Kalijodo Tinggal Kenangan
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Ribuan personel gabungan Polri, TNI, Satpol PP, Dinas Perhubungan dan Dinas Pemadam Kebakaran mulai menyemut. Mereka sibuk merapikan pakaian untuk selanjutnya merapikan barisan, sebelum apel dari pimpinan dimulai, Senin, 29 Februari 2016 dini hari.
Seluruh personel ini harus bersiap diri memupukkan tenaga. Ada pekerjaan yang membutuhkan energi ekstra; membongkar salah satu kawasan di Jakarta yang terkenal dengan pusat lokalisasi dan judinya, Kalijodo. Begitu warga menyebut kawasan yang merupakan perbatasan antara Jakarta Barat dan Jakarta Utara ini.
Tepat pukul 07.30 WIB, sejumlah alat berat masuk ke Kalijodo. Seluruh jalur menuju tempat itu ditutup total. Polisi dan jajarannya, serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah mengantisipasi hal ini.
Semua warga terlebih dahulu diminta untuk 'minggat' dari rumah semi permanennya dan pindah ke tempat baru yang telah disediakan. Sehingga, pembongkaran berjalan dengan lancar. Tak ada perlawanan seperti di Kampung Pulo, Jatinegara, tahun 2015 lalu.
Satu persatu eksavator mulai meluluhlantahkan warung-warung rokok serta minuman keras (miras). Tepat berada di depan pintu masuk dari kawasan Tambora. Juga rumah warga dan seluruh 'sarang maksiat' itu. Hanya disisakan satu bangunan, yang sepertinya “haram” untuk dihancurkan yakni sebuah masjid. Berada di tengah-tengah Kalijodo.
Hanya butuh delapan jam, dari pukul 07.30 hingga 14.30 WIB, untuk meratakan Kalijodo. Saat ini, hanya tersisa puing-puing saja. Seluruh alat berat juga sudah selesai bekerja. Warga eks Kalijodo cuma bisa melihat pemusnahan pemukiman ilegal ini lewat seberang lokasi yakni dari pinggir Kanal Banjir Barat.
Penggusuran paksa ini juga penuh drama. Warga yang tak rela rumahnya digusur, meminta petugas menghentikan pembongkaran. Mereka histeris. Namun, mereka tak punya kuasa. Upaya warga eks Kalijodo ini dihentikan petugas setelah adanya mediasi.
Warga yang masih ada di lingkungan itu diminta untuk segera mengemas barang-barangnya hingga pukul 15.00 WIB. Ketika sudah sepakat, maka penggusuran terus berlangsung.
Letaknya yang cukup stratergis di tengah kota, menjadikan pusat prostitusi ala kaki lima tersebut sangat dikenal dan “diminati” warga Ibu Kota maupun luar Jakarta. Tapi kini, Kalijodo tinggal kenangan.
Tidak ada lagi perempuan berpakaian seksi di pinggir jalan yang menjual jasa seks. Tak ada suara musik dangdut koplo yang bising. Tak ada hingar bingar dan arena judi yang dikenal cukup besar di Ibu Kota.
Berjalan kondusif
Kali ini, pembongkaran yang digadang-dagang akan rusuh, ternyata berjalan tertib. Hal ini diungkapkan Kapolres Metro Jakarta Utara, Komisaris Besar Polisi Daniel Bolly Tifaona.
"Kondusif aman, anggota selamat semua," kata Daniel ketika dihubungi. Senin, 29 Februari 2016.
Mengenai adanya warga yang sempat masih bertahan saat penertiban dan pembongkaran, Bolly menuturkan, hal tersebut lantaran sang warga tersebut tidak mempunyai biaya menyewa truk untuk pindahan.
"Dia bukan mau bertahan di daerah di situ atau bukan, kita bantu angkat barang, dengan alat berat, kami siapkan alat berat. Bukan tertahan untuk tinggal di situ enggak, dia belum ada biaya untuk menyewa truk untuk pindahan, saya kerahkan anggota dan Satpol PP untuk bantu angkat barang. Kemudian truk kami siapkan, untuk pindah," ujar Bolly.
Bolly pun memastikan, Daeng Azis, tokoh Kalijodo, tidak mengerahkan massa untuk menghadang petugas saat pembongkaran. "Dia (Ngazis) juga tidak mengerahkan massa, atau akan melakukan penolakan penggusuran. Tidak ada perintah seperti itu," kata Bolly.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama - atau yang akrab disapa Ahok - juga ikut memantau penggusuran Kalijodo. Tapi bukan di lapangan, hanya melalui layar kaca.
"Lihat dari TV juga sudah bagus, sama," ujar Ahok di Balai Kota DKI.
Menurut Ahok, tindakan penertiban yang akhirnya terlaksana setelah Surat Peringatan Pertama (SP 1) dilayangkan 11 hari yang lalu, ditargetkan selesai pada hari ini juga.
Pemerintah Provinsi DKI berencana membangun Ruang Terbuka Hijau (RTH) seluas empat hektare, termasuk di atas lahan bekas kawasan Kalijodo yang memiliki luas 1,4 hektare.
"Kami sudah punya konsep (pembangunan RTH). Seperti RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak), cuma lebih besar, bisa ada lapangan bola," ujar Ahok.
Sasaran berikutnya
Tak cuma Kalijodo, jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membidik bekas sarang narkoba di kawasan Berlan, Matraman, Jakarta Timur untuk sasaran selanjutnya yang bakal diratakan dengan tanah.
Wali Kota Jakarta Timur, Bambang Musyawardana, mengatakan kawasan Slamet Riyadi IV, Matraman akan ditertibkan karena lahan di kawasan itu merupakan lahan inspeksi yang seharusnya tidak boleh dijadikan tempat tinggal.
"Kami sudah sosialisasi, karena memang ini adalah rencana lama, sudah dari 2012 ya. Ini merupakan program lanjutan," kata Bambang beberapa waktu lalu.
Bambang mengatakan, warga tidak menolak terkait rencana penertiban tersebut. Dia mengaku, petugas kini tengah melakukan pengukuran tanah yang akan terkena dampak penggusuran.
Belakangan ini, Pemprov DKI Jakarta berencana menggusur beberapa wilayah yang masuk dalam zona hijau. Kawasan Kalijodo, Slamet Riyadi IV, Jatinegara dan wilayah pemukiman lain yang memang dekat dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) akan terkena dampak penggusuran.
Sayangnya, Bambang masih belum bisa mengungkapkan luas tanah yang akan terkena gusuran tersebut. Meski demikian, warga yang terkena gusuran akan mendapatkan ganti rugi berupa satu unit rumah susun.
"Tapi kami masih belum tahu jumlahnya ya, karena ini kan masih dalam proses pengukuran," kata Bambang.
Bambang juga mengatakan, nantinya tidak semua kepala keluarga akan mendapatkan ganti rugi rumah susun. Dia menjelaskan, ganti rugi rusun, didasarkan atas bidang tanah dan bukan jumlah kepala keluarga dalam bidang tanah itu.
Seperti diketahui, kawasan Slamet Riyadi merupakan kawasan yang selama ini dikenal sebagai kawasan rawan peredaran narkotika. Dua anggota Polsek Metro Senen, Jakarta Pusat tewas di kawasan itu saat melakukan penggerebekan bandar narkoba. (ase)