Saat Teknologi 'Mempermudah' Ujian Nasional

Siswa tingkat SMA saat mengikuti ujian nasional berbasis komputer, Senin, 3 April 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Zulfikar Husein

VIVA.co.id – Sebanyak 7,6 juta siswa di seluruh Indonesia terdaftar mengikuti ujian nasional pada 2016. Peserta ujian nasional itu meliputi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat.

Untuk SMA telah dimulai Senin, 4 April 2016, hingga Rabu, 6 April 2016. Sementara itu, untuk SMK berlangsung hingga Kamis, 7 April 2016.

Dari total siswa peserta UN SMP hingga SMA sederajat itu, sebanyak 921 ribu siswa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Khusus untuk SMA/MA, UNBK diikuti 267.230 siswa di seluruh Indonesia. Sementara itu, SMK diikuti 498.177 siswa.

"Angka itu (jumlah siswa ikut UNBK) naik sembilan kali lipat dibandingkan tahun lalu," ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan dalam wawancara dengan tvOne, Senin, 4 April 2016.

Dikutip dari laman Kemendikbud, secara keseluruhan, pada 2016, ujian nasional dengan menggunakan komputer itu diikuti 29 provinsi se-Indonesia, dengan total peserta 4.400 sekolah.

Anies mengemukakan, dalam UN, yang utama adalah kejujuran, bukan kelulusan. "Prestasi penting, jujur yang utama. Ujian itu tidak boleh menghalalkan segala cara. Tidak ada lagi subsidi jawaban," ujar Anies.

Kemendikbud mengklaim, pelaksanaan UN hari pertama secara umum berlangsung lancar. Klaim itu di antaranya ditunjukkan dari hasil pantauan Menteri Anies di Surabaya, Jawa Timur. Partisipasi sekolah dalam penyelenggaraan UNBK di Kota Pahlawan itu mencapai 100 persen.

“Kami menyampaikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada para guru, pengawas, dinas pendidikan, dan seluruh pihak yang terlibat dalam proses UN,” tutur Mendikbud usai meninjau pelaksanaan UN di Surabaya, Senin 4 April 2016, dikutip dari siaran pers Kemendikbud.

Laporan yang masuk masuk di Posko UN Kemdikbud dari beberapa daerah lainnya seperti Provinsi Jawa Barat, Banten, Jambi, Riau, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sumatera Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan juga berjalan lancar. Baik UNBK maupun UN berbasis kertas.

Pelaksanaan UNBK itu sesuai Surat Edaran Kepala Balitbang Kemendikbud Nomor 1356/H/TU/2016, tanggal 5 Februari 2016.

Dalam surat edaran itu disebutkan bahwa UNBK dilaksanakan pada sekolah yang sudah siap dari segi infrastruktur maupun sumber daya manusia. Sekolah dilarang memberatkan maupun membebani pihak-pihak selain sekolah, termasuk orang tua dengan pungutan dan semacamnya guna membeli maupun menyewa komputer untuk keperluan UN.

Pantauan tim Kemendikbud, pelaksanaan UNBK di sejumlah daerah secara acak, seperti di SMK Yapis Biak Papua, SMKN 3 Merauke Papua, SMKN 1 Batam Kepulauan Riau, SMKN 6 Jakarta, SMAN 8 Jakarta, SMKN 2 Salatiga Jawa Tengah, dan SMKN 1 Denpasar Bali pun berjalan lancar.

Dengan UNBK, kata Anies, tidak ada lagi kegiatan pengamanan soal dan distribusi soal ujian. Biasanya, para guru telah berada di sub rayon pukul 04.00 WIB untuk mengambil soal.

Namun, sekarang dengan sistem UNBK, sudah tidak ada lagi pengambilan soal ujian tersebut.

Hal itu karena soal telah di-download sejak tiga hari lalu. Jumlah soal mencapai ribuan. "Tidak bisa bocor. Soal yang keluar setiap ujian dirandom untuk setiap anak berbeda," ujar Anies.

Berdasarkan pembicaraannya dengan para siswa, Anies melanjutkan, penggunaan komputer saat ujian bisa menghemat waktu 30-40 persen.

Ke depannya, menurut Anies, ujian dengan berbasis komputer bisa menghadirkan variasi soal lebih tinggi, pertanyaannya bisa lebih interaktif, dengan pola jawaban bervariasi.

Selanjutnya...Kendala UN Berbasis Komputer
***

Kendala Teknis

Meski Kemendikbud mengklaim UNBK berjalan lancar dan efisien, sejumlah sekolah masih menghadapi kendala. Di Provinsi Bangka Belitung, sebanyak dua dari empat sekolah mengikuti UNBK susulan. Kendala teknis jaringan jadi pemicu.

“Kendala yang terjadi di Provinsi Bangka Belitung ini dapat diselesaikan dengan mengikuti ujian susulan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan,” kata Sekretaris Balitbang Kemdikbud Dadang Sudiyarto, di Posko UN, Kantor Kemdikbud, Senayan, Jakarta, Senin 4 April 2016.

Bahkan, pelaksanaan UN hari di Kota Yogyakarta, berjalan tidak sesuai harapan. Satu kelas yang melaksanakan UNBK di SMKN 1 Yogyakarta, terpaksa harus ditunda selama delapan jam.

Penundaan karena siswa peserta UN kesulitan memasukkan kode identifikasi pengguna komputer.

