13 Prajurit Gugur, Tak Surutkan Operasi Tinombala

Upacara penyerahan jenazah 13 TNI AD di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta. 13 Prajurit ini gugur dalam kecelakaan pesawat di Poso, Sulawesi Tengah.
Sumber :
  • Puspen TNI

VIVA.co.id – Sebanyak 13 anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat, telah paripurna dalam menjalankan tugasnya sebagai prajurit. Mereka gugur saat menjalankan misi penumpasan kelompok teroris Mujahid Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso, pada Operasi Tinombala 2016.

Mereka adalah Brigjen TNI Anumerta Saiful Anwar, Brigjen TNI Anumerta Heri S., Brigjen TNI Anumerta Otang Roma, Kolonel Cpm Anumerta Teddy Alex, Letkol Infantri Anumerta Rasyid, Mayor Ckm Anumerta dr. Yanto, Mayor Cpn Anumerta Agung, Kapten CPN Anumerta Wiradhy, Lettu Cpn Anumerta Tito, Serka Anumerta Bagus, Sertu Anumerta Karmin, Praka Anumerta Bangkit, dan Pratu Anumerta Kiki.

Saat disemayamkan di Skuadron 17 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa 22 Maret 2016, Presiden Joko Widodo memberikan penghormatan terakhir pada 13 prajurit ini. Presiden didampingi Ibu Negara Iriana, juga menyalami satu per satu keluarga prajurit yang gugur.

Presiden berpesan agar TNI memperhatikan istri dan anak dari 13 prajurit itu.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, sesuai atensi khusus Presiden, seluruh keluarga korban akan mendapatkan santunan dari Asabri. Kemudian, tunjangan anak untuk sekolah yang akan dijamin TNI sampai dengan strata-1 dan perumahan disesuaikan dengan tempat domisili.

"TNI juga menjamin semua anak prajurit yang jadi korban, dijamin sekolahnya sampai sarjana," kata Gatot di Hanggar Skuadron 17 Lanud Halim Perdanakusuma.

Usai disemayamkan, 13 peti jenazah langsung dibawa ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. Di tempat ini, mereka mendapatkan penghormatan dimakamkan sebagai pahlawan bagi negara.

Untuk 11 korban Muslim, Komandan Jenderal (Danjen) Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Mayor Jenderal Muhammad Herindra, menjadi inspektur upacara. Sementara itu, dua korban beragama Kristen, inspektur upacara dipercayakan pada Komandan Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Danpus Penerbad), Brigjen Benny Susianto.

Gugur dalam Operasi Tinombala 2016

Prajurit TNI ini gugur, setelah helikopter yang mereka tumpangi jatuh, diduga karena cuaca buruk. Saat ini, tim investigasi gabungan dari TNI dan Polri, masih menyelidiki penyebab pasti jatuhnya pesawat itu.

Sebelum terbang, cuaca di Desa Watutau, Poso, Minggu 20 Maret 2016, memang tidak bersahabat. Para perwira TNI itu pun menyempatkan diri makan siang bersama, dan berbincang-bincang santai sambil menunggu cuaca membaik untuk melakukan penerbangan.
 
Setelah diyakini cuaca aman menerbangkan helikopter, pukul 17.30 WITa, tujuh penumpang dan enam kru terbang dari Desa Watutau menuju Poso. Namun, nahas cuaca di kota Poso tak seramah Desa Watutau.

Sekitar 20 menit pascaterbang, helikopter kehilangan kendali, sehingga tampak berputar-putar saat mendekati tempat pendaratan di Poso, dan akhirnya jatuh di wilayah perkebunan di Dusun Petirebajo, Desa Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir.
 
Penumpang helikopter ini merupakan tokoh sentral dalam pelaksanaan operasi Tinombala. Brigjen TNI Anumerta Saiful Anwar merupakan Danrem 132 Tadulako, sekaligus Wakil Kepala Operasi Tinombala.

Kemudian, ada Brigjen TNI Anumerta Heri S. yang menjadi anggota Badan Intelijen Strategis (Bais), serta Komandan Detasemen Polisi Militer (Dandenpom) VII/2 Palu Kolonel Cpm Anumerta Teddy Alex. Selain itu,  Brigjen TNI Anumerta Otang Roma, Satgas Intel Imbangan.

