Mudik Satu Arah
- ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
VIVA – Ruas Tol Jakarta-Cikampek, Kamis pagi, 30 Mei 2019, mulai dipadati pemudik. Ribuan kendaraan terpantau sudah meninggalkan Ibu Kota menuju kampung halaman untuk berlebaran. Peningkatan jumlah kendaraan di Tol Cikampek sebenarnya sudah terjadi sejak Rabu, hari terakhir aktivitas perkantoran sebelum libur cuti lebaran.
Seiring dengan libur nasional pada H-6 lebaran ini, frekuensi arus mudik lebaran di ruas Tol Jakarta-Cikampek terus mengalami peningkatan. Pantauan National Traffic Management Centre (NTMC) Polri, Kamis pagi, kendaraan mulai merayap sejak KM 10 hingga KM 70.
Bersamaan itu pula, pada Kamis pagi, aparat Kepolisian bersama Jasa Marga memberlakukan sistem one way di ruas tol Trans Jawa bagi kendaraan dari arah Jakarta menuju Jawa Tengah. Dimulai dari KM 70 Jalan Tol Jakarta-Cikampek sampai KM 263 Brebes Barat pukul 09.00-21.00 WIB. Sementara untuk contraflow akan diberlakukan pada KM 35 sampai dengan KM 62 Jalan Tol Jakarta-Cikampek.
Kemudian pada arus balik, one way diterapkan mulai KM 263 Brebes sampai dengan KM 70 Jalan Tol Jakarta-Cikampek pada pukul 14.00-22.00 WIB. Setelah itu, dilanjutkan dengan contraflow yang akan diberlakukan pada KM 50 sampai dengan KM 35 Jalan Tol Jakarta-Cikampek.
Kepala Korps Lalu Lintas Polri, Irjen Pol Refdi Andri, mengatakan pemberlakukan sistem one way di Tol Trans Jawa mulai Kamis 30 Mei 2019 ini, dalam rangka mengantisipasi lonjakan jumlah kendaraan pada puncak arus mudik.
Menurut Refdi, lokasi pemberlakuan one way sebelumnya mengalami perubahan. Awalnya, dimulai dari Tol Cikarang Utama berpindah ke KM 70 Cikampek Utama hingga KM 263 Brebes Barat.
Adapun waktu pelaksanaan one way untuk arus mudik lebaran, diberlakukan dari 30 Mei hingga 2 Juni 2019. One way diberlakukan selama 12 jam mulai pukul 09.00 hingga 21.00 WIB. Sedangkan untuk arus balik, one way mengarah ke Jakarta, diberlakukan mulai kilometer 263 Brebes Barat menuju kilometer 70 Cikampek Utama, pada 8 hingga 10 Juni 2019.
"Selain di kedua titik itu, normal (tidak ada rekayasa one way)," kata Refdi dalam keterangan persnya, Rabu, 29 Mei 2019.
General Manager Jasa Marga Jakarta-Cikampek, Raddy R. Lukman, mengatakan keputusan perubahan titik pemberlakuan one way di ruas Tol Jakarta-Cikampek, yang semula mulai dari Cikarang Utama, dipindah ke Cikampek di KM 70 hingga Brebes, merupakan hasil koordinasi terakhir dengan Korlantas Polri.
Salah satu pertimbangan pemindahan itu adalah waktu keberangkatan angkutan bus umum yang sudah terjadwal. Sehingga, perlu adanya penyesuaian dengan lalu lintas angkutan umum. "Kebijakan satu arah ini jangan sampai menyulitkan sejumlah kendaraan umum seperti bus," ujar Raddy, Selasa, 28 Mei 2019.
Dengan keputusan itu, kata Raddy lagi, maka Tol Jakarta-Cikampek hanya akan menjadi lokasi awal pemberlakuan kebijakan satu arah. Sementara mulai dari lintasan Cawang hingga Cikampek Utama, lalu lintas kendaraan berlaku normal, yakni dapat dilintasi dua arah, baik menuju Cikampek maupun Jakarta.
