Pelonco di Sekolah, Kapan Hilangnya
- VIVA.co.id/jangankuper.com
VIVA.co.id - Tak ada yang bisa melupakan masa indah di sekolah, apalagi saat masuk hari pertama. Baju, buku, tas dan sepatu semuanya serba baru. Semangat masuk hari pertama begitu terasa, terutama bagi anak-anak yang baru menduduki sekolah dasar.
Awal masuk sekolah tentunya tidak langsung belajar ke pelajaran inti, karena pihak sekolah berkewajiban memperkenalkan lingkungan baru untuk anak-anak. Antusiame tinggi tak hanya dirasakan siswa sekolah dasar, siswa menengah atas pun demikian.
Tradisi berebut bangku hingga kini dirasa menjadi ciri khas setiap masuk kelas baru. Bukan hanya itu, setiap siswa juga diwajibkan untuk mengikuti masa orientasi sekolah (MOS). Meski sesuai dengan aturan sekolah, namun masih ada ditemukan kegiatan MOS yang dijadikan ajang perploncoan dari kakak kelas ke adik kelasnya.
Untuk memastikan hal itu tidak terjadi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, hari ini, Senin, 27 Juli 2015 mengunjungi satu Sekolah Dasar di Lebak Bulus Jakarta Selatan. Anies juga berkesempatan menjadi pembina upacara dalam upacara bendera di sekolah tersebut.
Dalam sambutannya, Anies mengatakan upacara bendera bukan sekadar ritual biasa. Di sesi upacara bendera, kata Anies, kepala sekolah berkesempatan memotivasi para siswa.
"Tugas kita selain mendidik, juga mencerahkan, menginspirasi. Tugas kita ada teladan bagi anak-anak kita. Ini (upacara) bukan acara ritual, tapi kesempatan kepala sekolah untuk menyampaikan amanah," kata Anies di hadapan para murid.
Selain itu, kepada beberapa orangtua murid yang hadir, Anies juga mengimbau agar mereka mengenali guru-guru yang mengasuh anaknya selama berada di sekolah.
"Kenali wali kelasnya, hari ini ibu bukan hanya mengantarkan anak sekolah tapi menitip amanah pendidikan nasional," kata Anies.
Tujuan MOS
Menteri Anies menambahkan telah mengirimkan surat kepada para gubernur dan wali kota di daerah agar tidak ragu-ragu untuk memberikan tindakan tegas kepada sekolah yang mendiamkan praktik perpeloncoan.
"Kita mengirimkan surat kepada gubernur, bunyinya wali kota jangan ragu ambil tindakan disipliner pada sekolah yang mendiamkan praktik perpeloncoan, pelecehan, kekerasan pada siswa baru baik oleh kakak kelas dan wali," kata Anies.
Para orangtua siswa baru juga diminta oleh Anies untuk ikut mengawasi dan melaporkan jika ada tindak perpeloncoan dalam masa orientasi siswa.
"Kita minta orangtua siswa baru memantau. Kami buat halaman khusus mopd.kemdikbud.go.id untuk pengaduan," ujar Anies.
Menurut Anies, orientasi seharusnya bertujuan untuk mendidik, bukan untuk membuat malu para siswa baru, seperti menyuruh mereka mengenakan kostum-kostum aneh.
"Orientasi mendidik, bukan mempermainkan orang baru. Bukan ajang senior mempermainkan adik-adiknya. Penggunaan kostum aneh-aneh nggak boleh," kata Anies.
Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PPP, Reni Marlinawati, menjelaskan, pelaksanaan MOS seharusnya dilaksanakan sesuai dengan semangat awal pelaksanaan kegiatan tersebut yakni pengenalan siswa terhadap sekolah dan lingkungan di sekolah.
"Jangan sampai MOS justru keluar dari khittah misalnya dengan menekankan pada latihan fisik," kata dia.
Dia menekankan, sekolah juga harus memiliki jejak rekam medik siswa baru. Tujuannya, kata dia, sekolah dapat memberikan perhatian khusus terhadap anak didik yang memiliki jejak rekam medik yang serius.
Reni berharap, pelaksanaan MOS ini menjadi pintu masuk bagi calon siswa untuk menapaki jenjang pendidikan yang lebih lanjut.
