jajaran pengurus DPP. "Mereka semua orang yang mempunyai dedikasi dan kelebihan, maka saya akan rangkul untuk jabatan nanti, ini bukti kebersamaan," katanya.
Setya Novanto menyatakan akan menimba ilmu dari pengalaman para senior yang lebih dulu menakhodai partai berlambang beringin itu. Semua itu akan dilakukan untuk menjalankan amanah dari hasil munaslub yang menegaskan menjadi pendukung pemerintah.
"Saya ingin menimba pengalaman senior saya. Kepada Akbar Tandjung selamatkan Golkar di era reformasi," katanya.
Selain itu, menurut Novanto, dia ingin belajar kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga mantan ketua umum Partai Golkar. "Kepada JK saya ingin berguru untuk selesaikan masalah secara akurat," ujarnya.
Novanto juga ingin belajar dari mantan Ketua Umum Aburizal Bakrie (ARB) dalam menyelesaikan masalah. "Kepada ARB saya ingin belajar sebagai pemimpin yang memiliki visi pembangunan ke depan, untuk kawal partai ini," ujarnya.
Setya Novanto berjanji akan fokus membangun rekonsiliasi partai yang dipimpinnya. Dia berkomitmen segera mengundurkan diri sebagai ketua Fraksi Partai Golkar di DPR RI.
"Ya, yang jelas saya akan cari waktu yang tepat untuk mengundurkan diri dari Fraksi Partai Golkar. Itu saja," kata Novanto.
***
Program Prioritas
Menurut Novanto, ini saatnya menyatukan kekuatan, optimisme, dan harapan untuk kebangkitan Partai Golkar. Rekonsiliasi partai dia canangkan menjadi program prioritas. Inilah program seratus harinya yang dia ucapkan setelah terpilih sebagai ketum.
"Saya akan canangkan program 100 hari sebagai program jangka pendek. Maka itu saya akan rekonsiliasi tepat waktu, mulai dari tingkat pusat hingga tingkat daerah. Konsolidasi itu butuh perhatian," ujarnya.
Hal ini mengacu pada tahapan pilkada serentak 2017 yang tinggal beberapa bulan lagi. Novanto berjanji menyediakan semua waktunya untuk pemenangan pilkada.
"Berkenaan dengan pilkada, saya tegaskan tolak mahar politik atau politik mahar, karena ini adalah beban," ujarnya.
Novanto mengaku telah memiliki formula khusus tentang anggaran dalam pilkada serentak. "Kami canangkan dana bergulir untuk bantu kader yang diusung Golkar. Bahkan saya akan bantu dengan konsultan independen," katanya.
Jalan Baru Golkar
Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar menghasilkan sejumlah keputusan penting yang disahkan dalam forum itu. Yakni, reposisi Golkar menjadi partai pendukung pemerintah sekaligus mencabut keputusan Munaslub IX yang memasukkan Golkar dalam Koalisi Merah Putih. Kedua, pembentukan Dewan Pembina Partai Golkar yang diketuai Aburizal Bakrie (ARB).
“Dewan Pembina memberikan bimbingan, arahan dan nasihat dan bersama dengan DPP (Dewan Pimpinan Pusat) menetapkan keputusan strategis, baik internal maupun eksternal,” kata Sekretaris Munaslub, Siti Aisyah, yang membacakan naskah keputusan itu.
Munaslub Golkar juga merehabilitasi sekaligus mencabut keputusan pemecatan 15 kader, di antaranya, Agung Laksono, Priyo Budi Santoso, Laurens Siburian, Andi Sinulingga, Melchias Markus Mekeng, Riki Rahmadi, dan Agun Gunanjar. Diputuskan juga pencabutan sanksi organisasi yang sempat dijatuhkan kepada Agus Gumiwang Kartasasmita dan Nusron Wahid.