Adapun untuk arus balik, kebijakan satu arah juga akan berakhir di Cikampek Utama, sehingga selepas gerbang Cikampek Utama, Tol Jakarta-Cikampek tetap dapat dilintasi dua arah.
"Hanya saja, demi mengantisipasi lonjakan kendaraan saat arus mudik dan balik, di Tol Jakarta-Cikampek kami akan memberlakukan kebijakan lawan arus," katanya.
Kebijakan one way ini juga berimbas pada arus kendaraan dari Jawa Tengah menuju Jakarta, di mana seluruhnya dialihkan keluar di Pintu Tol Brebes dan Palikanci. Kendaraan menuju Jakarta akan melintasi jalur Pantura lama hingga Cikampek.
Raddy menambahkan, pengecualian kebijakan satu arah diberlakukan bagi bus-bus umum yang selama ini biasa mengakses Tol Jakarta-Cikampek melalui Tol Cikampek. Selama kebijakan satu arah diberlakukan, bus-bus umum tetap bisa mengakses gerbang Cikampek Utama.
"Akan kami pasangi barrier (pembatas) sebagai penanda jalur untuk bus-bus umum tersebut," katanya.
Jasa Marga Cabang Jakarta-Cikampek memprediksi puncak arus mudik terjadi pada tanggal 31 Mei 2019 (H-5) Lebaran. Sebanyak 82.810 kendaraan pemudik diprediksi melintas di Tol Jakarta-Cikampek, atau setara kenaikan 9,8 persen dibandingkan puncak arus mudik 2018.
Sedangkan jumlah kendaraan yang meninggalkan Ibu Kota Jakarta pada periode arus mudik Lebaran 2019, terhitung sejak tanggal 29 Mei 2019 (H-7) hingga 4 Juni 2019 (H-1) diperkirakan mencapai 1.383.830 kendaraan.
Urai Kemacetan
Di hari pertama pemberlakuan one way di ruas Tol Cikampek dinilai mampu mengurai kepadatan kendaraan yang sudah mengular sejak KM 10 Tol Jakarta-Cikampek. Apalagi pemberlakuan di hari perdana ini diterapkan lebih awal dari jadwal semula pukul 09.00 WIB atas diskresi kepolisian mengantisipasi antrean kendaraan di Tol Cikampek.
"Kepadatan Jalan Tol Jakarta-Cikampek mulai terurai dengan dua rekayasa lalu lintas arah Cikampek yang sudah diberlakukan sekaligus," kata Corporate Communications Department Head, Irra Susiyanti, Kamis, 30 Mei 2019.
Dia mengatakan kebijakan contraflow di KM 29 sampai dengan KM 61 Jalan Tol Jakarta-Cikampek telah dimulai sejak pukul 05.30. Termasuk kebijakan sistem satu arah di KM 69 Jalan Tol Jakarta-Cikampek sampai dengan KM 263 Brebes Barat sudah dimulai sejak pukul 08.00 WIB.
Jasa Marga mengimbau kendaraan bus dan non golongan I serta pengguna jalan jarak dekat untuk tetap menggunakan jalur normal. Tetap hati-hati berkendara, perhatikan rambu-rambu dan arahan petugas di lapangan. "Kebijakan rekayasa lebih awal ini dilakukan untuk mengurai kepadatan kendaraan arus mudik lebaran pada H-6," ujar Irra.
Kepala Sub Bidang Operasional dan Pemeliharaan II Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Joko Santoso, menjelaskan kebijakan one way di ruas Tol Trans Jawa akan dikhususkan bagi pemudik yang hanya menuju ke arah Jawa.
Menurutnya, kebijakan itu dipilih lantaran sudah pernah diterapkan pada tahun lalu, yakni seperti di jalur KM 82 Cipali sampai KM 217 Palikanci. Penerapannya pun dikatakannya telah membuat arus mudik lebih lancar dan membuat nyaman masyarakat.
