Ketika Orang "Goblok" Menggaji Sarjana
- VIVA.co.id
VIVA.co.id - Mohon maaf bila judul di atas terlalu kasar. Tak ada maksud melanggar norma kesopanan dengan judul tulisan ini. Tapi memang, itulah kata yang kerap dan jadi akrab dengan almarhum Bob Sadino.
Justru, melalui ucapan pengusaha yang sering disapa Om Bob itu, kata (maaf) 'goblok' seolah mengalami ameliorasi. Maknanya menjadi positif. Mungkin, Anda sudah sering membaca kutipan-kutipan Om Bob di internet. Tengok saja, misalnya ungkapan berikut ini.
"Orang goblok sulit dapat kerja, akhirnya buka usaha sendiri. Saat bisnisnya berkembang, orang goblok mempekerjakan orang pintar."
Dalam berbagai kesempatan, pengusaha bernama lengkap Bambang Mustari Sadino itu, juga sering melontarkan kalimat, "Orang goblok itu nggak banyak mikir, yang penting terus melangkah. Orang pintar kebanyakan mikir, akibatnya tidak pernah melangkah."
Ujaran-ujaran itu, juga sering Om Bob sampaikan di hadapan peserta seminar kewirausahaan. Bahkan, pada sebuah acara bedah buku Bob Sadino: Mereka Bilang Saya Gila!, Om Bob pernah menyarankan, agar mahasiswa keluar dari kuliahnya.
"Pulang dari sini, besok kamu tidak usah kuliah. Karena entrepreneur (usahawan) tak bisa dipelajari di kampus," ujar Om Bob di acara yang berlangsung pada 2009 silam itu.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, menilai ungkapan Om Bob itu ada benarnya juga. Sebab, persoalan dan hambatan di lapangan kerap berbeda dengan teori.
"Lapangan itu berbeda dengan teori kalau menjadi entrepreneur. Keputusan itu diambil berdasarkan anilisis bukan melulu dari teori," kata dia ketika dihubungi VIVA.co.id, Selasa 20 Januari 2015.
Memang, tak sedikit orang yang memutuskan pindah kuadran, setelah mengikuti seminar, atau setidaknya membaca petuah Om Bob. Yang mulanya karyawan, banting setir jadi pengusaha. Tak peduli kecil-kecilan, yang penting punya usaha sendiri.
Bahkan, pengusaha sekaligus politisi Aburizal Bakrie mengaku banyak belajar dari pengusaha nyentrik itu. Menurutnya, Bob Sadino merupakan pengusaha yang tahan banting, serta gigih mencapai kesuksesan.
''Saya banyak menimba pengalaman dari beliau," kata Ical, panggilan akrab Aburizal Bakrie.
Sandiaga Uno, yang dikenal publik sebagai pengusaha pun mendapat inspirasi dari Om Bob. Salah satu pendiri PT Saratoga Investama Sedaya Tbk ini mengaku bisa jadi pengusaha, karena menjalankan ajaran almarhum.
"Dia selalu bilang ke saya, kalau bisnis itu langsung nyebur saja. Jangan banyak ditimbang-timbang," ujar Sandiaga.
Demikianlah memang gaya Om Bob memprovokasi orang untuk berbisnis. Tak perlu pikir panjang. Langsung jalan. Begitu mentok, cari jalan lain lagi.
"Semakin goblok seseorang, kian banyak ilmu yang diperolehnya. Saya menggoblokkan diri sendiri terlebih dahulu, sebelum menggoblokkan orang lain."
Om Bob memilih kata (maaf) 'goblok', sebagai representasi dirinya sendiri. Dan, mungkin pengusaha sukses lainnya. Alih-alih mengeyam bangku perguruan tinggi, pria kelahiran Lampung, 9 Maret 1933 ini sukses menjadi pengusaha tanpa pernah menyentuh pendidikan di universitas.
Tanpa teori bisnis memadai saat memulai bisnis, kini mendiang Om Bob justru berhasil mewariskan jaringan bisnis Kem Food dan Kem Chiks ke anak cucunya.
Berbisnis karena depresi
Boleh dibilang, perjalanan bisnis Om Bob berasal dari desakan keadaan. Bahasa 'kerennya', karena kepepet. Dari kondisi itu, Om Bob nekat memulai bisnis untuk menyambung hidup.
"Orang pintar biasanya paling banyak harapannya. Bahkan, maunya berhasil dalam waktu singkat. Padahal, kita tahu, semua itu impossible! Orang goblok harapannya hanya satu, hari ini bisa makan." Demikian, salah satu ungkapan yang tak kalah terkenal dari Om Bob.
Ya, untuk bisa makan. Om Bob pernah terperosok dalam kondisi seperti itu. Dia harus putar otak hanya untuk bisa menyambung hidup.
Meski keturunan orang berkecukupan, nyatanya Om Bob pernah jatuh di titik kebangkrutan. Saat kedua orangtuanya meninggal, sebenarnya Om Bob mewarisi harta yang cukup besar. Dia dapat porsi warisan lebih besar dibanding saudara kandungnya. Sebab, saudara yang lain dianggap sudah mapan.
Kala itu, usia Om Bob masih 19 tahun. Jiwa mudanya menggelegak. Dia habiskan harta itu dengan berfoya-foya dan berkeliling dunia. Sampai suatu waktu, dia menetap di Belanda selama sembilan tahun.
Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di Kota Amsterdam, Belanda, dan Hamburg, Jerman. Di sana pula, ia ketemu Soelami Soejoed, istrinya, sebelum akhirnya kembali ke Tanah Air pada 1967.