Munaslub Golkar juga memutuskan bahwa Soeharto harus diupayakan agar bisa menyandang gelar Bapak Pembangunan Nasional, Pahlawan Nasional, dan Tokoh Nasional Pendiri Golkar.
“Menginstruksikan DPP terpilih agar memperjuangkan Soeharto menjadi pahlawan nasional,” kata Aisyah dalam rapat yang dipimpin Nurdin Halid itu.
Setelah ditetapkan menjadi ketua umum, Setya Novanto langsung menyatakan kesiapannya untuk mendukung pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla.
"Jabatan yang saya terima ini saya pertanggungjawaban demi kepentingan bangsa, saya akan bekerja sama dengan pemerintah dan mendukung pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, sehingga ini akan menjadi kekuatan besar dengan Golkar ke depan," katanya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar, Aburizal Bakrie (ARB) mengatakan tak akan membayangi kepemimpinan DPP yang diketuai Setya Novanto.
"Saudara Novanto, percayalah saya tidak akan menjadi matahari kembar," kata ARB.
ARB berjanji akan berada di balik layar. Namun akan tetap memberikan nasihat kepada DPP. "Satu keyakinan saya, di dunia itu hanya boleh ada satu matahari, kalau dua hancur, di Golkar juga begitu," katanya.
ARB juga meminta agar tim formatur bisa segera menyelesaikan tugasnya membentuk kepengurusan DPP, sehingga konsolidasi bisa segera dilakukan khususnya untuk persiapan pemilu dan pilkada.
Berikut susunan tim formatur. Ketua Tim Formatur Setya Novanto, Sekjen dijabat Idrus Marham didampingi Bendahara Robert Joppy Kardinal dan Nurdin Halid sebagai ketua harian. Tim ini akan bekerja 15 hari setelah Munaslub Golkar 2016 ditutup pada Selasa, 17 Mei 2016.
***
Respons Istana
Pemerintah pun menyambut baik hasil Munaslub Partai Golkar. Terpilihnya Setya Novanto sebagai ketua umum dipandang telah melalui sebuah mekanisme kepartaian yang demokratis dan para kader Golkar telah menunjukkan kematangan mereka dalam berorganisasi.
"Tentunya pemerintah ingin mengucapkan selamat kepada Pak Novanto (Setya Novanto) yang telah terpilih secara demokratis yang berlangsung sampai dengan tadi pagi (Selasa pagi)," kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Menurut Pram, Presiden Jokowi yang tengah berada di Korea Selatan secara saksama terus memantau perkembangan Munaslub Golkar. “Apa pun hasilnya ini adalah pilihan dari pemilik suara yang ada di Partai Golkar," katanya.
Dia berharap besar bahwa hasil ini sebagai akhir dari konflik internal Golkar selama setahun belakangan ini akibat dualisme kepemimpinan. "Mudah-mudahan ini menjadi akhir dari proses kontraksi atau tarik menarik yang cukup panjang, hampir setengah tahun di Partai Golkar," kata dia.
Presiden Joko Widodo memang belum memberikan ucapan selamat secara langsung kepada Setya Novanto yang terpilih sebagai ketua umum DPP Partai Golkar periode 2016-2019. Namun, di sela-sela kunjungannya ke Korea Selatan, Presiden Jokowi memberikan pernyataan terkait terpilihnya mantan Ketua DPR itu sebagai nakhoda baru Golkar.
"Ini kan wilayahnya Partai Golkar. Sekali lagi siapa pun yang terpilih itu adalah sudah menerapkan pilihan dari yang memiliki hak suara, baik DPP, DPD maupun ormas-ormasnya," ujar Jokowi seperti dalam siaran pers Tim Komunikasi Presiden, Selasa, 17 Mei 2016.
Apa pun hasil Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar, Presiden menegaskan hal itu adalah keputusan yang harus dihormati semua pihak. "Saya kira semuanya, kita hormati pilihan-pilihan yang sudah mereka (Partai Golkar) lakukan," kata Jokowi.