Mewaspadai Virus Zika di Tanah Air
Jumat, 5 Februari 2016 - 06:12 WIB
Sumber :
- REUTERS/John Vizcaino
VIVA.co.id - Dunia kini dalam kewaspadaan tinggi. Puluhan negara terindikasi terjangkit virus Zika. Virus yang ditularkan lewat gigitan nyamuk aedes aegypti itu dikaitkan dengan ribuan kasus mikrosefali.
Suatu kondisi medis di mana lingkar kepala bayi lebih kecil dari ukuran normal. Otak tidak berkembang sempurna atau bahkan berhenti berkembang.
Baca Juga :
Mikrosefali dapat terjadi sejak lahir atau pada beberapa awal tahun kelahiran anak. Kasus yang bermula di Amerika Latin tersebut sempat memicu sejumlah negara kawasan itu mengeluarkan peringatan kepada warganya.
Kaum hawa untuk sementara diimbau menunda kehamilan, hingga nyamuk penyebab virus Zika bisa teratasi.
Merebaknya virus Zika itu membuat Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) bereaksi dengan mengeluarkan status darurat kesehatan internasional.Direktur Jenderal WHO, Margaret Chan, mengatakan, lonjakan kasus mikrosefali itu seakan menjadi peringatan bagi badan kesehatan PBB itu, lantaran lamban dalam merespons penyebaran virus Zika.
Virus ini telah menyebar secara eksplosif di wilayah Amerika di mana diperkirakan jumlah penderitanya bisa mencapai 4 juta jiwa pada tahun 2016.
Brasil merupakan negara pertama yang mengalami kasus mikrosefali. Kejadian itu berlangsung pada Oktober 2015 di wilayah timur laut negeri itu. Sejak itu, korban terus bertambah hingga 4 ribu kasus akibat mikrosefali di mana 270 orang positif terjangkit.
Bahkan, di Kolombia korbannya mencapai 20 ribu orang yang terinfeksi virus Zika, termasuk 2.100 orang di antaranya wanita hamil.
Sementara itu, di Panama baru sekitar 50 orang terkena Zika, dan akibat "invasi" Zika, membuat para wisatawan, terutama yang berasal dari Eropa dan Amerika Utara merasa khawatir terjangkit Zika setelah pulang dari berlibur dari daerah yang terjangkit.
Di Indonesia
Virus Zika yang menyebar di Amerika Selatan terutama Brasil, ternyata sudah pernah ditemukan di Indonesia puluhan tahun silam. Hal itu diungkapkan Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek.
"Dari tahun 1977 hingga 1981 ditemukan di Klaten dan NTB," ujar Menteri Kesehatan Nila, dalam keterangan pers usai rapat kabinet terbatas, di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu 3 Februari 2016.
Nila menjelaskan, pemeriksaannya saat itu dilakukan secara sirologis dengan menggunakan serum sebagai sampel. "Melakukan pemeriksaan 105 darah penderita yang demam dan ditemukan satu virus Zika," katanya.
Menkes menjelaskan, virus Zika dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) tidak jauh berbeda. Hanya memang, gejala virus Zika ini lebih ringan dan akan sembuh dalam dua hingga tujuh hari.
"Zika tidak menyebabkan kematian seperti demam berdarah. Untuk itu, perlu kerja sama dari masyarakat untuk membantu menjaga kebersihan lingkungan," kata Menteri Kesehatan Nila.
Upaya yang dilakukan, menurut dia, tidak jauh beda dengan penanggulangan DBD, yakni dengan cara kebersihan lingkungan dan tidak membiarkan air menimbun, sehingga menjadi hidup bintik nyamuk.
Nila melanjutkan, untuk mengantisipasi warga terkena virus ini, pemerintah juga sudah mengeluarkan travel advisory atau peringatan bepergian ke luar negeri.
"Memberikan peringatan kepada masyarakat yang ingin keluar negeri ke daerah Amerika Latin atau daerah endemik terutama ibu yang sedang hamil semester pertama," ujar dia.
Bahkan, Presiden Joko Widodo pun memerintahkan jajarannya memperketat deteksi di pintu-pintu masuk wilayah Indonesia usai kemunculan virus Zika itu di sejumlah negara.
Jokowi juga meminta warga negara agar tidak bepergian ke wilayah negara dengan endemik virus tersebut.
"Berikan peringatan pada yang ingin berkunjung ke negara yang sudah tersebar virus Zika dan pengawasan di pintu masuk. Siapkan respons cepat," kata Presiden Jokowi dalam rapat Kabinet Terbatas di kantornya, Jakarta, Rabu, 3 Februari 2016.
Langkah-langkah antisipasi, kata Presiden, harus disiapkan agar wabah itu tak sampai masuk ke Indonesia. Apalagi, WHO sudah menyatakan bahwa virus ini berpotensi tersebar ke Asia bahkan seluruh dunia, meskipun saat ini baru ditemukan di sejumlah kawasan di Amerika.
