Petaka Lion Air, Pesawat Anyar Celaka di Udara

Pencarian di Lokasi Jatuhnya Pesawat Lion Air
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA –  Pagi Jakarta belum sempurna, namun kabar duka sudah tiba. Pesawat Lion Air hilang kontak, hanya 13 menit setelah mengudara. Senin pagi, 29 Oktober 2018, kabar itu beredar cepat. Pesawat dengan nomor penerbangan JT610 yang berangkat dari Jakarta menuju Pangkal Pinang dipastikan jatuh ke lautan. 

Pesawat Lion Air tersebut berangkat dari Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, sekira pukul 06.20 WIB. Dan pesawat dikabarkan hilang kontak pada pukul 06.33 WIB. Sebelumnya pesawat sempat mengontak menara pengawas bandara Soekarno Hatta dengan permintaan Return to Base (RTB) atau kembali ke pangkalan. Namun belum sempat ada info lebih lanjut, pesawat hilang kontak. Seharusnya pesawat tersebut sudah mendarat di Pangkal Pinang pada pukul 07.20 WIB. 

Selang tiga jam setelah informasi 'Lion Air hilang kontak' tersebar luas,sekitar pukul 09.30 WIB Kasubbag Humas Basarnas Yusuf Latif membenarkan, pesawat berjenis Boeing 737 Max 8 itu jatuh. "Sudah dipastikan jatuh," kata Kasubbag Humas Basarnas Yusuf Latif dalam pesan singkatnya, Senin 29 Oktober 2018. Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, pesawat tersebut membawa 178 penumpang dewasa, 1 penumpang anak-anak dan 2 bayi dengan 2 Pilot dan 5 kru pesawat.

Penumpang pesawat beragam. 20 orang dari Kementerian Keuangan, 10 orang auditor BPK, tiga orang anggota Polda Babel, lalu ada juga hakim dan jaksa, juga anak dan bayi di dalam pesawat tersebut dan penumpang lainnya. Tim Basarnas segera diterjunkan untuk mencari dan menemukan pesawat yang hilang tak lama setelah titik koordinat jatuhnya pesawat diketahui.  

Hingga pukul 21.34 WIB, sudah ada 14 kantong jenazah yang dikirimkan ke RS Polri. Jumlah tersebut disampaikan Kepala Instalasi Forensik RS Polri, Komisaris Besar Edy Punomo. Seluruh kantong tersebut disimpan di ruang CT Scan Post Mortem Instalasi Kedokteran Forensik RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Lokasi jatuhnya pesawat sudah diketahui, namun Basarnas belum berhasil menemukan bangkai pesawat. Sekitar pukul 22.00 WIB tim Basarnas memutuskan menghentikan pencarian, dan akan melanjutkannya pagi hari ini, 30 Oktober 2018. 

Pesawat Baru dan Beragam Kelebihan

JT 610 bukan pesawat usang. Pesawat itu baru dioperasikan oleh Lion Air pada 15 Agustus 2018. VIVA mendapat kesempatan menikmati penerbangan rute Palangkaraya ke Jakarta pada 14 September 2018 lalu. Kapten Bambang Gunawan selaku Deputy Director of Lion Air yang membawa penerbangan saat itu menjelaskan kelebihan Boeng 737 Max 8. Ia mengatakan, salah satu kelebihannya adalah irit bahan bakar hingga 20 persen. Selain  itu, pesawat ini memiliki ruang kaki yang lebih luas, toilet yang juga lebih canggih dengan teknologi autodrain. 

“Regenerasi navigasi pesawat kita juga lebih canggih dan update. Lalu dari sisi cost baik maintanance maupun biaya penumpang jadi lebih kecil karena jarak tempuh yang lebih panjang. Fuel 20 persen lebih irit,” tuturnya di Bandara Tjilik Riwut, Kalimantan Tengah.

Kelebihan lain pesawat ini adalah ruang kabin yang begitu senyap. Bising mesin yang biasa terdengar dari mesin pesawat tak terdengar dalam pesawat itu. Laporan reporter VIVA menyebutkan, saking tenangnya suasana di dalam kabin, ia bahkan tak merasa bahwa pesawat ternyata sudah berada pada ketinggian 6 ribu kaki. 

Boeing secara resmi meluncurkan pesawat ini pada tahun 2017. Harga satu unit pesawat itu diperkirakan sekitar 70 juta poundsterling atau sekitar Rp1,3 triliun. Merujuk situs Lion Air, Boeing 737 Max 8 dapat terbang lama tanpa mengisi bahan bakar selama 7,5 jam, dengan daya jelajah hingga 6.500 kilometer. Kepala Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, kepada BBC, menyebut 737 Max 8 yang dioperasikan dan jatuh di laut Karawang itu baru menjalani 800 jam terbang. 

Maskapai Lion Air termasuk perusahaan penerbangan yang paling banyak memesan pesawat dari Boeing, perusahan pembuat pesawat terbang asal Amerika. Dikutip dari BBC, 29 Oktober 2018, Lion Air sudah memesan 218 unit pesawat ini. Bahkan, di acara Paris Air Show 2017, maskapai ini telah memesan 50 unit Boeing 737 max 10. Khusus JT 610 yang jatuh itu, dikabarkan diproduksi pada Maret 2018. 

