Menunggu Tim DVI Identifikasi Korban AirAsia

Pengantaran jenazah korban AirAsia ke Pangkalan Bun
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Eric Ireng
VIVAnews
- Setelah pesawat AirAsia QZ8501 diketahui nasibnya, perhatian kini tertuju pada proses identifikasi korban. Proses ini dilakukan oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) di Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya.


Hingga hari ini, baru satu penumpang yang teridentifikasi. Dia adalah Hayati Luthfiah Hamid, warga Jalan Nala, Desa Sawotratap, Gedangan, Sidoarjo.


Keterangan Tim DVI Kepolisian Daerah Jawa Timur, pagi ini, Jumat 2 Januari 2015, mereka mulai kesulitan melakukan identifikasi karena kondisi jenazah sudah rusak akibat terlalu lama terendam air laut.


Hal itu misalnya, terjadi saat identifikasi korban B002 yang telah tiba di RS Bhayangkara pada 31 Desember 2014.


"Data antemortem (ciri-ciri fisik sebelum meninggal dunia) sidik jari belum ada. Sidik gigi juga tidak ada. Sidik jari postmortem (ciri-ciri fisik setelah meninggal dunia) untuk korban B002 telah rusak, terlalu banyak terendam air laut," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono.


Meski begitu, Awi memastikan Tim DVI terus berusaha, sehingga satu jenazah itu segera bisa diketahui identitasnya. "Pagi ini tim juga terus bekerja. Kita juga terus mendata keluarga korban di tim antemortem," katanya.


Selain masih fokus pada identifikasi satu jenazah yang tiba sejak Rabu, tim DVI juga fokus untuk pemeriksaan enam jenazah lain.


Berdasarkan data, sudah ada delapan jenazah yang dikirim ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur. Enam di antaranya baru tiba di Rumah Sakit Bhayangkara pada Kamis, 1 Januari 2015. Sementara itu, dua jenazah sudah tiba sejak Rabu, 31 Desember 2014.


"Untuk dua jenazah yang tiba sejak Rabu, tim sudah berhasil mengidentifikasi satu jenazah dan sudah diserahkan ke pihak AirAsia untuk diteruskan ke pihak keluarga kemarin," kata Awi.


Sementara itu, di Pangkalan Bun Tim SAR gabungan masih terus mencari korban lainnya. Ada 155 penumpang dan 6 kru yang turut dalam penerbangan dari Surabaya menuju Singapura itu.


Informasi Satu Pintu

Badan SAR Nasional (Basarnas) mengungkapkan bahwa yang berhak memberikan keterangan identitas jenazah penumpang AirAsia QZ8501 adalah tim DVI Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya.


Kepala Basarnas, Bambang Sulistyo, menyatakan, hal tersebut dilakukan agar tak terjadi kesimpangsiuran informasi mengenai identitas dan jumlah korban penumpang AirAsia.


"Oleh karena itu, saya tetapkan hari ini bahwa yang berhak menyampaikan identitas korban, yang sudah selesai dilaksanakan prosesnya oleh DVI, saya limpahkan pada posko DVI Bhayangkara Polda Jawa Timur," katanya.


Ia menyampaikan, untuk saat ini, hanya ada tiga titik fokus informasi posko evakuasi AirAsia QZ8501. "Posko utama di Basarnas, posko taktis Pangkalan Bun dan DVI Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya," tuturnya.


Proses Identifikasi
Dokter spesialis forensik, dokter gigi, ahli tulang, dan kepolisian tergabung dalam tim DVI. Mereka bekerja keras dalam mengidentifikasi jenazah korban yang sudah susah untuk dikenali. Berbagai teknik dan metode mereka terapkan untuk itu.

Sesuai standar interpol, maka identifikasi utama terdiri atas pengidentifikasian utama dan sekunder. Identifikasi primer meliputi sidik jari, catatan gigi, dan DNA. Selanjutnya, yang sekunder terdiri atas data medis, properti serta data korban.

Untuk menerapkan teknik identifikasi, tim perlu mengumpulkan data antemortem dan postmortem. Data antemortem meliputi jenis kelamin, usia, pakaian, hingga aksesori yang dipakai korban.

