Dihantam Rudal Rusia, Siapa Dalang Penembak MH17?
Jumat, 16 Oktober 2015 - 05:40 WIB
Sumber :
- REUTERS/Michael Kooren
VIVA.co.id - Dewan Keselamatan Penerbangan Belanda (OvV) pada Selasa kemarin memaparkan hasil penyelidikan yang telah mereka lakukan selama 15 bulan. Digelar di pangkalan militer Gilze-Rijen, Belanda, sang ketua, Tjibbe Joustra, menyimpulkan pesawat tujuan Amsterdam menuju ke Kuala Lumpur itu jatuh akibat ditembak rudal jarak menengah yakni BUK buatan Rusia.
Kesimpulan itu bukan sesuatu yang mengejutkan, mengingat hal tersebut telah diprediksi sebelumnya. Keterlibatan Rusia sudah disebut oleh negara-negara barat, karena diduga memasok senjata BUK tersebut ke kelompok pemberontak di wilayah Ukraina Timur.
Joustra menjelaskan di depan bagian kokpit pesawat yang telah dirakit ulang. Walaupun tidak secara utuh, tetapi media yang hadir dalam pemaparan tersebut bisa mendapatkan gambaran jelas kondisi pesawat usai dihantam rudal BUK.
Dia mengatakan, rudal BUK tidak langsung mengenai badan pesawat, melainkan meledak dengan jarak satu meter dari bagian depan kokpit pesawat. Terdapat dua versi kemungkinan ledakan, yakni di bagian atas atau sebelah kiri hidung pesawat.
"Hulu ledak rudal 9N314M meledak di bagian luar dan sisi sebelah kiri kokpit. Hulu ledak ini cocok dengan yang digunakan di sistem rudal udara," ujar Joustra seperti dikutip kantor berita Reuters, Selasa.
Ledakan rudal langsung menyebarkan fragmen di seluruh bagian kokpit. Alhasil, tiga orang kru termasuk pilot yang ketika itu berada di kokpit langsung tewas seketika. Ledakan rudal juga mengakibatkan kerusakan struktural pesawat sehingga badan pesawat ikut meledak.
Yang lebih mengejutkan, laman Mirror menyebut usai meledak, para penumpang diketahui . Rata-rata para penumpang MH17 masih bisa bernafas hingga 90 detik.
Temuan ini diketahui, setelah ada satu mayat yang masih mengenakan masker oksigen. Mayat tersebut ditemukan oleh tim evakuasi ketika menyisir lokasi jatuhnya pesawat.
Temuan lain yang berhasil diungkap yaitu, penumpang MH17 meninggal karena dekompresi, kurangnya kadar oksigen, suhu dingin yang ekstrem di ketinggian dan aliran udara yang kuat.
"Ini tidak dapat dikesampingkan, bahwa beberapa penumpang tetap sadar selama 60 hingga 90 detik sebelum pesawat jatuh," tulis laporan yang dibuat Dewan Keselamatan Penerbangan Belanda.
Kendati berhasil menemukan penyebab jatuhnya pesawat, tetapi OvV tidak memiliki kewenangan untuk menuding pihak yang diduga telah menembak rudal BUK itu. Mereka juga tidak menyebut dari area mana rudal tersebut ditembakkan.
Usai memberikan keterangan pers, Joustra hanya menyebut kelompok pemberontak berada di area di mana rudal BUK ditembakkan. Kendati tidak disebut oleh OvV, pemerintah di Ukraina dan beberapa negara barat langsung menunjuk hidung Rusia sebagai dalang dari insiden itu. Negeri Beruang Merah disebut-sebut memasok senjata bagi kelompok pemberontak.
Dalam kesempatan itu, Joustra turut menyayangkan kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah Ukraina. Sebab, kendati mereka menyadari adanya konflik di wilayahnya, tetapi zona udara bagi penerbangan komersial tetap dibuka.
Reuters mencatat 61 maskapai tetap melanjutkan penerbangan di atas wilayah konflik Ukraina. Oleh sebab itu, Joustra merekomendasikan aturan penerbangan diubah dan memaksa operator agar lebih transparan mengenai pilihan rute mereka.
Sikap Ukraina pun tidak konsisten. Saat ditegur OvV, Kepala Penyelidikan MH17 yang dibentuk Ukraina, Hennadiy Zubko, mengatakan otoritas Ukraina telah mengikuti semua prosedur yang telah ditetapkan.
"Semua rekomendasi dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) telah diterapkan. Ukraina telah menutup zona udara yang berada di bawah 32 ribu kaki," kata Zubko kepada para jurnalis di Kiev.
Namun, pernyataan itu diubah oleh Menteri Luar Negeri Pavlo Klimkin. Berbicara dari New York, Amerika Serikat di markas PBB, Klimkin mengaku Ukraina tidak menutup zona udara mereka. Dia mengaku saat itu tidak ada pihak yang menduga akan ada ancaman yang sedemikian besar.
