Munas PKS, Bikin Manuver Baru atau Seremonial Saja?

munas ke-4 pks
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id - Partai Keadilan Sejahtera menggelar Musyawarah Nasional (Munas) ke-4 di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Jawa Barat, pada Senin, 14 sampai dengan 15 September 2015. Dalam Munas kali ini, partai berlambang bulan sabit kembar dan padi itu mengambil tema "Berkhidmat untuk Rakyat".

Pengukuhan pengurus DPP PKS periode 2015-2020 ditetapkan sebagai agenda utama. Namun, Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman juga dijadwalkan memberikan pidato politik terkait arah politik PKS ke depan.

Sekretaris Jenderal PKS, Taufik Ridho, mengatakan bahwa peserta yang mereka undang dalam forum tinggi partai itu sebanyak 1.200 orang. Mereka dari Majelis Syuro, pengurus DPP, dan MPP.

Sejumlah tokoh atau elite politik baik dari Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) ataupun yang lainnya seperti Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon, Edhy Prabowo, Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sudah diundang.

Undangan juga diberikan kepada Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Jimly Asshiddiqie, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, sejumlah duta besar negara sahabat hingga unsur pimpinan negara seperti Ketua MPR dan DPR.

Taufik mengatakan keputusan dari hasil rapat tertutup Majelis Syuro beberapa waktu lalu akan dibacakan dalam Munas ini. Dia menyebut, Munas lebih bersifat seremonial.

"Munas nanti akan menghasilkan Amanat Munas, membacakan hasil keputusan Majelis Syuro, ada pengukuhan pengurus Dewan Pimpinan Pusat, Majelis Pertimbangan Pusat, dan lain sebagainya," kata Taufik.

Menurut Taufik, Munas ini adalah Munas dengan persiapan yang paling singkat. Namun, ia bersyukur persiapan acara ini berjalan lancar tanpa ada banyak hambatan.

"Ini Munas yang paling kilat persiapannya, hanya tiga pekan. Tapi alhamdulillah kita laksanakan dengan baik," ujar Taufik.

Sedangkan Ketua Panitia Pengarah Munas, Suswono, mengatakan apa yang akan disampaikan oleh Sohibul Iman dalam pidato politiknya. Pertama-tama, Sohibul membacakan amanat Munas, lalu menyampaikan program kerja Dewan Pengurus Pusat (DPP) hingga daerah.

"Seusai pidato Ketua Majelis Syuro dan Presiden PKS akan diadakan dialog dengan para pengurus di wilayah dan daerah yang kita harapkan dapat menjawab persoalan bangsa," kata Suswono.

Menurut Suswono, Sohibul juga membahas permasalahan bangsa dari segi politik, ekonomi dan sosial. Amanat Munas itu salah satunya berisi mengenai kebijakan partai yang bertujuan untuk mencapai cita-cita masyarakat yang adil dan bermartabat.

Dalam pidatonya, Sohibul mengajak kader PKS optimis memandang Indonesia dan memberikan kontribusi nyata agar Indonesia cepat bertransformasi dari negara berpenghasilan rendah menjadi negara berpenghasilan tinggi.

Dikutip dari situs resmi PKS, pks.or.id, Munas PKS ke-4 itu secara resmi dibuka oleh Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, dengan memukul gong, pada Senin, 14 September 2015. Salim didampingi Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid, Sohibul Iman dan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan.

"Dengan mengucapakan bismillahirrahmanirrahim, acara pembukan Munas PKS ke-4 resmi dibuka," kata Salim seraya memukul gong dengan keras.

Munas PKS dihadiri beberapa tamu pejabat negara seperti Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPD Irman Gusman, Ketua Bawaslu Muhammad, Ketua DKPP Jimly Asshiddiqie, Wakil Ketua DPR Fadli Zon, Ketua PPP Djan Faridz, Sekjen Golkar Idrus Marham, Sekjen Gerindra Ahmad Muzani dan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar.

Papan Atas

Sohibul Iman mengungkapkan salah satu visi partainya di masa mendatang. Pada pemilu 2019 akan datang, Sohibul bertekad membawa partainya menjadi partai papan atas.

"PKS sebagai entitas partai politik tentunya ingin menjadi partai papan atas. Menjadi partai papan atas atau bahkan the ruling party adalah target setiap partai, termasuk PKS," ujar Sohibul seperti dikutip dari situs pks.or.id.

Cita-cita tersebut menurutnya, terkait dengan cita-cita PKS untuk mendorong Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi (high income country). Yaitu bangsa berperadaban yang mampu mewujudkan terbentuknya masyarakat adil, demokratis, aman, bermartabat, dan memiliki harga diri di hadapan bangsa lain.

Dia mengatakan, PKS pernah menjadi partai paling bawah dengan tidak lolos electoral threshold (ET) di pemilu 1999. Pada tiga pemilu berikutnya yaitu 2004, 2009 dan 2014 PKS selalu menjadi partai papan tengah.

"Pada pemilu 2019 nanti, PKS akan berjuang menjadi partai papan atas target suara di atas 10 persen," tekadnya.

Ia menjelaskan struktur PKS di seluruh Indonesia bisa menerjemahkan target itu 12 persen, 20 persen atau lebih.

Mantan Wakil Ketua DPR ini juga mengatakan, pada pilkada serentak akhir tahun ini, PKS ikut serta di 210 pilkada dari 269 pilkada yang dikompetisikan. Dari 210 pilkada yang diikuti, ada 43 kader PKS yang maju sebagai kandidat.

