Rinjani Ganggu Wisata Bali
Jumat, 6 November 2015 - 01:51 WIB
Sumber :
- PVMBG
VIVA.co.id - Bandara Ngurah Rai di Kabupaten Badung, Bali, dibuka lagi pada Kamis sore, 5 November 2015. Bandara tujuan utama destinasi wisata itu beroperasi lagi setelah ditutup sejak Selasa, 3 November 2015, sebagai akibat letusan Gunung Barujari, anak Gunung Rinjani, di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pengoperasian lagi bandara itu karena arah angin ke selatan dan barat daya pada Kamis siang. Itu artinya, debu vulkanik tak lagi mengarah ke Bali sehingga tak membahayakan penerbangan dari dan menuju Ngurah Rai.
Sebenarnya ada tiga bandara lain yang ikut ditutup akibat terdampak letusan anak Rinjani, yaitu Bandara Internasional Lombok (Lombok Praya) dan Bandara Selaparang di Lombok, NTB, serta Bandara Blimbingsari di Banyuwangi, Jawa Timur. Hingga berita ini ditulis, dua bandara di NTB masih ditutup. Bandara Blimbingsari -yang letaknya di sebelah barat Bali- sudah dibuka pada Kamis siang.
Enam ribu penumpang
Bencana alam itu cukup mengganggu banyak penerbangan meski Bandara Ngurah Rai hanya ditutup selama kurang tiga hari. PT Angkasa Pura I merilis lebih 692 penerbangan dibatalkan akibat letusan gunung api itu. Rinciannya, sebanyak 183 penerbangan kedatangan domestik, 189 penerangan keberangkatan domestik, 157 penerbangan kedatangan internasional dan 163 keberangkatan internasional.
Jumlah penumpang yang batal berangkat sejak Selasa mencapai enam ribu orang. Sebanyak empat ribu penumpang internasional dan dua ribu penumpang domestik.
Satu di antara ribuan orang yang terdampak penutupan bandara itu bahkan Wakil Presiden India, Mohammad Hamid Ansari, meski dia menggunakan pesawat khusus alias bukan pesawat komersial. Hamid Ansari berada di Bali untuk mengurus seorang warga negaranya, Rajendra Nikalje alias Chota Rajan alias Kumar Mohan (56 tahun), buronan Interpol yang ditangkap polisi Indonesia.
Tapi pesawat yang membawa Hamid Ansari dilaporkan sudah diizinkan lepas landas tak lama setelah Bandara Ngurah Rai dinyatakan kembali dibuka.
Otoritas Bandara Wilayah IV -yang mencakup Bandara Ngurah Rai- mengakui banyak kerugian finansial akibat bandara ditutup selama tiga hari. Tapi belum dihitung pasti tingkat kerugiannya karena masih berfokus pada pelayanan calon penumpang yang tertunda atau batal berangkat.
"Yang penting penumpang happy (gembira), tidak merasa terabaikan, tidak terkomunikasikan (keluhan mereka)," kata Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah IV, Yusfandri Gona, dihubungi VIVA.co.id pada Kamis, 5 November 2015.
Menurut General Manajer PT Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai, Trikora Harjo, pada dasarnya tak banyak kerugian finansial yang ditimbulkan dari bencana itu. Soalnya sebagian besar calon penumpang hanya mengubah jadwal keberangkatan, bukan membatalkan dan meminta ganti kerugian.
Sebagian calon penumpang, terutama penerbangan tujuan Surabaya atau sebaliknya, memilih membatalkan penerbangan dan meminta pengembalian uang tiket, lalu memilih jalur darat. Tapi sebagian besar, termasuk wisatawan asing, memilih tinggal di bandara atau memperpanjang menginap. Turis asing yang akan ke Bali pun kebanyakan mengubah jadwal keberangkatan.
Otoritas Bandara telah memfasilitasi calon penumpang domestik yang membatalkan penerbangan, terutama mereka yang hendak menuju Surabaya. Para calon penumpang itu diantarkan ke Terminal Ubung, Denpasar.
