Lagi, Pesawat TNI Alami Kecelakaan
- ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
VIVA.co.id - Lagi, pesawat milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) alami kecelakaan. Pagi pukul 09.35 WIB, Minggu 20 Desember 2015, pesawat yang kerap bermanuver di udara yakni T-50i Golden Eagle jatuh dari ketinggian saat menunjukkan kebolehannya di ajang Jogya Air Show, Minggu 20 Desember 2015.
Pesawat yang dibeli tahun 2013 itu jatuh di kompleks Lanud Adisutjipto dan sempat mengundang banyak perhatian warga sekitar. Warga langsung berduyun-duyun melihat jatuhnya pesawat yang sebelumnya menyebabkan kumpulan asap yang menjulang tinggi ke awan.
"Ada suara kencang kami kaget dan ada asap," ucap Iin kepada tvOne.
Komandan Lanud Adisutjipto, Marsekal Pertama Imran Baidirus mengatakan, pesawat jatuh setelah melakukan aktraksi selama 15 menit. Saat bermanuver, pesawat tiba-tiba hilang kendali dan jatuh di halaman timur Lanud Adisutjipto.
"Pesawat jatuh dari ketinggian 500 feet pada pukul 09. 53 WIB," kata Marsma Imran.
Tewaskan Dua Penerbang Terbaik
Lanjut Marsma Imran, pesawat jatuh menghantam tanah lalu terbakar. Sayang, kedua pilot, Letkol Pnb Marda Sardjono (pilot) dan Kapten Pnb Dwi Cahyadi tak sempat keluar untuk menyelamatkan diri sebelum pesawat jatuh ke tanah.
"Keduanya meninggal di lokasi kejadian," ujarnya.
Dua pilot yang tewas adalah dua pilot mumpuni dalam kualitas menerbangkan pesawat. Mereka adalah lulusan terbaik Akabri 2005.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara, Marsekal Pertama TNI Dwi Badarmanto menerangkan kualitas dua penerbang (pilot) tersebut.
"Jadi kalau kita menanyakan kualifikasi penerbangnya tidak diragukan dia adalah komandan skuadron. Tentunya adalah orang pilihan untuk menerbangkan pesawat tersebut. Dia adalah penerbang terbaik," ucap Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara, Marsekal Pertama TNI Dwi Badarmanto ditemui saat jumpa pers di Halim.
Pesawat latih yang dipiloti oleh Letkol Pnb Marda (Danskadron Udara 15) dan ko-pilot Kapten Pnb Dwi Cahyadi sebelum menghempas ke tanah, ekor pesawat menabrak gedung Wiratama, sehingga ekor tertancap. Badan pesawat hancur dan terbakar.
"Saya tadi melihat pesawat patah-patah dan terlihat hitam seperti terbakar," kata Gandung, warga Bantul yang sempat melihat bangkai pesawat kepada VIVA.co.id, Minggu, 20 Desember 2015.
Kini bangkai pesawat tersebut sudah tidak lagi terlihat karena ditutup dengan terpal oleh petugas TNI AU. Lokasi tempat pesawat yang jatuh juga dilakukan penjagaan ketat sehingga tak bisa dilihat oleh masyarakat.
Sementara itu jenazah pilot Letkol Pnb Marda (Danskadron Udara 15, Lanud Iswahyudi, Madiun) dan ko-pilot Kapten Pnb Dwi Cahyadi kini sudah berada di RSP TNI AU Hardjolukito dan penjagaan ketat dilakukan oleh petugas TNI AU baik yang menggunakan pakaian dinas atau pakaian sipil.
Setiap pengunjung rumah sakit ditanyai keperluannya. Jika tidak ada kepentingan mendesak dilarang masuk. Wartawan juga dilarang masuk.
Harus Ada Investigasi Serius
Jatuhnya pesawat T-50i Golden Eagle milik TNI AU cukup menjadi sorotan media dan publik hari ini, Minggu 20 Desember 2015. Publik meminta ada investigasi serius atas jatuhnya pesawat tersebut yang menyebabkan dua pilot handal tewas di tempat kejadian.
Anggota Komisi I DPR RI, TB Hasanudin pun menginginkan TNI dan pihak yang terkait segera melakukan investigasi.
"Saya minta TNI bekerjasama dengan pihak terkait untuk melakukan investigasi," katanya saat di hubungi VIVA.co.id.
Purnawirawan Jenderal TNI ini menjelaskan T-50i Golden Eagle merupakan pesawat baru yang dibeli untuk kepentingan latihan dan operasi militer. Atas dasar ini perlu dilakukan investigasi menyeluruh.
"Karena banyak faktor yang yang bisa menyebabkan kecelakaan, apakah human error, pesawat itu sendiri atau faktor lingkungan. Ini harus jelas," paparnya.