"Pilkada serentak ini adalah pengalaman pertama kita semua, semoga hajatan besar bangsa ini berjalan damai, aman dan lancar," tutur doktor lulusan Jepang ini.

Sohibul lalu mengajak kader merenungi hakikat pendirian partai sebagai partai dakwah. Visi ini tidak mungkin terwujud tanpa kader dakwah yang kokoh.

"Itu harus diaktualisasikan pada internal partai dan masyarakat," kata Sohibul dalam pidato Munas ke-4 PKS di Depok, Jawa Barat, Senin 14 September 2015.

Sohibul mengingatkan cita-cita PKS untuk mewujudkan Indonesia menjadi negeri yang pernuh berkah, "Baldatun thoyibatun wa robbnun ghoffur."

Sohibul lantas mengingatkan target-target yang telah ditetapkan dalam musyawarah Majelis Syuro. Di antaranya, pada Pemilu 2019 meraih suara di atas 10 persen.

Mantan Rektor Universitas Paramadina itu kemudian menyampaikan kilas balik perjalanan PKS dari pemilu ke pemilu. Di pemilu perdana yang mereka ikuti pada 1999-kala itu bernama Partai Keadilan-mereka meraup 1,4 persen.

Pemilu 2004 mereka mendapatkan lompatan suara yang signifikan di level 7 persen. Namun, di Pemilu 2009 dan 2014, rupanya suara partai tak beranjak dari kisaran itu, naik turun hanya tipis.

"Wajar kalau 2019 kita naik kelas ke papan atas, artinya kita ingin capai di atas 10 persen."

Bagaimana mewujudkannya? Sohibul mengajak jajarannya sampai tingkat daerah berlomba-lomba dengan kader partai lain untuk mewujudkan target suara PKS di atas 10 persen pada pemilu 2019.

"Ajak kader PKS bangun kebersamaan dengan seluruh elemen bangsa. Apa pun suku bangsa dan agama untuk membangun negeri," ujar Sohibul.

Oposisi Loyal


Munas PKS juga akan menyinggung posisi politik PKS saat ini. Seperti yang diketahui masyarakat luas, partai berbasis muslim perkotaan ini bahu membahu dengan partai-partai lain seperti Golkar, dan Gerindra membangun koalisi penyeimbang pemerintahan, Koalisi Merah Putih.

Namun, keberadaan koalisi tersebut mulai goyah. Perkembangan paling mutakhir, salah satu anggotanya yakni Partai Amanat Nasional melakukan manuver dengan bergabung ke pemerintah Jokowi.

"Setelah selesai Munas, agendanya mem-breakdown amanah Munas jadi program kerja yang nanti kita bahas lagi di program kerja nasional, pada November awal," kata Sohibul ketika ditemui di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Jawa Barat, Senin 14 September 2015.

Lantas bagaimana dengan kebersamaan PKS dan KMP? Meski tak langsung menyatakan bahwa partainya tetap konsisten bersama KMP namun PKS tak berniat melakukan manuver politik seperti yang dilakukan partai lain.

"Ada di luar dan di dalam pemerintahan itu punya visi yang sama mulianya. Kami ini oposisi yang loyal pada kepentingan bangsa. Kalau mereka buat kebijakan yang baik, kita dukung. Kalau kebijakan tidak baik, kita kritik. Saya kira tidak harus semua dalam pemerintahan. Nanti check and balance gimana," ujarnya.

Sohibul menjelaskan, eksistensi KMP masih diperlukan untuk perimbangan kekuatan. Apalagi, kata Sohibul, KMP masih memperjuangkan ekonomi Indonesia yang mandiri, seperti pesan dari Prabowo Subianto.

"Pak Bowo selalu bilang kita ingin ekonomi mandiri, tapi aturannya selama ini tidak mendukung. Ini harus kita ubah. Saya kira kalau KIH akan lihat ini baik, kita akan kerja sama," kata Sohibul.

"Silakan nilai saja kami. Kami hanya ingin buktikan dengan tindakan."

Tak Ada Bersih-bersih

Mantan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera, Mahfudz Siddiq, menambahkan bahwa Munas ke-4 PKS di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Jawa Barat, bukanlah ajang bersih-bersih loyalis mantan Presiden PKS, Anis Matta. Menurutnya, rotasi jabatan merupakan hal yang biasa.

"Enggak ada. Pak Anis masih jadi Ketua DPP Hubungan Luar Negeri. Kalau bersih-bersih berarti kan ada yang kotor," kata Mahfudz di Gedung DPR, Jakarta, Senin, 14 September 2015.

Mahfudz menuturkan, perubahan formatur kepengurusan dalam kepemimpinan yang baru merupakan hal yang wajar. "Biasa, Presiden baru, personel baru," katanya.

Ketua Komisi I DPR itu menjelaskan sebagian formatur baru PKS akan diisi wajah baru yang lebih segar. "Sebagian orang lama, dan orang baru. Orang lama, pindah posisi. Regenerasi saja. Wajah baru. Secara usia jauh lebih muda," katanya.

Mahfudz menjelaskan dalam formatur kali ini, dirinya tidak mendapatkan posisi di internal partai. Selain itu, ia harus meninggalkan posisinya sebagai Wakil Sekretaris Jenderal PKS.

"Saya di DPR saja," tutur dia.

Namun, ia memastikan perubahan struktur kepengurusan DPP tidak berdampak pada susunan anggota Fraksi PKS di DPR. "Di fraksi tidak ada perubahan," lanjut Mahfudz. (ren)