Makna Paskah di Tengah 'Pekan Berdarah'

Paus Fransiskus saat pimpin Misa Paskah di Basilika Santo Petrus, Vatikan, beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • REUTERS/Osservatore Romano/Handout via Reuters

VIVA.co.id – Puncak perayaan Paskah di Vatikan, pada Sabtu malam 26 Maret 2016 waktu Roma, berjalan penuh hikmat. Pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Fransiskus, menyampaikan pesan Paskahnya dengan rasa duka yang mendalam.

Paus Fransiskus memasuki ruangan gelap Basilika Santo Petrus hanya dengan satu lilin untuk membimbingnya menuju altar. Pemimpin tertinggi Vatikan asal Argentina ini punya alasan untuk memimpin perayaan Paskah ini dengan kegelapan dan keheningan.

Ya, perayaan Paskah kali ini memang diwarnai dengan pekan berdarah. Pekan lalu, serangan teroris di Brussels, Belgia memakan banyak korban jiwa. Ledakan beruntun terjadi di aula keberangkatan Bandara Brussels disusul dengan ledakan di stasiun bawah tanah Brussels.

Sebanyak 31 orang meninggal dan lebih dari 300 orang mengalami luka-luka akibat aksi teror ini. Daulah Islamiyah Irak dan Suriah (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas tragedi memilukan ini. Tak hanya itu, teror berdarah juga terjadi di beberapa negara seperti Turki dan Yaman yang memakan puluhan korban jiwa.  

Pekan mencekam menjelang perayaan Paskah ini yang membuat Paus Fransiskus terpaksa harus memberikan pesan khusus kepada para jemaatnya. Dalam khotbahnya, ia berpesan kepada seluruh umat Katholik di dunia untuk tidak membiarkan rasa takut dan pesimisme ‘memenjarakan’ mereka.

“Mari kita tidak boleh membiarkan kegelapan dan ketakutan mengalihkan perhatian dan mengendalikan hati kita. Hari ini adalah perayaan dari harapan kita,” kata Paus Fransiskus di tengah pengamanan ketat Vatikan, seperti dilansir ABC Online, Minggu 27 Maret 2016.

Paus Fransiskus juga meminta umatnya untuk terus menebarkan cinta kasih diantara sesama. "Dengan senjata cinta kasih, Allah telah mengalahkan keegoisan dan kematian,"  kata pemimpin 1,2 miliar penduduk di dunia ini.

Sebelumnya, pada Jumat Agung, Paus Fransiskus juga telah mengecam aksi teror di Brussels itu sebagai tindakan yang mencemarkan nama Tuhan. Ia mengaku kecewa ada segelintir orang yang menggunakan nama suci Tuhan untuk membenarkan kekerasan.

Akibat teror di Brussels dan beberapa negara di Eropa tersebut, memang berdampak nyata dengan perayaan Paskah di Vatikan. Banyak peziarah dan wisatawan yang membatalkan perjalanan mereka ke Roma karena alasan keamanan.

Teror di Brussels ini juga membuat beberapa negara di Eropa ketar-ketir, terutama menjelang perayaan Paskah. Tak ingin kecolongan, beberapa negara langsung meningkatkan pengamanan menjelang perayaan Paskah. Begitu juga di Indonesia.

***

Toleransi Masih Pantas Dipertanyakan

Pesan paskah juga disampaikan Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo, saat memimpin ibadah Paskah, Minggu 27 Maret 2016. Dalam khotbahnya, Suharyo berpesan kepada para jemaat untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila jika ingin merasakan kehadiran Kristus.

“Tanda kehadiran Kristus akan semakin nyata jika Pancasila diamalkan,” kata Suharyo saat memimpin ibadah di Gereja Katedral Jakarta.

Seruan juga diberikan Persatuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) lewat sekertaris jenderalnya, Gomar Gultom, dalam siaran persnya. Dalam pesan Paskah itu, PGI mengajak seluruh umat Kristiani untuk selalu berdamai saat perayaan Paskah.

“PGI mengajar warga untuk merendahkan diri di hadapan Allah dan membuka diri untuk menerima karya perdamaian Allah,” kata Gultom.

Gultom juga membenarkan bahwa salah satu keprihatinan utama dalam perayaan Paskah tahun ini adalah konflik yang semakin merebak. “Cukup banyak orang yang mengusahakan kepentingan pribadi dan kelompok yang mengabaikan kepentingan orang lain,” lanjut Gultom.

Ya, rendahnya pemahaman mengenai arti toleransi dan perdamaian memang masih terlihat jelas. Itu terbukti dari kasus meninggalnya seorang pria muslim di Inggris. Asad Shah, seorang pemilik took di Glasgow, Inggris yang tewas ditusuk karena memberikan ucapan selamat Paskah di akun facebooknya.