"Karena melihat kesuksesan tahun lalu secara kebijakan dadakan. Seperti aspirin, bisa sembuhkan sakit kepala secara cepat. Sehingga dari itu kenapa enggak one way diterapkan secara legal dan disosialisasikan ke pemudik seluruhnya," kata Joko Santoso beberapa waktu lalu.
Namun demikian, meski kendaraan lebih cepat terurai di Tol Cikampek, tak dipungkiri pemberlakuan one way ini menyebabkan volume kendaraan di ruas Tol Cipali terus bertambah, dan jumlahnya naik dua kali lipat dari jumlah kendaraan di satu ruas tol pada musim mudik lebaran. Karena dua ruas tol digunakan sekaligus untuk arah mudik.
Kepadatan dipicu banyaknya kendaraan yang menumpuk di rest area dan beristirahat di bahu jalan Tol Cipali. Di samping itu, hambatan juga terjadi imbas dari pembangunan gerbang Tol Cikampek sebelum KM 102.
"Hambatannya di gerbang Tol Cikampek yang baru itu, dari arah Jakarta itu hambatannya," kata Kepala Unit (Kanit) PJR Tol Cipali, AKP Aziz Sarifudin kepada VIVA.
Aziz mengatakan peningkatan volume kendaraan di ruas Tol Cipali sudah terjadi sejak Rabu malam. Ia memprediksi volume kendaraan yang melintas di Tol Cipali pada H-5 lebaran ini meningkat dua kali lipat dibanding kemarin, terlebih sejak diberlakukannya sistem one way.
"Sekarang lebih padat mulai tadi malam, tadi pagi jam 08:00 WIB langsung dibikin one way. Kalau enggak dibikin one way makin panjang (antrean kendaraan) Jakartanya," ujarnya.
Korlantas Polri dalam keterangan persnya menyampaikan bahwa pemberlakuan sistem one way di ruas Tol Cikampek kemungkinan bakal diperpanjang hingga tengah malam ini atau pukul 00.00 WIB.
Perpanjangan waktu one way ini dilakukan secara situasional dengan melihat kepadatan di Tol Jakarta Cikampek yang mengarah ke Brebes Barat. Sedianya sistem one way diberlakukan hingga pukul 21.00 WIB.
"Kalau malam pergerakan di Jakarta masih tinggi, bisa kita tambah lagi dari Jakarta menuju Jawa Barat dan Jawa Tengah," ujar Kepala Bagian Operasional Korlantas Polri, Kombes Pol Benyamin dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 30 Mei 2019.
Benyamin mengatakan saat ini jajarannya memprioritaskan arus kendaraan yang berasal dari Jakarta menuju ke timur. Dia memprediksi gelombang pemudik keluar Jakarta masih cukup tinggi hingga hari Minggu.
Mudik Manusiawi
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) sebelumnya mengkritik rencana pemberlakuan sistem satu arah atau one way di Tol Trans Jawa, saat mudik Lebaran 2019. Hal itu karena sistem satu arah ini berlaku selama 24 jam yang rencananya diterapkan selama empat hari sejak 30 Mei sampai 2 Juni 2019.
Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, mengatakan pihaknya memberikan peringatan keras kepada pemerintah untuk hati-hati menerapkan one way secara maraton tersebut.
"Itu akan membuat daerah penyangga di Bekasi itu akan merah total atau tidak bergerak sama sekali, jadi perlu dipertimbangkan," kata Tulus di sela peninjauan Gerbang Tol Cikampek Utama, Senin, 20 Mei 2019.
Ia mengusulkan, kebijakan tersebut sebaiknya diterapkan per enam jam terlebih dahulu, ketimbang dilakukan selama 24 jam penuh. Meski di satu sisi pemudik ke arah Jawa dan Bandung memang akan dimanjakan dengan kebijakan tersebut. Namun tidak untuk warga Bekasi dan sekitarnya.
"Itu bakal ada yang terkunci di Bekasi, penumpang atau pemudik di Jakarta, bisa mengalami keterlambatan yang sangat parah. Jadi, jangan memudahkan yang lain, tetapi mengorbankan yang lain," kata Tulus.
