Bertahun-tahun Makanan Berpengawet Mayat Beredar
Rabu, 16 September 2015 - 08:05 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id /Bayu Nugraha
VIVA.co.id
- Baru-baru ini, Kepolisian Daerah Metro Jaya dan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Banten menemukan praktik penggunaan bahan pengawet mayat dalam pemotong ayam di sejumlah rumah potong di wilayah Tangerang.
Tak tanggung-tanggung, dari tujuh rumah potong unggas itu, ditemukan 1,5 ton ayam potong segar yang positif telah terkontaminasi bahan pengawet berbahaya itu.
"Dari uji sampel yang dilakukan oleh petugas badan POM ditemukan ada tujuh tempat pemotongan dinyatakan positif menggunakan formalin. Bahkan, ditemukan jerigen yang berisi formalin cair sebanyak lima buah," kata Kepala Subdit Sumber Daya Lingkungan Ditreskrimsus Polda Metro Jaya, AKBP Adi Vivid.
Penggunaan bahan kimia berbahaya dalam proses pemotongan ayam di Tangerang itu cukup mengejutkan, karena dari hasil penyelidikan dan pengakuan pemilik rumah potong, kimia berjenis formalin itu, telah digunakan dalam proses pemotongan ayam sejak lima tahun lalu.
Entah sudah berapa banyak ayam berpengawet mayat itu diperjualbelikan di pasar-pasar tradisional di Tangerang dan juga Jakarta.
Dari penyelidikan diketahui, satu rumah potong mampu memasok paling sedikit 300 ayam sudah potong berformalin ke pasar-pasar tradisional dalam setiap harinya.
"Pelaku memasok ayam berformalin. Setidaknya, setiap hari selama lima tahun ini sebanyak 300 potong ayam berformalin dipasok ke sana," kata Adi.
Selanjutnya.. Makanan-makanan mengandung pengawet mayat...
Makanan-makanan mengandung pengawet mayat
Tahu
Baca Juga :
Ironinya, menurut pengakuan Agus, si penjual tahu berformalin itu, ia tidak tahu jika tahu yang selama bertahun-tahun ia pasarkan itu mengandung zat yang dapat mengancam nyawa pembelinya.
"Saya tidak tahu kalau mengandung itu (formalin), saya tahunya cuma beli di Pak GR dari Bogor," kata Agus.
Kikil
Pada 11 Maret 2015, warga Jakarta dihebohkan dengan maraknya peredaran kulit ternak alias kikil berformalin.
Hal ini terungkap setelah Polres Metro Jakarta Barat menggerebek beberapa rumah yang disulap menjadi tempat industri rumahan yang memproduksi kikil berformalin.
Industri kikil berformalin itu, terungkap dikelola pasangan suami istri. Dari pemeriksaan polisi, praktik ini sudah dilakukan produsen kikil itu sejak 10 tahun silam.
Di tempat pengolahan kulit ternak itu, pasangan suami istri itu, mampu menghasilkan kulit ternak olahan yang sudah menjadi kikil sebanyak satu ton dalam sehari.
Selanjutnya... Dampak konsumsi pengawet mayat...
Dampak konsumsi pengawet mayat
Formalin selama ini dikenal dengan nama senyawa kimia formaldehida. Pertama kali disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859 dan diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867.
Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reasi oksidasi katalitik pada metanol. Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau.
Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.
Formalin pada umumnya banyak digunakan untuk pengawet mayat, pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya. Kimia ini juga dapat dijadikan untuk bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin dan juga kaca pengeras lapisan gelatin serta kertas dalam dunia fotografi.
Kepala BPOM Provinsi Banten Mohamad Kashuri mengatakan, mengkonsumsi ayam yang sudah dicampur dengan pengawat mayat jenis formalin dapat membahayakan tubuh.
"Bahaya mengkonsumsi ayam berformalin itu dalam jangka waktu lama, bisa menyebabkan kanker dan ginjal," ujar Mohamad, Selasa 15 September 2015.
Mohamad Kashuri menyarankan agar masyarakat lebih jeli dan mengetahui ciri-ciri yang ayam potong berpengawet.
"Memang kalau secara jelas apalagi di pasar sulit membedakan, tapi bisa dilihat salah satunya bau ayam berformalin agak beda, kalau tidak dihinggapi lalat kemungkinan malah dicampur formalin dan warna ayam berformalin lebih putih," kata Mohamad.