Babak Baru Pemakzulan Donald Trump
- Yahoo Finance
VIVA – Suasana persidangan di Capitol Hill, pada Rabu 22 April 2020, waktu Jakarta, mendadak berubah. Suasana yang awalnya santai dan hangat berubah menjadi tegang, setelah sekitar 100 anggota senat mulai memasang telinga dengan seksama untuk mendengarkan argumentasi yang disampaikan. Anggota senat dari Partai Demokrat dan Republik saling bertanya dan berargumentasi.
Proses pemakzulan atau impeachment Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali dimulai. Setelah sebelumnya dilengserkan Kongres atau DPR AS, kali ini, proses impeachment sang Presiden dibahas di Senat. AS adalah negara yang menganut sistem dua kamar. Sehingga, negara tersebut memiliki dua parlemen, bukan hanya DPR, tetapi juga Senat.
Sebelumnya, Presiden Donald Trump resmi dimakzulkan oleh DPR AS pada Rabu malam waktu AS, 19 Desember 2019, melalui sidang paripurna. Dalam sidang tersebut, mayoritas anggota DPR AS menyetujui dua pasal pemakzulan terhadap Trump.
DPR AS berhasil memenuhi angka minimal 216 suara dukungan untuk memutuskan impeachment pada Trump dan membawa pembahasannya ke Senat. Dengan dihasilkannya keputusan tersebut, Trump menjadi Presiden ketiga yang dimakzulkan di AS oleh DPR.
Dalam berkas perkara yang diserahkan oleh fraksi Demokrat ke Senat AS pada Sabtu 18 Januari 2020, mereka mengemukakan argumen mengapa Trump harus dicopot dari jabatannya. Dalam berkas setebal 111 halaman tersebut, fraksi Demokrat mengatakan bahwa sang Presiden telah "mengabaikan sumpahnya untuk setia menjalankan hukum dan mengkhianati kepercayaan publik", serta menyebut perilakunya sebagai "mimpi terburuk" para pendiri negara Amerika Serikat.
Mereka mengatakan, Donald Trump harus dihukum dan diberhentikan dari jabatannya "demi menghindari kerusakan serius dan jangka panjang pada nilai-nilai demokrasi kita dan keamanan negara."
"Kasus terhadap Presiden Amerika Serikat sederhana, faktanya tidak dapat disangkal, dan buktinya sangat banyak. Satu-satunya pertanyaan yang tersisa adalah apakah anggota Senat akan menerima dan melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka oleh konstitusi dan sumpah jabatan mereka," kata mereka seperti dikutip dari BBC, Selasa 21 Januari 2020.
***
Trump Menolak, Tim Pengacara Yakin Trump Tak Bersalah
Kongres Amerika Serikat secara resmi membuka sidang pemakzulan Presiden Donald Trump. Sidang dibuka dengan pembacaan dakwaan resmi dan dilanjutkan dengan pengambilan sumpah oleh seluruh senator dalam sidang pemakzulan ketiga dalam sejarah Amerika tersebut.
"Sidang pemakzulan terhadap Donald John Trump, Presiden Amerika Serikat, karena kejahatan berat dan pelanggaran ringan," kata perwakilan Komite Intelijen, Adam Schiff, seperti dilansir dari Al Jazeera.
Sementara itu, Trump saat ini berada di Davos, Swiss, mengikuti World Economic Forum. Ia tetap konsisten membantah melakukan kesalahan dan mencap kasus yang dituduhkan terhadapnya sebagai hoax. Pengacara Trump juga mengatakan, kliennya menolak dengan sistematis dan tegas semua hal yang dituduhkan.
Tim pengacara Trump yang dipimpin penasihat Gedung Putih, Pat Cipollone dan pengacara pribadi Trump, Jay Sekulow, mengatakan bahwa mereka menentang upaya pemakzulan atas dasar prosedural maupun konstitusional. Mereka mengklaim bahwa sang Presiden tidak melakukan kesalahan dan telah diperlakukan dengan tidak adil.
Pasal-pasal pemakzulan yang diajukan fraksi Demokrat di DPR, menurut pengacara Trump, adalah serangan berbahaya terhadap hak rakyat Amerika, untuk memilih Presiden mereka secara bebas.
"Ini adalah upaya yang lancang dan melanggar hukum untuk membatalkan hasil pemilu 2016, dan mengganggu pemilu 2020, yang sekarang hanya beberapa bulan lagi," ujar mereka menegaskan.