"Harapannya, anak didik kita mampu menjadi manusia pembelajar yang memiliki karakter dan berakhlak mulia," ujarnya.
Pengamat pendidikan, Darmaningtyas, menambahkan, tujuan diadakan MOS untuk mendekatkan siswa dengan sekolah barunya. Bukan hanya itu, siswa juga bisa menyalurkan bakat dan hobinya dengan kegiatan ekstrakulikuler yang ada di setiap sekolah.
Dia tak menampik masih banyak ditemukan ajang pelonco dalam kegiatan tersebut. Untuk itu, dia meminta sekolah selalu mengawasi panitia penyelenggara MOS. "Sebaiknya kepanitian jangan diserahkan pada OSIS semata, tetapi guru bahkan kepala skeolah harus turun langsung. Sebab jika dibiarkan begitu saja, tidak menutup kemungkinan adanya tindak kekerasan," kata Darma saat dihubungi VIVA.co.id.
Sanksi tegas
Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) DKI Jakarta, Arie Budhiman, mengimbau kepada seluruh pihak sekolah dan penyelenggara MOPDB termasuk di dalamnya kepala sekolah, wali kelas, guru, peserta didik, pengurus OSIS, orang tua, wali murid serta alumnus untuk menghentikan semua bentuk kekerasan yang ada di sekolah.
"Sekali lagi, saya minta hentikan tindakan kekerasan di sekolah sepanjang tahun dan dimulai berhenti pada hari ini," kata mantan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI itu.
Ia melanjutkan, pemerintah akan memberikan sanksi tegas jika menemukan masih ada oknum pelaku yang melakukan tindak kekerasan bagi para peserta didik baru.
Siswa yang terbukti melakukan tindak kekerasan akan dikembalikan ke orang tua serta tidak akan bisa masuk sekolah negeri di seluruh Jakarta. Sementara kepala sekolah dan guru yang lalai membiarkan hal itu terjadi akan dikenakan sanksi berupa pemberhentian dari jabatan.
"Saya juga memohon kerja sama para orangtua dan wali murid untuk turut mengawasi dan mendampingi putra-putrinya selama mengikuti proses belajar di sekolah," kata Arie.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, juga ambil sikap, tak hanya guru dan kepala sekolah, siswa yang kedapatan melakukan pelonco terhadap siswa baru terancam diberentikan.
“Kita dari awal sudah memperketat dan tegas terhadap segala bentuk kekerasan terhadap siswa di sekolah,” ujar Basuki atau Ahok.
Ahok mengaku, salah satu bentuk sanksi tegas yang diterapkan bagi seluruh sekolah (negeri) yang ada di Jakarta adalah sama, yakni akan dikeluarkan dari sekolah.
“Semua senior yang melakukan orientasi dengan tindak kekerasan akan kita keluarkan dari sekolah negeri, itu hukumannya,” kata Ahok.
Bukan hanya Ahok, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengancam akan mencopot kepala sekolah yang menerapkan masa orientasi sekolah (MOS) dengan kegiatan yang tidak produktif.
"Ospek atau apapun namanya itu, saya tidak mau lagi ada kegiatan yang tidak produktif di dalamnya," ujar Dedi di hadapan pembina kesiswaan dan ketua OSIS SMA sederajat di Purwakarta Jawa Barat.
"Misalnya, anaknya dikuncirin tiba-tiba, rambutnya jadi berantakan. Kan ini tidak logis,” tambahnya.
Dedi mengaku tak melarang adanya aktivitas orientasi di sekolah. Hanya saja, ia mengingatkan agar aktivitasnya dibuat produktif dan bermanfaat. Misalkan tugas membuat tas dari plastik atau karung bekas tepung.
“Tas daur ulang dari apapun bahannya, boleh tuh dikasih tugas. Asalkan tasnya digunakan selama siswa baru itu bersekolah. Ini kan produktif,” katanya.
Dengan begitu, masa bimbingan siswa baru di sekolah, harus menjadi ajang menunjukkan kreasi anak-anak dan kreativitas ini dilakukan dengan serius, sehingga lahirlah ketekunan anak dalam melahirkan produk.
"Ini yang perlu dilakukan di sekolah, mengembangkan bakat, menanamkan karakter kuat dan keyakinan pada anak dan kebanggaan akan hasil karya sendiri," katanya.