Sekembalinya ke Indonesia, ia punya modal berupa dua mobil Mercedez Benz. Satu dijual untuk beli tanah, satu mobil lagi untuk rental, dan ia jadi sopirnya. Bukannya untung, Bob malah buntung. Mobil satu-satunya itu kecelakaan. Untung Bob selamat. Cuma, peristiwa itu membuatnya tak punya biaya untuk memperbaiki.
Untuk menyambung hidup, Om Bob pernah bekerja sebagai kuli bangunan. Gajinya, waktu itu Rp100. Pada fase ini, Bob jatuh di titik terendah dalam hidupnya. Harta warisan habis, pekerjaan pun tak ada. Bob depresi.
Beruntung, temannya yang bernama Sri Mulyono Herlambang, memberi Bob 50 ekor ayam ras. Bob disuruh beternak ayam. Tujuannya, untuk menghilangkan depresi. Bob menuruti saran itu.
Tak dinyana, ternak ayam itu justru membuka pintu rejeki Om Bob di agribisnis. Ayam-ayam itu bertelur cukup banyak. Jadilah, setiap hari Om Bob dan istrinya berkeliling menjual telur.
Dalam satu setengah tahun, langganannya makin banyak. Kebetulan, kawasan tempat tinggal Bob di Kemang, banyak dihuni orang asing yang tinggal di Indonesia, istilah kerennya itu ekspatriat.
Bob dan istrinya yang sangat fasih berbahasa Inggris, sehingga tidak mengalami kendala komunikasi dengan pelanggan. Dari situ, Bob mulai menemukan segmen pasar untuk bisnisnya. Dia membidik kalangan ekspatriat yang berduit. Atas keuletannya, Bob berhasil mengembangkan bisnis agronya di bawah payung Kem Chicks dan Kem Food.
Mantra sihir Bob
Keberhasilan bisnis dari beragam kegagalan yang dilalui Om Bob banyak menginspirasi pelaku usaha di Indonesia. Khususnya, pengusaha yang bergerak di sektor usaha kecil menengah (UKM).
Tak sedikit yang memuji hingga mengaplikasi "teori" kakek empat cucu ini. Tujuannya, hanya satu: sukses berdiri di kaki sendiri.
"Om Bob pernah bilang, setinggi apa pun pangkat yang dimiliki, kamu tetap pegawai. Tetapi, sekecil apa pun usahamu, kamu sudah jadi bos," ujar Wageningtias, pemilik usaha kemitraan Sop Duran Duren.
Wage memutuskan jadi wirausaha, setelah beberapa tahun menjadi karyawan di perusahaan. Seperti ingin membuktikan omongan Om Bob, Wage mencoba peruntungan dengan berbisnis. Berbagai bisnis pernah ia lakoni. Tak jarang, Wage menemui kegagalan.
Namun, semangat tak pernah berhenti untuk menuju sukses. Lagi-lagi, Wage seperti "tersihir" oleh petuah bisnis dari Bob Sadino. Sebagai pengusaha, Om Bob menganut filosofi sungai, yakni menuju muara.
Perjalanan menuju muara jelas harus melewati berbagai kelokan, atau bahkan benturan. Bila ada karang, kata Om Bob suatu ketika, tak perlu ditabrak, tinggal berbelok. Sungai bagi Bob, sangatlah fleksibel.
Demikian pula, ketika berbisnis. Kerap kali, pengusaha tidak bisa langsung menemukan fokus bisnis. Kadang kegagalan tak jarang menghadang. Tetapi, menurut Om Bob, itu merupakan proses untuk mencapai muara kesuksesan.
Hanya tubuh yang terkubur
Ya, muara kesuksesan. Om Bob telah mencapai muara yang ia impikan itu. Bahkan, dia sudah sukses hidup berkecukupan sejak bertahun-tahun lalu. Tetapi, bergelimang uang dan kesuksesan tak membuatnya dilambung kesombongan.
Justru, ia selalu tampil sederhana. Om Bob juga dikenal dekat dengan siapa saja. Mau pengusaha, pejabat, selebritas, siapa pun pasti memandang Om Bob sebagai sosok bersahaja dan apa adanya.
Kita tahu, Om Bob kerap tampil dengan celana pendek dipadu kemeja. Tak peduli, siapa yang ia temui, ya begitulah penampilannya. Bahkan, protokoler Presiden Kedua RI, Soeharto sempat dibuat keki lantaran Om Bob tak mau bercelana panjang, saat menerima kunjungan sang Presiden.
"Dia merupakan pengusaha yang sangat sederhana, dia tidak sombong atas pencapaian-pencapaian, penghargaannya,'' ujar Ical.
Kerendah-hatian Om Bob juga tercermin dari cara dia bergaul. Om Bob tak segan memberikan nasihat (tanpa menggurui) pada pengusaha yang lebih muda. Bagi Om Bob, keberhasilan seseorang juga diukur dari kemauannya untuk berbagi.
Karena itulah, Om Bob pernah bilang, "Saya tidak mau pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki, terkubur bersama tubuh saya ketika mati kelak."
Kesederhanaan Om Bob rasanya terus melekat hingga akhir hayatnya. Sebelum menuntaskan usia 82-nya di hari Senin 19 Januari 2015, Om Bob mewasiatkan, agar dikubur pada liang yang sama dengan ayah-ibu dan saudaranya.
Selamat jalan Om.... (asp)