Informasi tersebut diketahui dari serpihan bangkai pesawat yang ditemukan di perairan Karawang. "Ini dapat dilihat merupakan pesawat baru yang diproduksi pada Maret 2018," kata Wakil Komandan Satgas SAR TNI AL, Kolonel Laut Salim di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin, 29 Oktober 2018. Serpihan pesawat tersebut ditemukan oleh tim SAR TNI AL saat melakukan proses evakuasi korban dan bangkai pesawat Lion Air. 

Kecelakaan yang menimpa Lion Air JT 610 menimbulkan pertanyaan. Produk baru, teknologi yang makin canggih, dan masa terbang yang masih pendek. Apa yang terjadi? Mengapa pesawat yang masih baru tersebut sudah bermasalah, hingga jatuh dan tenggelam di lautan?

Kesaksian Penumpang

Seorang penumpang Lion Air memberikan kesaksian. Ia menceritakan pengalamannya saat menumpang pesawat Lion Air JT 610 yang dia yakini adalah pesawat yang sama yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat pada Senin pagi, 29 Oktober 2018. Penumpang bernama Alon Sutanto menaiki pesawat itu pada Minggu malam, 28 Oktober 2018. Ia mengaku sempat deg-degan saat menumpang pesawat dari Denpasar menuju Bandara Soekarno-Hatta. 

"Yakin pesawat yang sama karena ada PK LQP juga," kata Alon ketika diwawancara tvOne, Senin malam, 29 Oktober 2018.

Alon bercerita, saat akan berangkat dari Denpasar, penerbangan mereka tertunda hingga dua jam. Parahnya, saat pesawat lepas landas, di menit ketiga hingga kedelapan Alon merasa bahwa pesawat tersebut seperti diam kehilangan tenaga. Dia juga menyaksikan, bagaimana pilot dan co-pilot mondar-mandir mengambil sebuah tas.

"Setelah tiga sampai delapan menit, pesawat kehilangan tenaga. Seperti tidak bisa naik dan itu pun tak terjadi pada saat itu juga. Di perjalanan dan seperti turun dari ketinggian," kata Alon lagi.

Dia mengatakan sebelum mereka mendarat juga beberapa kali terjadi guncangan yang sempat menyebabkan kepanikan. Namun tak ada informasi dari awak kabin tentang kondisi pada saat itu. Hingga pesawat mendarat, pilot juga tak menjelaskan kondisi cuaca sebagaimana biasanya yang memang saat itu hujan di kawasan Jakarta dan Banten.

"Pada saat itu saya di bangku 21C dan saya memperhatikan beberapa kali pilot dan co-pilot keluar dan meminta pramugari mengambil tas dari bagasi. Kemudian masuk dari ruang pesawat di belakang kokpit seperti memperbaiki sesuatu. Saya bingung ada kejadian apa," lanjut dia yang meyakini hal itu juga membuat penumpang lain bertanya-tanya.

Cerita Alon bahwa pesawat tersebut sebelumnya digunakan untuk penerbangan Denpasar-Jakarta diakui oleh Presiden Direktur Lion Air Edward Sirait. Ketika konferensi pers di Jakarta, ia mengatakan pesawat memang sempat mengalami masalah, namun teknisi Lion Air sudah merilis pesawat tersebut dan dianggap layak terbang.

Keanehan yang terjadi pada Lion Air JT 610 juga terbaca oleh situs Flightradar. Ada hal aneh dari JT 610 yang tertangkap situs tersebut. Dikutip dari laman Flightradar, burung besi itu seharusnya lepas landas pada pukul 06.10 WIB. Namun, baru mulai meninggalkan Bandara Soekarno-Hatta pada 06.20 WIB. Dari data Automatic Dependent Surveillance Broadcast yang terpasang di pesawat dengan registrasi PK-LQP itu, diketahui pesawat sedang dalam posisi naik ke ketinggian jelajah.

Namun, pada menit ke-8 tampak kecepatan pesawat yang tadinya mencapai 300-an knot turun menjadi 289 knot. Ketinggian pesawat juga tampak terus turun, dari 5.000-an kaki menjadi 4.500 kaki. Pada menit ke-11, terlihat kecepatan pesawat ada di 345 knot, sedangkan ketinggian di 3.650 kaki. Sesudah itu, tidak ada lagi data yang dikirim oleh sistem ADS-B.

Jika dibandingkan dengan beberapa data penerbangan dengan rute yang sama sebelumnya, pesawat seharusnya sudah berada di posisi jelajah, dengan ketinggian 24-25 ribu kaki dan kecepatan 400 knot. Jadi, rekaman data dari JT 610 sudah menunjukkan ada sesuatu yang tak beres terjadi pada pesawat tersebut. 

Tapi dugaan bahwa pesawat meledak di udara atau terbakar tertepis dari hasil penemuan jenazah di lautan. Direktur Operasi dan Latihan Basarnas, Brigjen (Mar) Bambang Suryo Aji, mengatakan bahwa meski banyak potongan tubuh penumpang yang ditemukan, tapi tidak ada luka bakar di tubuh korban pesawat Lion Air JT-610. Begitu juga puing ekor pesawat yang ditemukan.

"Luka bakar tidak ada ditemukan di potongan tubuh itu. Begitu juga dengan puing ekor pesawat yang ditemukan," kata Bambang Suryo Aji di kantornya di Jakarta, Senin malam, 29 Oktober 2018. Bambang memprediksi, para penumpang masih terjebak di dalam tubuh pesawat. Sebab, jika tidak seharusnya sudah mengapung dan muncul ke permukaan air laut.