Nasib Pengungsi dan Ancaman Banjir Susulan
- VIVAnews/Foe Peace
VIVA – Banjir yang melanda Jakarta, Bekasi, Tangerang hingga Lebak, Banten mulai berangsur surut. Puluhan ribu orang masih mengungsi, sementara korban jiwa terus bertambah.
Hingga Jumat 3 Januari 2020, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat setidaknya 43 orang meninggal dunia. Di Kabupaten Bogor tercatat 16 orang meninggal dunia, di Jakarta Timur tercatat 7 orang. Sementara di Kota Depok dan Bekasi 3 orang menjadi korban.
Di Kabupaten Lebak, Banten, setidaknya delapan orang menjadi korban. BNPB mencatat sebanyak 17 orang meninggal dunia akibat terseret arus, 12 orang tertimbun longsor, 5 orang tersengat listrik. Lainnya masih dalam pendataan, sementara itu satu orang masih dinyatakan hilang.
Permasalahan lain dari banjir adalah nasib pengungsi. Di Jakarta tercatat setidaknya 19 ribu orang mengungsi, saat banjir 1 Januari 2020. Dan Gubernur Jakarta Anies Baswedan mengklaim turun tiga kali lipat, hingga hari Kamis, 2 Januari 2020.
"Dugaan kami, di semua wilayah, ada sekitar lima ribuan (pengungsi) yang masih belum bisa kembali ke rumahnya," ujar Anies di Kampung Pulo, Jakarta, Kamis, 2 Januari 2019.
Berbeda dengan data yang dikeluarkan oleh Pemrov DKI Jakarta, BNPB, hingga hari Kamis 2 Januari setidaknya tercatat 30.000 orang menjadi pengungsi. Kepala BNPB, Letnan Jenderal Doni Monardo menyebut sampai Rabu 1 Januari 2020 tengah malam sudah puluhan ribu warga Ibu Kota mengungsi karena banjir.
"Bapak ibu sekalian yang perlu kita ketahui sekarang apa yang harus kita kerjakan, karena jumlah pengungsi semakin banyak sampai dengan sekitar pukul 12.00 (malam) untuk DKI saja sudah sampai lebih dari 30.000 orang. Mungkin pagi ini dua kali lipat," kata Doni di kantor BNPB, Kamis 2 Januari 2020.
Doni mengatakan rapat koordinasi sangat dibutuhkan, untuk melakukan koordinasi secara menyeluruh. Hal ini guna melakukan penanganan terhadap korban banjir di Jakarta dan sekitarnya.
Penanganan Bantuan Pengungsi
Penanganan dan bantuan untuk pengungsi banjir terus berdatangan, tidak hanya dari Pemerintah setempat. Pertamina memberikan bantuan kepada korban banjir di wilayah Kelurahan Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara, berupa kebutuhan dapur umum dan logistik bagi para pengungsi korban banjir.
"Bantuan ini merupakan bentuk tanggung jawab Pertamina kepada lingkungan dan masyarakat, untuk turut meringankan beban bagi masyarakat yang mengalami musibah ini,"” kata Dewi Unit Manager Communication, Relations & CSR Pertamina MOR III.
Kementerian Sosial juga mengambil langkah cepat dalam penanganan korban terdampak banjir di Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Menteri Sosial, Juliari P. Batubara sejak Kamis pagi, bergerak ke titik lokasi banjir dan pengungsian warga.
Pada kesempatan pertama, Mensos mengunjungi dapur umum di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Cahaya Batin Cawang, Jakarta Timur. Selain berbincang dengan petugas dapur umum, Mensos juga blusukan ke gang-gang sempit di RW 03, Kelurahan Taman Harapan, Kecamatan Cawang, Jakarta Timur.
"Hari ini, kami ingin mengetahui bagaimana kondisi dan apa saja kebutuhan para korban banjir. Karena, DKI Jakarta kan luas ya, maka kami kunjungi Jakarta Timur yang paling parah. Bantuan total senilai Rp4,2 miliar. Untuk Jakarta sekitar Rp1,9 miliar," kata Mensos.
Sementara itu, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Dr. Agung Firman Sampurna pun bergegas meninjau para pengungsi yang ditampung di gedung olahraga milik BPK itu, Kamis, 2 Januari 2020 malam.
