Jatuh Bangun Esemka

Mobil Esemka Garuda
Sumber :
  • Facebook

VIVA – Suasana Kota Solo, Jawa Tengah pada Sabtu 10 November 2012 sangat meriah. Satu unit mobil berwujud sport utility vehicle tampak dipajang di Solo Techno Park. Warga yang berkerumun saling berebut maju, penasaran ingin bisa melihat dari dekat.

Apa yang mereka rasakan merupakan hal yang wajar. Mengingat, kendaraan yang melintas tersebut bukan mobil biasa. Itu adalah Esemka, kendaraan yang digadang-gadang bakal jadi mobil nasional pertama di Indonesia.

Adalah Sukiyat, pria kelahiran 1957 yang berhasil menyita perhatian Presiden Joko Widodo, saat beliau masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Mobil yang dibangun di bengkelnya bersama anak-anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) akhirnya tenar hingga ke penjuru negeri.

Malang, perjalanan Esemka ke kancah nasional harus terhenti. Pemerintah pada 2013 mengesahkan hadirnya kendaraan baru yang murah dan ramah lingkungan, atau lebih dikenal dengan istilah low cost green car.

Harga satu unit mobil Esemka buatan PT Solo Manufaktur Kreasi atau SMK yang kala itu dipatok sekitar Rp140-150 juta, tentu tidak akan dilirik oleh konsumen. Sebab, mereka bisa membeli mobil LCGC buatan pabrikan Jepang dengan harga lebih murah Rp30-40 juta.

Banyak pihak kecewa dengan keputusan pemerintah. Jokowi yang kemudian bergeser ke Ibu Kota menjadi Gubernur DKI Jakarta juga mengecam kehadiran mobil murah buatan asing.

Menurutnya, kehadiran mobil murah akan mementahkan rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan kebijakan nomor ganjil genap dan Electronic Road Pricing (ERP) atau jalan berbayar.

"Kami mau apa? Mau antisipasi bagaimana? Nanti kalau kami buat kebijakan genap ganjil dan ERP, tapi ada mobil-mobil murah, ya percuma," kata Jokowi kala itu.

Setelah menjabat sebagai Presiden, nama Jokowi dan Esemka kembali disebut-sebut. Kali ini, gara-gara ia berkunjung ke Malaysia dan menyaksikan penandatanganan kesepakatan kerja sama antara Proton dengan PT Adiperkasa Citra Lestari pimpinan AM Hendropriyono.

Banyak pihak menduga, Jokowi hendak membangkitkan kembali Esemka dengan cara menggandeng pabrikan mobil nasional Malaysia. Isu makin santer terdengar, kala muncul PT Adiperkasa Citra Esemka Hero atau ACEH, yang juga dikomandoi Hendropriyono.

Kepastian Esemka jatuh ke tangan mantan Kepala Badan Intelijen Negara itu diperkuat oleh pernyataan PT Garansindo, yang sebelumnya berusaha mengakuisisi Esemka.

"Pak Hendro sudah mengatakan bahwa Esemka milik mereka, dan hal itu dibenarkan Esemka. Pak Hendro punya misi yang cukup tinggi, sehingga saya lebih baik mencari yang lain," kata Chief Executive Officer PT Garansindo Inter Global, Muhammad Al Abdullah.

***

Jalur Produksi

Setahun setelah hadirnya ACEH, tahapan demi tahapan untuk menciptakan mobil buatan Indonesia bergulir, tanpa banyak media yang meliput. Perusahaan tersebut diketahui memiliki dua wilayah pabrik, yakni Boyolali, Jawa Tengah; dan Cileungsi, Bogor. Esemka juga tercatat sudah mengantongi izin produksi sejak 2016.

"Pabrik perakitan Esemka menggunakan lahan seluas 12 hektare. Secara teknis, tanah tersebut separuhnya merupakan sewaan dan separuhnya lagi milik ACEH. Nilai investasinya mencapai Rp2,1 triliun," kata Bupati Boyolali, Seno Samudro kepada VIVA beberapa waktu lalu.

Rakyat Indonesia pun bersiap menyambut mobil tersebut. Pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show 2016 disebut-sebut sebagai tempat prosesi peluncurannya. Namun hingga pameran selesai digelar, tidak tampak kehadiran Esemka.

Dua tahun bergulir, kepastian mengenai produksi Esemka belum juga didapatkan. Hingga, akhirnya muncul informasi dari Kementerian Perhubungan dan Kementerian Perindustrian.

Kepala Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor Kementerian Perhubungan, Caroline Noorida Aryani mengatakan, ada delapan jenis mobil Esemka yang sudah melewati tahap pengujian.

Mobil-mobil itu adalah Garuda I 2.0 4x4 MT; Bima 1.3L 4x2 MT; Bima 1.0 4x2 MT; Bima 1.8D 4x2 MT; Bima 1.3 4x2 MT; Niaga 1.0 4x2 MT; Borneo 2.7D 4x2 MT; Digdaya 2.0 4x2 MT.

Tapi berdasarkan data Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), TPT produksi yang diterbitkan Kemenperin untuk Esemka hanya enam tipe, yaitu pikap Bima empat varian, pikap kabin ganda Digdaya dan Minivan Borneo. Artinya, Garuda dan Niaga belum masuk dalam daftar yang siap dibuat secara masaal.

Meski sudah siap produksi, namun hingga kini Esemka belum terdaftar sebagai anggota dari Asosiasi Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo.

"Saya cuma mendengar, bahwa Esemka itu akan diproduksi di Indonesia. Kami sebagai industri menyambut baik, yang kami dengar juga Kemenperin telah memberikan izinnya," ujar Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi, Senin 15 Oktober 2018.

Hal senada juga disampaikan Ketua I Gaikindo, Jongkie D Sugiarto. Dia mengaku, belum mendapat kabar yang jelas terkait mobil Esemka, apakah sudah diproduksi atau belum. Begitu juga dengan modelnya, apakah SUV atau pikap.

"Karena enggak perlu lapor ke Gaikindo, mereka (Esemka) sudah bisa jual. Kami menyambut baik merek apa pun untuk masuk pasar Indonesia. Apalagi investasinya besar, agar membuka lapangan pekerjaan, karena pasar Indonesia sangat potensial," tuturnya.

Terkait harga, Jongkie menjelaskan bahwa hal itu diserahkan kembali ke masing-masing perusahaan. Sebab, bukan ranah Gaikindo untuk mengaturnya.

"Kalau mobilnya bagus, harga terjangkau, masa enggak laku. Gaikindo enggak mengatur hal seperti itu. Persaingan ada di lapangan, yang mau beli Esemka silahkan. Strategi pemasaran masing-masing merek beda-beda, kami enggak punya akses," ungkapnya. (hd)