"Seharusnya gelombang pertama UNBK dimulai pukul 07.30 WIB, namun karena kesulitan login akhirnya minta ke Kementerian Pendidikan untuk diundur pelaksanaannya pada gelombang keempat yaitu pukul 16.00 WIB," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Edy Hery Suasana.

Menurut Edy, di SMKN I Yogyakarta terdapat tiga ruang pelaksanaan UNBK yang digunakan untuk tiga gelombang. Saat gelombang pertama memulai pada hari pertama UNBK, ternyata ada satu kelas yang kesulitan memasukkan kode identifikasi mereka.

Meski begitu, kesulitan serupa tidak dialami siswa yang mengikuti UNBK gelombang dua dan tiga. Proses UNBK mereka berjalan lancar.
 
Edy memastikan, meski jadwal UNBK untuk 32 siswa ini diundur menjadi gelombang keempat, mereka tidak akan bisa mendapatkan jawaban dari para siswa yang mengikuti gelombang sebelumnya. "Untuk kebocoran tidak ada, soal berbeda satu sama lain jadi aman meski mundur," katanya.

Sementara itu, keterbatasan prasarana membuat tidak semua sekolah memfasilitasi ujian nasional berbasis komputer. Kondisi ini juga dirasakan di Kabupaten Lhokseumawe, Provinsi Aceh. Hanya delapan sekolah yang menggelar ujian nasional berbasis komputer.

“Tahun ini kami baru mampu delapan sekolah yang ikut UNBK. Sisanya masih manual ujian nasional secara tertulis seperti sebelum-sebelumnya,” ujar Wali Kota Lhokseumawe, Suaidi Yahya, Senin 4 April 2016.

Di salah satu sekolah, SMA Negeri 1 Lhokseumawe, bahkan terpaksa menerapkan sistem bergiliran untuk siswa mereka. Dalam satu hari pelaksanaan ada tiga gelombang siswa yang ikut ujian nasional.

Jadi, satu hari ada tiga ronde, siswa saling bergantian ikut UN. "Pukul 08.00 hingga 10.00, kemudian masuk yang pukul 10.00 hingga 12.00, dan seterusnya,” ujar Kepala SMA Negeri 1 Lhokseumawe Nurasma.

Sekolah unggul ini hanya mampu menyediakan 150 komputer. Sementara itu, siswa kelas III yang ikut UNBK di sekolah tersebut berjumlah 429 siswa.

Di Kota Bogor Jawa Barat, UN berbasis juga sempat diwarnai lambannya koneksi internet. namun, Kepala Seksi Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kota Bogor Jajang Koswara mengaku secara keseluruhan pelaksanaan UN Berbasis Komputer yang diikuti 28 sekolah berjalan lancar.

Selanjutnya...Jaminan Pasokan Listrik

***

Pasokan Listrik

Selain kestabilan jaringan internet, UN Berbasis Komputer juga membutuhkan kesiagaan pasokan listrik. Sejumlah sekolah pun menyiapkan genset guna mendukung pelaksanaan UN Berbasis Komputer.

Di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, misalnya. Dari 50 SMA, tujuh di antaranya melaksanakan ujian berbasis komputer. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya ada satu sekolah yang menggelar UN dengan cara ini.

Namun, karena menggelar UN Berbasis Komputer, ketujuh sekolah itu terpaksa menyiapkan genset untuk mengantisipasi pemadaman listrik yang kerap terjadi di daerah itu.

Mesin genset ini disiapkan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sampit untuk dipakai selama pelaksanaan UN. Perusahaan pelat merah itu tidak bisa menjamin ketiadaan pemadaman listrik akibat defisit daya selama UN berlangsung.

Tak hanya genset, PLN menyiagakan tiga petugas di setiap sekolah untuk mengoperasikan mesin genset. "Agar tidak ada gangguan selama UN berlangsung, sehingga siswa bisa tenang dan fokus mengerjakan soal," kata Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sampit, M. Darma Setiawan, Senin 4 April 2016.

Kekhawatiran terkait pasokan listrik selama Ujian Nasional Berbasis Komputer juga menghantui sekolah di Provinsi Aceh.

Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Lhokseumawe, lantaran khawatir aliran listrik putus, sekolah terpaksa menyewa genset untuk menjaga kenyamanan siswa saat ujian berlangsung.

“Selama ini kami lihat listrik di daerah kami sangat sering padam, makanya kami menyediakan genset. Memang sudah dijamin sama pemerintah dan PLN, tapi kami kan tidak berani jamin kalau tiba-tiba padam,” ujar Nurasma, kepala SMA Negeri 1 Lhokseumawe, Senin 4 April 2016.

Keputusan sekolah menyewa genset tersebut, menurut Nurasma, berangkat dari pengalaman mereka saat uji coba pelaksanaan UN berbasis komputer pada bulan lalu. Saat itu, terjadi pemadaman listrik secara tiba-tiba. Akibatnya, siswa terpaksa mengulang kembali proses ujian.

“Kami sewa selama tiga hari, dipakai atau tidak kami tetap harus bayar Rp1 juta per hari, jadi semua Rp3 juta,” kata Nurasma.

UN masih menyisakan beberapa hari lagi. Kendala teknis di hari pertama diharapkan tidak terjadi hingga UN berakhir.

Bagaimana pun, khusus untuk UN Berbasis Komputer, kestabilan jaringan internet hingga jaminan pasokan listrik tak bisa disepelekan. Butuh kesiapan matang, sehingga siswa nyaman menjalankan ujian nasional.

Laporan: Didi Syachwani/Kalimantan Tengah