Didampingi sejumlah pejabat BPK RI Agung menyampaikan rasa empatinya kepada para korban. Dan berharap mereka bersabar, menghadapi peristiwa yang tengah melanda Jakarta dan sekitarnya ini. Khususnya warga RT 007 RW 07 Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.
"Kita tetap bersiap untuk melakukan upaya pertolongan, dan mengajak semua pihak, khususnya masyarakat Jakarta yang tak terkena dampak banjir dan rakyat Indonesia pada umumnya," ungkap Agung.
Selain menyediakan gedung sebagai tempat pengungsian, BPK juga memberikan makanan dan genset.
Sementara di Posko Pengungsian Perumahan Ciledug 2, Tangerang, pengungsi mengeluhkan minimnya bantuan makanan khusus balita. Maryam, salah satu pengungsi mengeluhkan minimnya bantuan makanan kepada Menteri Sosial, Juliari Batubara.
"Saya kesusahan dari kemarin untuk dapatkan makanan buat anak saya, setiap saya datang ke posko makanan, pasti habis yang untuk balita, akhirnya saya mengandalkan bantuan donatur yang datang ke sini. Dan itu enggak saya doang yang merasakan, tapi yang lain juga," katanya.
Mendengar cerita itu, Menteri Sosial, Juliari Barubara, meminta agar para ibu yang berada di posko tersebut untuk tidak khawatir lagi soal logistik, khususnya makanan bayi.
"Jangan khawatir ya bu, ini pihak kami (Kementerian Sosial) bawa makanan bayi yang cukup banyak, ini bisa dibagi-bagikan ke semuanya," ungkapnya.
Antisipasi Banjir Susulan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR, Basuki Hadimuljono, mengakui hujan yang terjadi pada pergantian tahun belum mencapai puncaknya. Meskipun hujan pada malam tahun baru itu sudah mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah Jabodetabek.
BMKG memperkirakan puncak musim hujan diprediksi terjadi pada tanggal 11-15 Januari 2020. Untuk itu, Basuki mengatakan pihak Pemerintah Pusat, khususnya Kementerian PUPR, ikut mengantisipasi.
"Saya hari ini menerjunkan 280 pegawai PU ke 180 titik berdasarkan BNPB. Dua hari ini mereka survei penyebab banjirnya, kayak di Kemang Pratama ada dua yang jebol," kata Basuki ditemui di kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Jumat 3 Januari 2020.
Di lain sisi, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menilai bahwa ibu kota tetap digenang banjir sekali pun sungai-sungai sudah dinormalisasi. "Di sini memang sudah dilakukan normalisasi dan faktanya masih tetap terjadi banjir," ujar Anies di Jakarta.
Anies menyebutkan jika penanganan banjir harus dilakukan dengan komprehensif. Langkah yang harus dilakukan termasuk mempercepat pembangunan kolam-kolam retensi di daerah hulu Jakarta, sehingga sebagian air akan tertampung.
Demikian pun dengan pembangunan waduk dan bendungan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sehingga pengendalian air di kawasan hulu lebih terkontrol.
"Dengan pengendalian air di kawasan hulu dengan membangun dam, membangun waduk, membangun embung, sehingga ada kolam-kolam retensi untuk mengontrol, mengendalikan volume air yang bergerak ke arah hilir," ujar Anies.
Antisipasi banjir juga dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama personel TNI AU. Sebanyak 10 ton garam ditaburkan di awan sekitaran perairan Selat Sunda, yang diharapkan agar hujan turun di kawasan tersebut, sebelum masuk ke Ibu Kota, Jakarta.
"Karena angin misal dari barat- west south west- di situ masih ada gelombang awan yang kemungkinan sudah jenuh dan masuk wilayah jakarta. Kita pecah di situ mudah- mudahanan bisa hujan sebelum masuk daratan. Karena kita ketahui wilayah Jakarta dan Jawa Barat sudah jenuh dengan kandungan air hujan kemarin," kata Kepala Staf TNI AU (KSAU), Marsekal Yuyu Sutisna, di Hanggar Skadron 2.
Operasi rekayasa hujan ini belum dipastikan akan berlanjut atau tidak sambil menunggu arahan dari BMKG, BPPT dan Panglima TNI Marsekal Hadi Thahjanto. "Kita lihat intensitas (hujan ke depan)," kata dia. (ren)