"Semua orang pasti yakin senjata yang disiagakan di sana adalah jenis konvensional. Tidak ada satu pun orang saat ini yang bahkan menyadari kehadiran peralatan senjata modern yang bisa ditembakkan ke udara," kata Klimkin.
Dipolitisir Barat
Pemerintah Rusia langsung bereaksi setelah Dewan Keselamatan Penerbangan Belanda mengungkap penyebab jatuhnya pesawat jenis Boeing itu karena dihantam rudal BUK buatan Negeri Beruang Merah. Terlebih menurut harian terhormat Belanda, Volkskrant, menyebut ada keterlibatan mantan pejabat militer Rusia dalam tragedi itu.
"Rudal BUK diciptakan dan dibuat di Rusia, sehingga dapat diasumsikan kelompok pemberontak tidak akan mampu mengoperasikan alat semacam itu," tulis harian tersebut dengan mengutip beberapa sumber.
Rusia menilai laporan yang dirilis Belanda pada Selasa kemarin terlalu bias. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov mengatakan, ada upaya yang jelas untuk membuat kesimpulan yang bias dan menggiring isu ini bermotif politis.
"Ini merupakan sebuah sumber yang disayangkan. Walaupun Rusia telah berulang kali mengulangi dan melakukan penyelidikan yang komprehensif, tetap saja isu ini dipolitisir. Padahal, kami telah meminta semua informasi yang kami miliki untuk dipertimbangkan," kata Ryabkov.
Untuk membantah laporan akhir yang dirilis oleh OvV, perusahaan pembuat rudal BUK, Almaz-Antey melakukan uji coba sendiri. Perusahaan milik Pemerintah Rusia itu menunjukkan sebuah video berisi rudal BUK yang diledakkan di dekat hidung pesawat Illyushin yang telah dinonaktifkan.
Klik video hasil uji coba di sini.
Berdasarkan hasil uji coba, Almaz-Antey membantah rudal ditembakkan dari Snizhne, sebuah desa yang dikuasai oleh kelompok pemberontak. Mereka menyebut pesawat Malaysia Airlines itu kemungkinan ditembak jatuh dari teritori yang tengah diperebutkan oleh kelompok pemberontak dan pasukan Ukraina.
Perusahaan itu juga menyebut rudal BUK yang ditembakkan adalah rudal lama yang tak lagi digunakan oleh militer Rusia.
"Hasil dari uji coba ini bertentangan dengan kesimpulan yang dibuat Komisi Belanda mengenai jenis roket dan lokasi peluncuran," ujar Direktur Almaz-Antey, Yan Novikov yang kini termasuk dalam daftar orang yang dikenai sanksi oleh negara-negara barat.
Novikov mengatakan, pesawat Boeing itu ditembak oleh sistem rudal BUK yang ditembakan alat peluncur 9M38 dari desa Zaroschchenske. Menurut pejabat berwenang Almaz-Antey, Mikhail Malyshevsky, rudal yang berusia tua dilarang penggunaannya di dalam militer Rusia.
Berdasarkan tanggal kadaluarsa, rudal itu terakhir kali hanya boleh digunakan pada tahun 2011 lalu. Kini, usai terungkap penyebab jatuhnya pesawat, Belanda mencoba kembali melakukan penyelidikan untuk mencari dalang penembak MH17 pada 17 Juli 2014.
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte menyerukan kepada Rusia agar bekerja sama secara penuh dalam proses penyelidikan tindak kriminal yang kini dipimpin oleh Negeri Kincir Angin itu. Dalam tim itu, juga terdapat Malaysia, Australia, Ukraina dan Belgia.
"Terkait hubungan kami dengan Belanda, penyelidikan ini memiliki dampak yang besar baik bagi Belanda, dunia internasional dan tentu saja Rusia. Apa yang ingin kami lakukan saat ini yaitu memohon kepada otoritas Rusia agar menghormati dan bekerja sama dalam laporan ini," kata Rutte.
Dia menegaskan sudah menjadi kewajiban bagi dunia internasional para pelaku yang bertanggung jawab untuk diseret ke hadapan hukum.
Pernyataan Rutte itu ditanggapi Rusia dengan alis terangkat. Mereka mengaku bingung, karena selama ini dianggap tidak menunjukkan sikap kerja sama yang positif.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan Negeri Beruang Merah selalu bekerja sama dalam proses penyelidikan. Niat untuk bekerja sama itu juga disampaikan oleh Duta Besar Rusia untuk Kerajaan Malaysia, Valery Yermolov.
Dia menjelaskan, walaupun sebelumnya Rusia , bukan berarti Moskow berniat menghalangi niat negara lain di antaranya Malaysia dan Ukraina yang ingin membentuk sebuah pengadilan internasional.
Bagi Rusia, kata Yermolov, boleh saja dilakukan penyelidikan, selama tidak bias. Rusia pun, ujar Yermolov, turut mencari keadilan, karena mereka ingin membersihkan nama negaranya.
Selanjutnya dalang utama....
