Utang Proyek Kereta Bandara 'Dibebankan' ke Penumpang

Pembangunan Stasiun Kereta Bandara Soekarno-Hatta Usai 2015
Sumber :
  • Anissa Maulida (Tangerang)

VIVA.co.id - Pembangunan jalur kereta api Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) mulai mendapat titik terang. Disebut mendapat titik terang, karena sebenarnya pembangunan jalur itu diharapkan selesai pada Juni 2015. Dan, diharapkan beroperasi pada Juli 2015.

Harapan itu disampaikan Dirjen Perkeretaapian Kemenhub waktu itu, Hermanto Dwiatmoko. Dia menyampaikan itu setelah Kementerian Perhubungan memberikan konsesi pengelolaan kereta api Bandara Soetta, Tangerang pada PT Kereta Api Indonesia, Juli 2014 lalu.

Namun, nyatanya pembangunan itu tidak bisa rampung sesuai harapan. Soal pembebasan lahan, tampaknya jadi kendala utama. Padahal, PT KAI tinggal "hanya" menyambung lintasan dari Batu Ceper-Bandara Soetta, sepanjang 12 kilometer.

Pembangunan jalur kereta api Bandara Soekarno-Hatta merupakan tindak lanjut Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2011 Tentang Penugasan kepada PT KAI untuk Menyelenggarakan Prasarana dan Sarana KA Bandara Soekarno-Hatta dan Jalur Lingkar Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi.

Untuk membangun jalur tersebut, perlu dana sebesar Rp2,5 triliun. Yang patut digarisbawahi, dalam Pasal 4 Perpres 83/2011, dana tersebut tidak berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD). Pendanaan bersumber dari dan diusahakan oleh PT KAI.

Inilah yang menjadi sebab pembangunan jalur KA Bandara Soetta harus mundur. PT KAI harus mencari sumber pendanaan untuk pembebasan lahan.

Maka dari itu, ketika mendapatkan pendanaan dari BNI, BRI, Bank Mandiri, dan BCA senilai Rp1,45 triliun (tenor 14 tahun), PT KAI berani menyatakan kalau pembangunan sarana dan prasarana KA Bandara Soetta siap dari segala aspek.

Salah satu kesiapan aspek tersebut, termasuk dalam permasalahan pembebasan lahan yang nantinya dijadikan jalur-jalur baru untuk perlintasan KA Bandara Soetta.

"Semua sudah beres, tinggal menunggu sertifikasi tanah yang akan dikeluarkan oleh BPN (Badan Pertanahan Nasional)," ujar Direktur Keuangan PT KAI, Kurniadi Atmosasmito di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin 20 April 2015.

Dalam proyek pembangunan KA bandara ini, lanjut dia, PT KAI bertugas dalam hal pembangunan prasarana dan infrastruktur, seperti berupa pengadaan lahan, signaling, listrik aliran atas, dan pembangunan stasiun di luar kawasan Bandara Soekarno-Hatta.

Menurut Kurniadi, nantinya, jalur-jalur ini akan dioperasikan oleh PT Railink, perusahan patungan antara PT KAI dan PT Angkasa Pura II.

Selain itu, PT Railink juga mendapat tugas pengerjaan penyediaan sarana kereta bandara. Saat ini, PT Railink menyiapkan 10 KA yang dipesan dari PT Industri Kereta Api (Inka).

Untuk itu, Kurniadi berharap, pengerjaan proyek ini bisa selesai tepat waktu, yakni dalam 14 bulan sampai 18 bulan mendatang. Sehingga, KA yang dipesan dari PT Inka tersebut segera dikirimkan.



Kenyamanan penumpang pesawat

Tujuan pembangunan lintasan tersebut, tidak lain untuk mempermudah akses pengguna Bandara Soetta. Dengan jalur kereta api, waktu tempuh Jakarta-Bandara Soetta lebih ringkas. Diklaim sekitar 40 sampai 60 menit.

KA Bandara Soetta, nantinya akan beroperasi dari Stasiun Manggarai. Kemudian, akan melewati beberapa stasiun kereta api yang ada di beberapa wilayah ibu kota.

