Bebas, Mau Apa Lagi Ahok?
- Repro Instagram
VIVA – Kamis, 24 Januari 2019 menjadi babak baru bagi Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Figur eks Gubernur DKI itu bebas dari hukuman penjara yang sudah dijalaninya hampir dua tahun.
Ahok sebelumnya divonis dua tahun oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara, pada 9 Mei 2017. Dalam putusannya, Ahok dinyatakan terbukti bersalah melakukan penodaan agama karena menggunakan surat Al-Maidah ayat 51 dalam pidatonya di Kepulauan Seribu pada September 2016.
Namun, dalam prosesnya Ahok mendapat total remisi tiga bulan 15 hari. Mantan Bupati Belitung Timur itu sudah menjalani hukumannya di Rutan Mako Brimob, Depok, Jawa Barat.
Pasca bebas, salah satu isu mencuat bila Ahok akan kembali berkarir di politik. Isu berhembus jika pria 52 tahun itu akan merapat ke PDI Perjuangan (PDIP). Bahkan, kabar ini berhembus tiga bulan sebelum Ahok bebas.
Elite PDIP pun memberi respons. Meski tak membantah dan membenarkan, kader partai berlogo banteng moncong putih itu menyambut positif bebasnya Ahok.
"Ahok bebas kita syukuri dulu. Jangan belum apa-apa sudah dikaitkan dengan parpol tertentu," kata Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno kepada VIVA, Kamis, 24 Januari 2019.
Baca: Penampakan Perdana Ahok Setelah Bebas
Figur Ahok diyakini makin matang dalam bersikap pasca menjalani hukuman. Bagi Hendrawan, kasus hukum yang menjerat Ahok menjadi pelajaran untuk memahami peta dan kultur politik Indonesia yang rumit.
"Kami percaya dia akan menjadi semakin matang dan bijaksana. Mampu mengendalikan emosi dan energi politiknya lebih baik," jelas Hendrawan.
Selain PDIP, Ahok pun mencuat dikabarkan menjadi bagian dari Tim Kampanye Nasional (TKN) pendukung pasangan nomor urut 01, Jokowi-Maruf Amin. Namun, elite politik di TKN pun menjawab diplomatis soal Ahok.
Wakil Ketua TKN Arsul Sani mengatakan pihaknya tak pernah membicarakan secara serius nama Ahok untuk mendukung tim. Menurut dia, sisa waktu kurang dari tiga bulan harus dioptimalkan untuk mengeruk suara pemilih yang masih mengambang atau swing voters.
Selain itu, persiapan debat yang masih menyisakan empat tahapan lagi menjadi fokus utama TKN.
"Pak Ahok bukan subjek pembicaraan yang diangkat dalam setiap rapat TKN. Kami masih ada pembicaraan lain untuk sisa waktu ini," ujar Arsul.
Baca: Unggah Foto Jokowi dan Ahok, Fadli: Sejarah Simpan Misteri
Meski ia tak menampik figur Ahok masih jadi daya tarik untuk pemilih tertentu. Kata dia, Ahok punya basis pendukung yang menjadi suara. Namun, hal ini tak menjadi acuan untuk dimasukkan ke dalam tim pemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Kami enggak mau berandai-andai kemana Pak Ahok. Itu hak beliau sebagai warga negara yang merdeka," ujar Arsul.
Kartu truf atau bola mati
***
Pasca menghirup udara bebas, Ahok mencuat dikaitkan dengan politik akan bergabung dengan PDIP dan membantu Jokowi di Pilpres 2019. Namun, dinamika politik tak ada yang pasti. Bila Ahok pun bergabung maka tak menjadi acuan bisa mendongkrak PDIP dan Jokowi.
Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun menganalisis kemunculan Ahok akan menguatkan soliditas pendukung Jokowi. Sebab, sulit membayangkan Ahok bergabung memberikan dukungan untuk capres rival Jokowi, Prabowo Subianto.
"Ahok ini punya die hard fans yang cukup besar. Riilnya sulit membayangkan pemilih Pak Ahok akan memilih Prabowo," kata Rico kepada VIVA, Kamis, 24 Januari 2019.
Baca: Detik-detik Ahok Bebas dari Rutan Mako Brimob
Rico pun memprediksi bila memang Ahok kembali ke politik, maka yang punya 'kedekatan' adalah PDIP. Selain itu, PDIP punya kader seperti Jokowi. Ia membaca kemungkinan kecil bila Ahok bergabung di luar PDIP.
Namun, ia melihat isu Ahok ini yang diuntungkan PDIP, bukan Jokowi. Bagi dia, efek Ahok lebih menguatkan PDIP. "Dia hanya memperkuat soliditas internal pendukung Jokowi. Tapi, yang untung PDIP bukan Jokowi," tutur Rico.
Baca: Ahok Lebih Paham Apa Rencana Karirnya ke Depan
Pengamat politik UIN Jakarta, Adi Prayitno menilai kembali munculnya Ahok memang lebih punya chemistry dengan PDIP dan TKN Jokowi-Ma'ruf Amin. Kembalinya Ahok ini menurutnya memang sudah ditunggu loyalis pendukungnya. "Comeback Ahok di politik tentu ditunggu para loyalisnya minimal mereka tidak golput di Pemilu 2019," tutur Adi kepada VIVA, Kamis, 24 Januari 2019.
Kemudian, ia menekankan jika memang kembali berpolitik maka tak mudah menghapus jejak penodaan agama. Hal ini bisa menjadi bola mati bukan kartu truf yang harus menjadi catatan TKN Jokowi-Ma'ruf.
"Sampai saat ini luka efek kasus Al-Maidah masih membekas, tak hilang begitu saja sekalipun Ahok sudah bebas," ujar Adi.
Baca: Ahok: Jadi Gubernur Lagi, Saya Semakin Arogan
Jokowi selaku capres petahana sudah merespons bebasnya Ahok. Sehari sebelum pasangannya saat memimpin DKI itu bebas, Jokowi menyerahkan sepenuhnya kepada Ahok. Ia enggan intervensi dan mencampuri pilihan jalan hidup Ahok.
"Inikan Pak Ahok kan sudah menjalani prosss hukum. Pak Ahok juga sudah menjalani hukuman. Dan besok sudah bebas. Ya terserah Pak Ahok," ujar Jokowi di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Rabu 23 Januari 2019.
Baca: Ahok dan Bripda Puput akan Gelar Pernikahan dengan Cara Kristen
Pasca bebas, Ahok menjadi buruan awak media. Ia irit bicara. Namun, dari media sosial dan grup WhatsApp, Ahok diketahui lebih banyak berkumpul bareng bersama kolega dan keluarga besarnya.
Dari tim Ahok yang aktif memberikan kabar, pria tiga anak itu disebut akan aktif di media sosial. Salah satunya akan menjadi seorang youtuber. Terkait hal ini, staf pribadi Ahok, Ima Mahdiah tak membantahnya. Dengan penggemar dan jumlah pengikut di medsos, Ahok punya modal untuk hal tersebut. "Iya itu salah satu keinginan. Lihat nanti ya," ujar Ima. (umi)