Trump dan tim kuasa hukumnya mengatakan, dakwaan pemakzulan gagal menuduhkan kejahatan atau pelanggaran hukum yang dilakukan Trump, dan dakwaan itu juga merupakan hasil dari proses tanpa hukum dan jelas mencederai proses hukum dan keadilan.
Pemimpin Senat dari Partai Demokrat, Chuck Schumer memperbarui permintaan partainya agar persidangan pemakzulan juga menyertakan saksi dan dokumen baru untuk proses di Dewan Perwakilan Rakyat.
"Apa yang disembunyikan Presiden? Apa yang dia takutkan? Beratnya tuduhan ini jelas sekali. Dewan Perwakilan Rakyat menuduh Presiden berusaha menghancurkan pemimpin asing, demi keuntungan pribadi," ujar Schumer.
***
Nasib Trump Ditentukan Akhir Januari
Proses pemakzulan Trump diperkirakan selesai di akhir Januari 2020, setelah Ketua Mayoritas Senat Amerika Serikat, Mitch McConnell mengesahkan aturan baru tentang proses pemakzulan itu. Ia menyetujui, waktu argumentasi pembukaan dipatok tiga hari.
Rabu 22 Januari 2019, menjadi hari pertama Senat AS bersidang. Digelar di gedung Capitol, Capitoll Hill, Washington, masing-masing partai akan mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan argumentasinya.
Jika masing-masing partai menggunakan waktu masing-masing selama tiga hari untuk menyampaikan argumen mereka, akan ada enam hari proses argumentasi. Jika dihitung dari hari Rabu, kemungkinan besar nasib Trump akan ditentukan pada akhir Januari ini.
Proses tersebut akan dilanjutkan dengan proses tanya jawab antar Senator. Dua sosok punya tanggung jawab besar untuk memutuskan bagaimana sidang dijalankan adalah Mitch McConnell, pemimpin kubu Republik di Senat, dan Chuck Schumer, pemimpin Demokrat di Senat.
Sebagai bagian dari Partai Republik, McConnell bisa jadi akan mengupayakan agar sidang berlangsung singkat dan Trump dibebaskan dari dakwaan. Ia juga menghendaki diadakan pemungutan suara tentang apakah bukti-bukti terhadap Trump perlu dibeberkan dalam sidang. Republik juga diduga akan berusaha mencegah bukti-bukti dibeberkan dalam persidangan.
Sementara itu, Schumer, sebagai perwakilan Partai Demokrat, meyakini rakyat Amerika, justru akan melihat apa adanya tentang kasus-kasus yang dilakukan pada Donald Trump. Presiden Trump menghadapi dua pasal pemakzulan atau dakwaan.
Pertama, ia dituduh mencari bantuan dari Pemerintah Ukraina, untuk membantunya memenangkan Pemilihan Presiden untuk periode kedua pada November nanti. Ia juga dituduh menangguhkan bantuan militer bernilai jutaan dolar kepada Ukraina dan menunda pertemuan Presiden Ukraina di Gedung Putih. Padahal, sebelumnya sudah diagendakan. Keduanya digunakan sebagai posisi tawar menawar.
Kedua, setelah Gedung Putih menolak mengizinkan staf memberikan kesaksian dalam sidang pemakzulan fase pertama tahun lalu, kubu Demokrat menuduh Trump menghalang-halangi kongres.
Meski niat Demokrat untuk memakzulkan Trump sangat kuat, tetapi jika melihat komposisi ke anggota di Senat, suara mereka bisa jadi kalah. Menurut peraturan Senat, untuk mendukung pemberhentian Presiden dibutuhkan dua per tiga suara. Saat ini, ada 100 orang anggota Senat dan 67 di antaranya adalah Republik. Jadi, karena hanya ada 47 senator Demokrat, kecil kemungkinan akan ada cukup suara untuk memberhentikan Trump.
Dikutip dari BBC, Rabu 22 April 2020, Trump bisa saja hadir di Senat, tetapi kecil kemungkinan ia akan memberikan kesaksian langsung. Ia bisa jadi diwakili oleh Cipollone dan Sekulow, sebagai pengacaranya. Dua pengacara itu bisa mencecar para saksi dan menyampaikan pernyataan pembuka dan penutup. (asp)