Sebagian besar calon penumpang bertujuan Surabaya berharap melanjutkan penerbangan melalui Bandara Juanda di Surabaya ke beberapa tujuan domestik lain, seperti Jakarta dan Makassar.
Industri pariwisata
Sektor yang paling terdampak penutupan bandara itu adalah industri pariwisata. Banyak calon pelancong yang sudah memesan kamar hotel terpaksa mengatur ulang liburan mereka. Imbasnya juga pada subsektor lain, misalnya, restoran dan tempat-tempat hiburan di kawasan wisata di Bali.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, Ida Bagus Ngurah Wijaya, berterus terang bahwa banyak kerugian karena bencana itu. Tapi dia belum menerima laporan mendetail dan menghitung tingkat kerugian finansial.
Dia membandingkan dengan peristiwa serupa akibat erupsi Gunung Raung di ujung timur Jawa Timur selama Juli, Agustus, dan September 2015. Masa itu bertepatan dengan musim liburan dan Lebaran sehingga lebih banyak permintaan terhadap perjalanan wisata, hotel, restoran, dan lain-lain.
"Selama tiga bulan itu saja, kita kehilangan 30 persen dari kedatangan turis Australia," kata Ngurah Wijaya dihubungi VIVA.co.id.
Dampak letusan Gunung Barujari pada industri wisata di Bali, katanya, memang tak sedahsyat peristiwa serupa akibat Gunung Raung. Selain karena penutupan bandara hanya beberapa hari, juga bukan musim liburan. Tetapi tetap saja nilai kerugiannya tidak sedikit.
Ngurah Wijaya belum akan mengkalkulasi tingkat kerugian akibat letusan Gunung Barujari karena aktivitas vulkanik gunung itu belum selesai alias masih dimungkinkan mengganggu lalu lintas penerbangan. "Nanti kita baru bisa berhitung secara keseluruhan ketika bencana ini sudah selesai."
Dinas Pariwisata Kabupaten Badung sedari awal memperingatkan agar penyedia akomodasi pariwisata tetap melayani para calon penumpang yang terdampak bencana itu. Dinas mengakui, berdasarkan pengamatan pada sejumlah hotel, memang banyak pembatalan atau penundaan pemesanan. Tapi banyak juga hotel yang dipenuhi pengunjung, terutama calon penumpang yang tertunda keberangkatannya.
Belum berakhir
Bandara Ngurah Rai dibuka lagi bukan karena aktivitas Gunung Barujari sudah mereda, melainkan akibat embusan angin menjauh dari Bali. Gunung api itu itu tetap memuntahkan material vulkanik berupa debu meski ada pijar dan belum diketahui kapan mereda.
Menurut Pakar Geologi, Surono, memang kecil kemungkinan letusan Gunung Barujari bakal sebesar erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara. Tapi aktivitasnya yang belum diketahui sampai kapan, berarti masih ada peluang debu vulkaniknya mengganggu penerbangan di masa mendatang.
Abu vulkanik produk letusan Barujari-Rinjani, katanya, sangat halus sehingga dapat tersebar jauh dan tergantung kecepatan serta arah angin.
Baca Juga :
Surono hanya menyarankan warga sekitar Gunung Barujari tidak panik. Kawasan berbahaya hanya pada radius tiga kilometer dari gunung itu dan selebihhnya cukup aman.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dan lembaga terkait mengevaluasi aktivitas Gunung Barujari dan cuaca setiap enam jam. Hasil evaluasi itu pasti dilaporkan kepada instansi terkait, termasuk bandara.
Berdasarkan data kegempaan yang terekam, tremor bergerak menerus 3.025 mm (dominan 6 mm). Gempa letusan terus terekam dan potensi letusan masih tinggi. Namun, Surono menganalisis, "Dari data-data yang ada, Gunung Barujari tidak akan meletus hebat."