Sementara itu, data posmortem meliputi sidik jari, rontgen, hingga sampel gigi. Bila kondisi jenazah tak lagi sempurna, tim perlu mengambil contoh tulang korban.

Setelah mendapatkan data antemortem dan posmortem, tim DVI memproses dan mencocokkannya dengan sampel dan keluarga sedarah. Di ujung proses, tim membuat surat keputusan bahwa korban telah diidentifikasi selanjutnya diserahkan kepada keluarga.


Rangkaian tersebut membutuhkan waktu panjang. Kesabaran menunggu informasi akhir dibutuhkan agar informasi tidak tertukar.


Tim identifikasi jenazah korban AirAsia mengimbau kepada keluarga, kerabat, dan teman korban agar melaporkan data antemortem ke posko antemortem yang disediakan. Hal itu diperlukan dalam proses identifikasi jenazah yang telah berhasil dievakuasi.


"Segeralah memberikan data ke posko antemortem yang ada. Apa pun itu," kata Dokter Patologi Forensik, Evi Untoro dalam dialog di
tvOne
, Jumat 2 Januari 2015.


Data tersebut antara lain bentuk gigi, apakah ada tato di tubuh, atau hal lain yang menonjol sebagai ciri fisik orang tersebut. "Nanti, kemudian pemeriksaan postmortem itu membutuhkan waktu," kata Evi.


Dijelaskannya, mereka membutuhkan waktu yang cukup agar identifikasinya akurat. Sejauh ini, mereka telah berhasil mengidentifikasi seorang korban bernama Hayati Lutfiyah Hamid.


"Kita butuh waktu, yang kita utamakan ketepatan karena itu hubungan surat kematian dan lain-lain," ujarnya.


Bila proses pencocokan antemortem dan posmortem tak mencukupi, maka tim melakukan tes DNA. Sampel untuk tes DNA itu diambil petugas saat autopsi.


"Kita kan juga mengambil sampel untuk DNA saat autopsi. Kita ambil dari tulang iganya," kata Evi.


Tes ini memerlukan adanya keluarga sedarah. "Yang kami sayangkan, ada satu keluarga yang semuanya menjadi korban. Jadi kalau yang meninggal ayah dan anak maka untuk pemeriksaan DNA semoga kakeknya masih ada," katanya.


Pencarian Lanjutan

Pencarian korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ 8501 memasuki hari keenam. Hari ini, prioritas pencarian mulai difokuskan pada badan pesawat dan kotak hitam
(black box).

Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI F. Henry Bambang Sulistyo mengatakan, secara keseluruhan luas area lokasi pencarian masih seperti sebelumnya, yakni seluas 13.500 kilometer persegi. Namun, pada hari keenam telah dibuat lokasi prioritas yang diduga kuat menjadi lokasi jatuhnya badan pesawat dan kotak hitam.


"Ada lokasi prioritas yang kami khususkan dengan luasan sekitar 1.575 mil laut. Penentuan ini berdasarkan hasil evaluasi dan temuan-temuan di lapangan," kata Soelistyo dalam keterangan pers di kantor Basarnas, Jakarta, Jumat, 2 Januari 2015.


Di lokasi prioritas ini, ada dua tugas utama yang akan dilakukan.
Pertama,
mencari bagian besar badan pesawat yang akan dilakukan kapal khusus penyapu ranjau milik TNI Angkatan Udara, kapal Baruna Jaya milik BPPT, kapal survei Geo Survey dan RSS Persistance milik Amerika.


"Seluruh kapal ini memiliki alat deteksi benda di bawah permukaan
(underwater marine detection)
, jadi mereka tugasnya cuma cari badan pesawat," katanya.


Sementara itu, tugas kedua adalah, mencari kotak hitam yang akan diserahkan sepenuhnya kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dibantu sejumlah penyelam yang sudah disiagakan di KRI Banda Aceh.


"Seluruh peralatan dan kebutuhan kita di lapangan tercukupi semua. Tim udara ada 17 unit dan tim pencari di laut ada 29 unit. Mudah-mudahan tidak ada kendala berarti," ujarnya.


Muhammad Zumrotul Abidin (Surabaya)