"Untuk mengantisipasi, saya minta langkahnya sinergi dan lintas sektor, lakukan segera deteksi untuk ketahui seawal mungkin penyebaran virus ini. Mudah-mudahan enggak ada," Jokowi menambahkan.
Presiden juga meminta agar warga negara Indonesia (WNI) memperoleh informasi yang relevan terkait virus Zika, pencegahan, dan penanganannya sejak dini. "Lakukan terus edukasi pada masyarakat dalam mencegah virus ini," tutur Presiden.
Upaya pencegahan
Terkait travel advisory kepada warga negara Indonesia (WNI) khususnya ibu hamil yang akan melakukan perjalanan ke negara-negara yang sedang terjangkit virus Zika, Kementerian Kesehatan akan meningkatkan kewaspadaan di pintu masuk negara melalui Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di seluruh bandara dan pelabuhan di Indonesia. Upaya lainnya adalah meningkatkan pelayanan di fasilitas kesehatan.
Menkes Nila Djuwita F. Moeloek melalui siaran pers yang dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, Kamis 4 Februari 2016, mengatakan, Kementerian Kesehatan mendaftar negara-negara yang mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) virus Zika yaitu Brasil, Cape Verde, Colombia, El Savador, Honduras, Martinique, Panama dan Suriname.
Sementara itu, negara-negara yang memiliki status transmisi aktif yaitu Barbados, Bolivia, Curacao, The Dominican Republic, Ekuador, Fiji, French Guiana, Guadalope, Guatemala, Guyana, Haiti, Meksiko, New Caledonia, Nicaragua, Paraguay, Puerto Rico, Saint Martin, Samoa, Tonga, Thailand, US Virgin Islands, dan Venezuela.
Menkes berpesan agar masyarakat tetap waspada terhadap perkembangan virus tersebut, namun hendaknya tidak panik dan berlebihan. Dia menjelaskan langkah pencegahan yang bisa dilakukan agar tak terjangkit virus tersebut.
“Hindarkan diri dari gigitan nyamuk dengan cara memakai pakaian panjang dan tertutup, menggunakan obat oles anti nyamuk, dan tidur menggunakan kelambu atau dalam kamar dengan kawat kassa anti nyamuk,” ujar menkes.
Sementara itu, WNI yang baru saja kembali dari negara yang sedang mengalami KLB penyakit virus Zika juga diimbau segera memeriksakan kondisi kesehatannya dalam kurun waktu 14 hari setelah tiba di Indonesia.
“Segera periksakan diri ke dokter apabila mengalami keluhan atau gejala demam, ruam kulit, nyeri sendi dan otot, sakit kepala dan mata merah. Jangan lupa, sebutkan riwayat perjalanan dari negara yang sedang KLB penyakit virus Zika kepada dokter pemeriksa,” tutur Menkes Nila.
Sementara itu, sejumlah rumah sakit juga sudah mempersiapkan diri guna mengantisipasi kemungkinan masuknya virus Zika di Tanah Air. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang, Jawa Tengah, misalnya.
Rumah sakit ini mewaspadai adanya pasien yang mengidap virus Zika di wilayah Semarang dan sekitarnya. Antisipasi dilakukan dengan menyediakan puluhan ruang isolasi khusus untuk mencegah penyebaran virus yang menular lewat gigitan nyamuk aedes aegypty tersebut.
Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Dr. Kariadi, Darwito, mengatakan, pihaknya menyediakan sebanyak 16 ruang isolasi khusus di RSUP Dr. Kariadi yang diperuntukkan jika ada pasien mengidap virus Zika.
"Ruang isolasi ini sengaja kami siapkan untuk memproses pembakaran negatif virus, sehingga virus Zika tidak menyebar luas. Kami siapkan ruang isolasinya di gedung Rajawali lantai 4," kata Darwito di Semarang, Senin, 1 Februari 2016.
Meski demikian, belum ada data yang masuk mengenai adanya pasien yang positif virus mematikan tersebut di RSUP Dr. Kariadi. Rumah sakit mulai mewaspadai penanganan pasien jika memang ada warga yang mengidap virus itu.
"Tapi, kita patut waspada. Apalagi kabarnya masuk di Indonesia. Dan virusnya bisa menular ke tubuh manusia lewat gigitan nyamuk aedes aegypti seperti Demam Berdarah Dengue (DBD)," katanya.
Ruang isolasi khusus pasien Zika di Lantai VI Gedung Rajawali RSUP Dr. Kariadi telah dilengkapi sejumlah fasilitas. Di antaranya, kamar mandi, CCTV, ruang pengantar pasien (Antrum), tabung oksigen, vacum, intercom hingga finger print.
Menurut informasi, jika ada pasien Zika, akan diisolasi hingga empat hari. Tapi, usai evaluasi penyakit dan dianggap tidak ada masalah maka, pasien boleh pulang.