"Dari Stasiun Manggarai ke Stasiun Bandara Soetta akan melewati Stasiun Sudirman Baru, Duri, dan Batu Ceper sebagai stasiun pemberhentian," ujar Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional Satu, Jakarta, Bambang S Prayitno.

Dia mengatakan, terdapat jalur-jalur lama yang nantinya ikut dioperasikan ke jalur kereta api di Bandara Soetta. Total jarak yang akan dilintasi adalah sepanjang 36,3 kilometer yang terdiri dari 24,2 km jalur yang ada dan 12,1 km merupakan jalur baru.

Di sisi lain, untuk mendukung operasional KA Bandara Soetta maka PT KAI akan merombak Stasiun Manggarai sebagai salah satu stasiun keberangkatan KA bandara dengan membangun underpass (jalan bawah tahan) sebagai passenger crossing (persimpangan penumpang).

"Nantinya, penumpang KA bandara akan diarahkan untuk menuju peron khusus untuk penumpang bandara," ujarnya.

Bambang menyampaikan PT KAI juga membangun Stasiun Sudirman Baru sebagai Stasiun khusus KA bandara (city air terminal) yang melayani khusus penumpang dari dan menuju bandara.

"Yang biasanya memakan waktu tiga jam, saat menggunakan KA bandara bisa 40 menit, atau satu jam," jelas Direktur Keuangan AP II, Andra Y Agussalam.

Dengan adanya proyek ini, dia mengharapkan, ada peningkatan kapasitas penumpang menuju Bandara Soetta. Untuk itu, pihaknya akan lebih memberikan pelayanan terbaik di bandara.

"Kami siap, dalam melonjaknya penumpang dan kami akan tetap memberikan pelayan terbaik saat penumpang tiba di bandara," kata dia.



Untung dari tiket?


Semoga yang disampaikan Andra tadi, benar-benar diejawantahkan melalui pelayanan maksimal. Sebab, nantinya, penumpang yang KA Bandara Soetta tidak akan mendapatkan subsidi.

Dalam sebuah kesempatan, saat menjadi Direktur Utama PT KAI, Ignasius Jonan, mengatakan tidak ada public service obligation (PSO) alias subsidi untuk KA Bandara. Artinya, penumpang dikenakan tarif komersial.

Pemberlakuan tarif, murni berdasarkan keputusan bisnis PT KAI. Patut kita sadari, dana pinjaman tersebut harus dikembalikan sesuai tenggat waktu yang disepakati. Termasuk beban bunga yang menyertai.

Dalam waktu 14 tahun, setidak-tidaknya, PT KAI harus bisa mencapai break event point alias balik modal. Tak mengherankan jika lantas Direktur Keuangan PT KAI, Kurniadi Atmosasmito bilang kalau tarif jalur ini menyesuaikan harga tanah dari pembebasan lahan.

Alasannya, PT KAI melakukan akuisisi lahan untuk pengadaan jalur kereta Bandara Soetta. Untuk harga awal, tiket akan dijual pada kisaran Rp80 ribu untuk sekali perjalanan.

"Mungkin, pada awalnya harga tiket bisa Rp80 ribu, tapi setelah meningkat menjadi Rp100 ribu, itu karena penyesuaian harga tanah dari akuisisi tanah," kata Kurniadi.

Dengan harga jual seperti itu, tampaknya lagi-lagi PT KAI harus bersaing dengan moda transportasi lainnya. Taruh contoh, Damri. Tarif bus Damri dari Blok M-Bandara Soetta, saat ini dipatok Rp40 ribu.

Kita tahu, dengan menggunakan moda transportasi bus, penumpang mendapat kemudahan akses. Setidaknya, penumpang tak perlu repot harus turun di stasiun. Sebab, bus memiliki titik pemberhentian di pusat-pusat kota.

Barangkali, satu-satunya kendala transportasi jalur aspal itu hanyalah kemacetan. Memang, dalam kondisi tak ada kemacetan, perjalanan dari Blok M-Bandara Soetta memakan waktu sekitar 40-60 menit.

Namun begitu, keputusan kembali pada kita sebagai pengguna sarana transportasi. Yang jelas, pengoperasian KA Bandara Soetta ini semakin menambah pilihan moda menuju bandara tersibuk di Indonesia tersebut.