Pria 40 tahun yang dikenal taat ini sebelumnya menulis “A very happy easter for my beloved Christian friends.” Ia juga menulis betapa pentingnya Paskah bagi mereka yang merayakan.

Namun, beberapa jam kemudian, ia ditemukan tewas tersungkur di salah satu sudut tokonya. Asad Shah tewas ditusuk, dan kepalanya dipukul.

Dikutip dari Metro, tak lama berselang, polisi berhasil menangkap seorang pelaku. Ia juga seorang pria Muslim berusia 32 tahun. Menurut polisi, dari hasil penyidikan, kesimpulan sementara, ia membunuh Asad Shah untuk alasan religius.

Tak hanya di luar negeri, perayaan Paskah di Indonesia tepatnya di Yogyakarta juga sempat diwarnai protes dari sejumlah ormas keagamaan. Mereka memprotest rencana perayaan Paskah yang akan digelar di Stadion Kridosono Kamis 16 April 2015 kemarin.

Dalam protes tertulis yang dilayangkan ke Polda DIY, para pemrotest mencurigai ada misi lain dari perayaan Paskah itu karena kehadiran sosok Pendeta Stephen Tong. Mereka ada kekhawatiran kegiatan tersebut hanya sebatas kedok dari acara pemurtadan agama.

Namun tuduhan itu dibantah penasehat Panitia perayaan Paskah Bersama umat Kristiani Yogyakarta, Chang Wendrinto saat dihubungi VIVA.co.id. "Saya jamin tidak ada acara seperti yang dikhawatirkan oleh kawan-kawan. Ini adalah kegiatan internal umat Kristiani dan kami hanya kebaktian dan doa saja," kata Chang.

Dua peristiwa inilah yang tampaknya membuat sangat wajar jika seruan toleransi dan perdamaian dari Paus Fransiskus maupun pemuka-pemuka agama termasuk di Indonesia masih perlu terus dilakukan.

***

Pengamanan Paskah di Indonesia

Rawannya aksi teror pada perayaan Paskah ini juga direspon aparat berwajib. Tak ingin kecolongan, Kepolisian Republik Indonesia langsung meningkatkan pengamanan selama perayaan Paskah. Hal itu terlihat jelas dari ketatnya  pengamanan di beberapa daerah termasuk ibu kota Jakarta dan beberapa daerah rawan seperti Poso.

Beberapa gereja di  Jakarta mendapat pengamanan ekstra. Polisi tampak bertebaran di gereja-gereja untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan. Enam gereja besar di Jakarta yakni Gereja Immanuel, Katedral, Anglikan, Theresia, Paulus dan Kanisius, menjadi fokus. Bahkan tim penjinak bom dilibatkan.

Untuk pengamanan Paskah di Jakarta saja, Polda Metro Jaya bersama jajarannya telah mengerahkan hampir 5.000 personel. “Sebenarnya kegiatan rutin biasa tapi memang ada informasi-informasi yang perlu diwaspadai terutama setelah teror di Brussels,” kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Moechgiyarto.

Lebih lanjut, Kapolda mengatakan, pengamanan Paskah ini juga tak hanya mengantisipasi aksi teror yang akan terjadi namun juga mengantisipasi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat lainnya termasuk aksi kriminal dan arus lalu lintas yang diperkirakan akan macet.

Kesibukan pengamanan Paskah juga terjadi di beberapa daerah terutama yang rawan aksi teror. Poso yang masih terus bergejolak seiring dengan keberadaan teroris jaringan Santoso juga tak ingin kecolongan. Sebanyak 79 gereja yang tersebar di Kota Palu mendapat pengamanan ketat dari pihak berwajib.

Beberapa wilayah yang berbatasan dengan Poso juga tak kalah sibuk termasuk Polda Sulawesi Utara (Sulut). Bahkan, status siaga diberlakukan Polda Sulut sejak perayaan Kamis Putih hingga Minggu 27 Maret 2016 ini. Total 2.000 personel diturunkan Polda Sulut untuk pengamanan Paskah.

Menurut Kapolda Sulut, Brigjen Pol Wilmar Marpaung, keberadaan jaringan teroris Santoso menjadi alasan pihaknya memberlakukan status siaga selama perayaan Paskah. Masih menurut Marpaung, daerahnya memang punya potensi besar menjadi tempat pelarian jaringan Santoso yang kini mulai terdesak. Dikhawatirkan para pelarian ini akan memanfaatkan momentum perayaan Paskah untuk aksi balas dendam. (ren)