Kapolri Jenderal Pol. Badrodin Haiti mendapat informasi, penumpang pesawat ini ke Desa Watutau untuk mengikuti pengarahan di Posko Komando Tinombala yang ada di wilayah lembah Napu. Usai pengarahan, mereka kembali ke Poso. 

Dalam perjalanan itulah, helikopter terjatuh di perkebunan milik warga. "Walaupun cuaca buruk, bisa saja (jatuhnya) karena penyebab lain," kata Badrodin di Mabes Polri, Senin, 21 Maret 2016.

Badrodin menegaskan, kecelakaan ini dipastikan bukan karena serangan kelompok radikal di Poso. "Kalau serangan dipastikan tidak ada, karena itu bukan daerah rawan tapi dekat permukiman," ungkapnya.

Hal senada juga diungkapkan Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Tatang Sulaiman. Menurut Tatang, penyebab jatuhnya helikopter masih dalam penyelidikan. Namun, dia tegas membantah bahwa helikopter celaka karena tembakan kelompok Santoso. 

"Kita jangan menduga-duga, belum tentu. Cuaca di lokasi tadi juga buruk. Saya tidak bisa mengira-kira. Itu nanti akan diinvestigasi. 10 menit akan mendarat itu masih tinggi (jika ada tembakan)," ujar Tatang di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Minggu, 20 Maret 2016.

Tatang menambahkan, penumpang dan awak helikopter itu sedang melaksanakan tugas operasi perbantuan kepada Polri, dalam memburu kelompok Santoso di Poso Pesisir Selatan.

***

Strategi Operasi Tinombala Tidak Berubah

Terlepas dari peristiwa nahas ini, Panglima TNI memastikan misi perburuan kelompok teroris jaringan Santoso terus dilanjutkan. Bahkan, Jenderal Gatot mengatakan pagi ini, Selasa 22 Maret 2016, kembali terjadi baku tembak dalam Operasi Tinombala.

"Untuk diketahui bersama, tadi pukul 10.00 terjadi kontak tembak. OTK (orang tak dikenal), dua tewas di sana," kata Gatot di Halim Perdanakusuma.

Menurut Gatot, keberhasilan itu merupakan hasil kerja keras tim Satuan Tugas (Satgas) Gabungan Operasi Tinombala. 

Pada kesempatan ini, kapolri menambahkan bahwa lokasi baku tembak itu terjadi di dekat Lembah Napu. Daerah tersebut merupakan kawasan pengepungan terhadap kelompok Santoso. "Di sektor 4 (lokasinya). Itu sektor yang dekat dengan Napu. Memang mereka sekarang sudah terkepung di daerah itu," ungkap Badrodin.

Badrodin memastikan, tidak ada anggota Polri yang tewas tertembak, dan kelompok yang terlibat dalam baku tembak merupakan anggota MIT. Operasi Tinombala juga berhasil menyudutkan pergerakan kelompok ini.

"Dua orang dari kelompok Santoso meninggal dunia tadi pagi. Mereka sudah terdesak, tadi pagi terjadi kontak tembak dan beberapa hari lalu terjadi kontak tembak," ujar kapolri.

Namun, Badrodin belum bisa memastikan ada tidaknya Santoso dalam baku tembak ini. "Belum tentu Santoso ada di kelompok yang besar. Bisa saja pimpinan tidak ada di lokasi itu, karena mereka membentuk kelompok kecil berjumlah enam sampai tujuh orang," tuturnya.

Kapolri juga menyebut tidak membutuhkan personel tambahan dalam Operasi Tinombala, pascagugurnya 13 prajurit TNI. "Operasi Tinombala tetap kita lanjutkan sampai nanti batas waktu tertentu kekuatan teroris ini bisa kita lumpuhkan. Ini operasi yang tetap kita lakukan," tutur Badrodin.

“Kami mengalami kendala, yang membuat kami kesulitan, yaitu kondisi geografis dan keadaan cuaca (di Poso)," kata Badrodin.

Mitha Meinansi/Poso