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini meminta jajaran TNI AU terutama para penerbang untuk tetap bersemangat mesti ada peristiwa jatuhnya pesawat T-50i ini.
"Para penerbang TNI harus senantiasa menjaga kedaulatan udara negara kita," tegas Hasanudin.
Menurut Hasanudin, TNI AU saat ini memiliki satu skuadron pesawat T-50i. Pesawat ini didatangkan langsung dari Korea Selatan.
"DPR akan membantu TNI untuk peremajaan dan menambah kekurangan alat utama sistem senjata. Ini demi kedaulatan Indonesia," tegasnya.
Di Mata Pengamat
Pengamat penerbangan Alvin Lie menyebutkan bahwa ada banyak hal dan faktor dalam mengungkap kecelakaan pesawat T-50i Golden Eagle. Alvin sempat melihat video yang tayang di sebuah stasiun televisi.
"Saya lihat videonya tadi saat vertikal naik ke atas kelihatan bagus. Pas turun sepertinya gagal recovery. Itu terjadi sepersekian detik," katanya saat di hubungi VIVA.co.id.
Lanjut Alvin, dalam manuver yang berbahaya dan waktu yang singkat seperti itu banyak faktor yang bisa menyebabkan kecelakaan. Bahkan Pilot dan Co Pilot sendiri tidak sempat menyelamatkan diri hingga gugur saat pesawat jatuh.
"Kemungkinan bisa sistem kendali, bisa engine. Kita tidak bisa spekulasi. Kita harus benar-benar investigasi," kata Alvin.
Selain itu, menurut Alvin, para penerbang yang melakukan akrobat udara bukanlah penerbang sembarangan dan tidak semua pilot bisa melakukan manuver dalam akrobat udara.
"Perlu penerbang handal, senior, fasih. Kenal cuaca. Kenal pesawat. Dan saat itu cuaca cerah. Kita belum tahu apa yang tidak beres," ujar Alvin.
Menurutnya T-50 Golden Eagle merupakan pesawat generasi baru yang merupakan kerja sama Indonesia dan Korea Selatan.
"Usianya baru sekitar lima tahun. Perlu investigasi agar tidak terulang. Kerja sama Indonesia dan Korea Selatan punya nilai strategis untuk mengembangan pesawat latih dan tempur," ujarnya.
Pesawat TNI pun Pernah Alami Kecelakaan
Menilik ke belakang, kecelakaan pesawat milik TNI pernah terjadi serupa. Kejadian pertama adalah dua pesawat yang diterbangkan oleh Tim Jupiter TNI AU bertabrakan di udara.
Peristiwa itu terjadi saat kedua pesawat melakukan atraksi di Malaysia pada bulan Maret 2015. Meski bertabrakan, empat pilot yang ada di dalamnya dikabarkan selamat.
Mereka berhasil keluar dari pesawat dengan menggunakan kursi pelontar. Empat penerbang TNI AU itu tidak mengalami luka serius.
"Mereka ada di rumah sakit di Langkawi dalam kondisi sehat, tidak ada luka besar, hanya tergores. Mereka juga dikunjungi menteri pertahanan Malaysia," ujar Dubes RI untuk Malaysia, Herman Prayitno saat itu.
Tim Jupiter TNI AU berangkat ke Langkawi, Malaysia pada Rabu, 11 Maret 2015, untuk mengikuti acara Langkawi International Maritime and Aerospace (LIMA) Exibition 2015, yang akan diselenggarakan 17 hingga 21 Maret 2015.
Kejadian lainnya adalah jatuhnya pesawat Hercules C130 milik TNI AU di Medan Sumatera Utara.
Pesawat yang diterbangkan oleh Sandy dari Skuadron 32 jatuh menimpa permukiman warga di kawasan itu.
Badan pesawat terlihat hancur dan terbakar. Jatuhnya pesawat Hercules tersebut menyebabkan tiga ruko yang tertimpa hancur tak tersisa.
Saat kejadian itu, sekitar puluhan orang menjadi korban jiwa. Korban yang selamat dilarikan ke RSUP Haji Adam Malik.
Menurut Kepala Penerangan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang, Letkol Sutrisno, dari Malang pesawat mulai tinggal landas pada pukul 09.00 WIB, Senin 29 Juni 2015.
Pesawat terbang dalam misi penerbangan umum membawa logistik menuju daerah yang tidak terjangkau di Indonesia bagian Barat. Pesawat melanjutkan penerbangan dari Halim Perdanakusuma pada Selasa 30 Juni 2015. Dari Halim ada 44 orang yang ikut penerbangan. Total ada 56 orang yang ada dalam pesawat.
"Dari Malang ada 12 kru, terbang dari Halim ada penambahan 44 penumpang. Kami tidak tahu, statusnya apakah penumpang ataukah kru, karena tak ada informasi tentang manifesnya," katanya.