Tulus berharap, dengan pemindahan gerbang Tol Cikarang Utama ke gerbang Tol Cikampek Utama dan gerbang Tol Kalihurip Utama bisa membuat jalan Tol Trans Jawa lebih manusiawi saat mudik lebaran.
"Sehingga akan mengurai tingkat kemacetan. Harapannya dengan pergeseran Cikarut (Cikarang Utama) ke Cikatama (Cikampek Utama), akan memperbaiki kinerja Tol Jakarta-Cikampek dan bukan instrumen untuk menaikkan tarif secara terselubung," ujar Tulus.
Terkait pemberlakuan one way pada musim mudik lebaran tahun 2019 ini, Pengurus Besar Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) melayangkan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo. Mereka mempertanyakan kebijakan pemerintah yang dinilai merugikan bisnis transportasi bus antar kota/provinsi ini.
Dalam suratnya, IPOMI mempertanyakan kebijakan satu arah terhitung sejak 30 Mei-2 Juni 2019, yang akan berdampak terlambatnya armada bus dan angkutan umum lainnya masuk ke Jakarta dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Mari kita hitung bersama, jika satu kendaraan dinaiki tujuh orang dan selama satu hari puncak arus mudik Jalan Tol Trans Jawa dilalui 150 ribu kendaraan, selama tiga hari diberlakukan diperkirakan ada 450 ribu kendaraan. Artinya, ada 3,1-3,2 juta orang yang mudik. Jika kita bandingkan dengan bus, yang berisi 30-40 penumpang, maka 3,2 juta orang itu bisa diangkut 106 ribu bus dengan asumsi 30 tempat duduk dalam satu bus. Jika dihitung satu bus dengan 40 tempat duduk, maka hanya ada 80 ribu bus. Tidak ada kemacetan," tulis Pengurus Besar IPOMI dalam suratnya ke Presiden Jokowi.
IPOMI mempertanyakan komitmen Jokowi terkait efisiensi untuk mengurangi beban konsumsi bahan bakar. "Bukankah Bapak juga yang menjadikan Tol Trans Jawa sebagai simbol konektivitas? Apakah yang dimaksud dengan konektivitas ini artinya masyarakat bisa berbondong-bondong melalui Jalan Tol Trans Jawa?" singgungnya.
Dalam hal lain, IPOMI juga memuji pemerintahan Jokowi yang telah mendorong percepatan pembangunan infrastruktur, wabil khusus jalan tol. Sebab, adanya Tol Trans Jawa dan Trans Sumatera sangat membantu pengusaha bus mencapai waktu tempuh yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
"Biaya yang timbul dengan adanya tarif tol, masih bersahabat dengan kami berkat efisiensi yang kami rasakan. Pelanggan kami juga senang, sedikit demi sedikit kepercayaan masyarakat akan moda transportasi bus mulai terasa. Okupansi kami juga mulai dirasakan naik sedikit demi sedikit, dan optimisme kami dalam berwira usaha kembali berkobar di dalam hati," ungkap mereka.
Pemerintah sendiri berdalih bahwa kebijakan one way diyakini sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi kemacetan saat arus mudik lebaran, di samping sebelumnya juga adanya wacana pemberlakuan ganjil genap. Meski banjir kritik, toh kebijakan tersebut tetap berjalan dengan skema waktu tidak 24 jam, tapi situasional.
'Geser' Pesawat
Terlepas dari hiruk pikuk mudik moda transportasi darat, mahalnya harga tiket pesawat domestik sejak sebelum puasa Ramadan membuat pemudik yang biasa menggunakan transportasi udara beralih moda transportasi lain. Mereka beralih menggunakan kapal laut sebagai transportasi untuk kembali ke kampung halaman.
General Manager (GM) Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry Cabang Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk, Fahmi Alweni, mengatakan sejak awal sudah memprediksi dengan mahalnya tiket pesawat, banyak pemudik yang lebih memilih jalur angkutan laut sebagai alternatif.