Dalang Utama
Jadi, siapa penembak Malaysia Airlines MH17? Fokus publik dunia kini hanya tertuju kepada jawaban dari pertanyaan itu. Salah satu pihak yang berhak tahu jawaban itu adalah keluarga korban.
Istri salah satu penumpang MH17 asal Blackpool, Inggris, Claudio Villaca-Vanetta, mengatakan kepada radio BBC 4, mereka juga ingin tahu siapa pelaku penembakan.
"Kami telah memiliki sebagian dari jawaban yang selama ini kami cari, tetapi belum semua terpecahkan. Kami tahu pesawat Malaysia Airlines diizinkan untuk terbang di sana dan kami tahu kini, itu merupakan keputusan yang buruk dari Ukraina karena tetap membiarkan zona udaranya terbuka. Kami juga tahu ada sebuah rudal yang hanya dibuat di Rusia dan tentu, laporan itu tidak memberikan penjelasan kepada kami siapa yang bertanggung jawab atas perbuatan itu," papar Villaca-Vanetta seperti dikutip harian The Guardian.
Dia menambahkan, untuk bisa tetap tegar dalam kondisi seperti sekarang, banyak keluarga korban yang harus melalui proses konseling.
"Sebab, ini mungkin merupakan bagian yang paling kejam untuk diterima yaitu tindak kekejaman dan kekerasan terhadap jasad korban," kata dia.
Laman International Business Times pada Selasa kemarin kembali mengingatkan kita kepada beberapa teori yang sempat muncul tahun lalu ketika insiden itu terjadi. Rusia mengklaim, MH17 ditembak oleh jet tempur Ukraina ketika tengah mengudara.
Seorang analis intelijen dari sumber terbuka, Elliot Higgins, sebelumnya pernah mengungkap sistem rudal BUK yang digunakan untuk menembak jatuh MH17 merupakan bagian dari konvoi yang melakukan perjalanan dari Kursk, Rusia menuju ke perbatasan Ukraina. Teori lain yang pernah dibahas di media yakni mengenai pernyataan pemimpin kelompok pemberontak, Igor Girkin yang dikenal juga dengan nama Strelkov pernah sesumbar di media sosial pada 17 Juli 2014.
Di sana, Girkin mengatakan timnya berhasil menembak jatuh sebuah pesawat militer Antonov 26 milik Ukraina. Namun, pernyataannya di media sosial langsung dihapus begitu diketahui yang mereka tembak adalah pesawat sipil dan bukan militer.
Sementara, Pemerintah Ukraina langsung menunjuk kelompok pemberontak sebagai dalang utama. Untuk meyakinkan publik, mereka sempat merilis sebuah rekaman suara yang berisi percakapan antara kelompok pemberontak mengenai sebuah pesawat yang jatuh. Di dalam percakapan itu, semakin jelas bahwa pesawat yang ditembak jatuh bukan pesawat militer milik Pemerintah Ukraina.
Di dalam rekaman itu, terdengar salah satu anggota kelompok pemberontak mengatakan: "jelas sekali itu sebuah pesawat sipil". Perdana Menteri Ukraina, Arseniy Yatsenyuk menyebut pasukan khusus Rusia sebagai dalang utama penembak jatuh MH17.
"Kami yakin penembakan dilakukan dari teritori yang dikuasai oleh pasukan Rusia. Tidak mungkin kelompok pemberontak yang pemabuk itu tahu bagaimana cara menggunakan sistem BUK. Ini berarti, sistem tersebut dioperasikan hanya oleh anggota militer Rusia yang terlatih," kata Yatsenyuk.
Sementara, Rusia yang terus dipojokkan dengan isu tersebut berulang kali terlibat penembakan MH17 atau konflik militer di Ukraina Timur. Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y. Galuzin ketika memberikan keterangan pers di Jakarta pada Agustus lalu sudah berulang kali menyebut temuan tim penyidik Belanda banyak yang janggal.
Dalam laporannya, Belanda mengatakan ditemukan serpihan yang diduga berasal dari sistem rudal buatan Rusia di lokasi jatuhnya MH17.
"Kami bisa menemukan misil atau pun bagian misil buatan Rusia di mana-mana di seluruh dunia termasuk di Indonesia," ujar Galuzin.
Namun, bukan berarti hal tersebut membuktikan Negeri Beruang Merah sebagai pelakunya. Rusia, kata Galuzin sudah berupaya membantu proses penyelidikan, tetapi tak diberi akses dan informasi.
Untuk mencari tahu siapa penembak MH17, publik harus menanti laporan kantor Jaksa Agung Belanda pada awal tahun 2016. Rencananya, mereka akan merilis sebuah laporan untuk menjawab tanda tanya publik itu.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri telah akan ikut membantu menyeret pelaku yang bertanggung jawab ke hadapan hukum.
"Indonesia menyerukan kepada semua pihak, termasuk komunitas internasional untuk terus bekerja sama erat dalam upaya mewujudkan rasa keadilan dan kemanusiaan bagi keluarga-keluarga korban insiden MH17," tulis Kemlu dalam keterangan tertulis yang disampaikan pada Rabu kemarin. (umi)