"Tiket pesawat cukup mahal, begitu juga bagasi. Saya yakin penumpang akan beralih ke angkutan laut," kata Fahmi.
Menurutnya, hal tersebut dapat dilihat dari segi harga angkutan laut harganya jauh lebih murah ketimbang angkutan udara. Di tambah lagi, dibukanya akses Tol Lintas Jawa dan Sumatera.
Bicara kenaikan penumpang, Fahmi memperkirakan jumlahnya naik sekitar 5 persen dibanding tahun lalu. Sementara, kendaraan roda empat naik lebih tinggi lagi, mencapai 15 persen.
PT Pelayaran Nasional Indonesia-Pelni (Persero) sampai mengoperasikan seluruh armada kapalnya pada angkutan Lebaran 1440 H/2019. Pelni mengoperasikan 26 kapal trayek nusantara dengan 83 pelabuhan singgah melayani 1.239 ruas dengan total kapasitas angkut 54.967 seat. Kemudian, 46 trayek kapal perintis menyinggahi 305 pelabuhan, 4.620 ruas dengan kapasitas 13.961 pax per hari.
"Alhamdulillah 26 kapal trayek nusantara dapat melayani mudik Lebaran 1440 H tahun 2019 ini," kata Kepala Kesekretariatan Perusahaan PT PELNI (Persero), Yahya Kuncoro, dalam keterangan persnya, Kamis, 30 Mei 2019.
Pengoperasian seluruh armada kapal Pelni ini menyusul peningkatan jumlah penumpang dari waktu ke waktu jelang musim mudik lebaran. Tercatat, sejak H-15 hingga H-6 lebaran, penumpang Pelni naik 28 persen. Penumpang yang diangkut mencapai 196.630 orang, lebih tinggi dibanding tahun lalu 152.901 orang.
Senada, Kepala Cabang Pelni Medan M.Lutfi Israr Sutan mengakui akan ada peningkatan jumlah penumpang pada arus mudik Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah. Diperkirakan peningkatan jumlah penumpang mencapai 10 persen dibandingkan arus mudik lebaran tahun 2018 lalu.
"Dibanding tahun lalu ada peningkatan karena dengan adanya kenaikan tiket pesawat. Tapi tidak terlalu berarti peningkatan. Karena mulai Januari sebenarnya sudah ada peningkatan. Jadi, untuk arus balik ada peningkatan 5 sampai 10 persen dari tahun lalu," ujar Lutfi kepada wartawan di Terminal Bandar Deli Pelabuhan Belawan, Kota Medan, Kamis, 30 Mei 2019.
Terpisah, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, mengungkapkan transportasi laut saat arus mudik 2019 ini banyak diminati masyarakat. Hal itu salah satunya karena faktor adanya acara mudik gratis.
"Laut lumayan ada satu perkembangan, ditandai dengan mudik gratisnya laku banget, gitu. Jadi, kami mengadakan mudik gratis di beberapa tempat," kata Budi di Medan Merdeka Barat, Jakarta, Senin, 20 Mei 2019.
Menhub menyebut kuota tiket transportasi laut itu sudah habis atau sold out. Karena itu, kemudian ada toleransi tambahan penumpang hingga 30 persen.
Penumpang terbanyak menurutnya adalah yang berasal dari Makassar. Kemudian, juga kota-kota yang ada di pulau Kalimantan seperti Dumai, Sampit, Pontianak, dan Samarinda.
"Penumpang rata-rata di atas 10 ribu semua. Oleh karena itu hari Minggu saya akan ke sana, saya akan memastikan bahwa operasi daripada kapal di sana dengan baik," katanya.
Mengenai apakah peningkatan penumpang laut itu karena mahalnya tiket pesawat, dia hanya menjawab peminat transportasi laut memang naik. Meskipun, angkanya tidak banyak.
"Jumlahnya biasanya naiknya tiga persen. Kemungkinan dengan sekarang ini tiket sudah sold out semua, besar kemungkinan itu lebih dari 6-7 persen tahun ini," kata Budi. (ase)