Bali dan Fluktuaktifnya Gunung Agung
- REUTERS/Andre Ardiansyah
VIVA – Gunung Agung kembali menunjukkan erupsi yang eksplosif. Dalam sehari, gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali itu tercatat beberapa kali bisa mengeluarkan letusan disertai dentuman keras.
Salah satu letusan yang terjadi pada Senin malam, 2 Juli 2018, sekitar pukul 21.04 WITA. Letusan ini disertai dentuman keras serta lontaran batu pijar. Laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), tinggi kolom abu vulkanik teramati kurang lebih 2.000 meter di atas puncak gunung.
Tak hanya itu, erupsi tipe Strombolian tersebut melontarkan lava pijar sejauh dua kilometer yang membuat hutan di sekitar gunung terbakar. Erupsi berlanjut Selasa pagi, 3 Juli 2018 dengan tinggi semburan abu yang sama.
Kondisi Gunung Agung yang masih belum stabil sejauh ini dijelaskan Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana. Secara karakteristik, Gunung Agung memiliki kondisi amplitudo tremor yang naik turun sehingga tak bisa dipastikan.
"Kondisi ini yang belum stabil, masih fluktuasi karena secara karakteristik tak bisa dipastikan," ujar Devy, Selasa, 3 Juli 2018.
Baca: Gunung Agung Meletus di Hari Pilkada
Menurut dia, tingginya aktivitas Gunung Agung dalam beberapa hari terakhir karena adanya peningkatan tekanan yang sudah berlangsung sejak Mei 2018. Hal ini merujuk pengamatan yang dilakukan pihak PVMBG.
"Ini seperti ngelepas energi yang ada di badan perut Gunung Agung. Kan ini sudah diamati sudah sebulan lebih," tuturnya.
Soal status Gunung Agung yang masih level III atau siaga, ia menekankan sudah berdasarkan pertimbangan dan koordinasi dengan pihak terkait. Ia menepis bila ada kabar menghindari status awas hanya untuk mengamankan kondisi Bali yang menjadi destinasi pariwisata dan tuan rumah International Monetary Fund (IMF)-World Bank. Hingga Selasa malam, status Gunung Agung masih siaga.
"Status sekarang masih siaga untuk Gunung Agung, belum awas. Semua sudah berdasarkan pertimbangan dan mengacu data-data penguat," kata Devy.
Baca: Gunung Agung Erupsi Lagi Subuh Hari, Semburan Abu Capai 2.000 Meter
Sebelumnya, Kepala PVMBG, Kasbani mengatakan pihaknya belum menaikkan status dari level III atau siaga menjadi level IV atau awas. Kondisi erupsi Gunung Agung dianalisis masih menunjukkan erupsi yang masih dalam skala belum besar. Ia mengacu bahaya radius yang masih berada dalam 4 kilometer dari Gunung Agung.
"Belum ada rencana dinaikkan status. Saat ini status Gunung Agung masih siaga. Erupsi yang terjadi saat ini masih dalam skala kecil atau rendah," tutur Kasbani di Pos Pengamatan Gunung Agung Rendang, Karangasem, Senin, 2 Juli 2018.
Antisipasi ke Depan
Foto: Turis di Bali sebelum Gunung Agung kembali erupsi.
Pihak pemerintah diminta antisipasi dampak kemungkinan terburuk bila Gunung Agung kembali erupsi dengan skala besar. Setidaknya, contoh erupsi dengan efek pada Kamis, pekan lalu, lebih bisa diantisipasi.
Salah satunya dampak penyebaran abu vulkanik bila ke arah barat akan mempengaruhi jadwal perlintasan penerbangan. Hal ini seperti pasca erupsi, Rabu, 27 Juni 2018 yang mengganggu jadwa penerbangan.
"Ya antisipasi harus dan sudah dilakukan. Itu kan pasti dibicarakan dengan pihak terkait," ujar Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (EDSM) Rudi Suhendar saat dihubungi VIVA, Selasa, 2 Juli 2018.
Rudi meyakini aktivitas vulkanik Gunung Agung saat ini belum akan mempengaruhi kondisi pariwisata Bali. Begitupun jadwal Bali sebagai tuan rumah IMF-World Bank pada Oktober 2018 juga belum mengganggu. Sebab, koordinasi antara pihak terkait diklaim rapih dan tak ada masalah selama erupsi Gunung Agung sejak pertengahan tahun lalu.
"Itu masih jauh, belum ganggu. Dan letusan Senin malam kan karena skalanya masih tak melebihi dua kilometer," ujar Rudi.
Baca: Erupsi Gunung Agung Tak Akan Ganggu Forum IMF Kecuali Faktor Angin
Kepala Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan pasca letusan besar dengan dentuman keras, Senin, 1 Juli 2018, dilaporkan ada evakuasi secara mandiri yang dilakukan warga. sekitar Namun, letusan ini belum mengubah status menjadi awas atau level IV.
"Masyarakat sekitar langsung melakukan evakuasi mandiri. Turun ke desa-desa yang aman. Status Gunung Agung tetap siang dengan radius berbahaya 4 kilometer dari puncak kawah," kata Sutopo.
Foto: Warga Karangasem Bali melakukan evakuasi mengungsi secara mandiri.
Sutopo mengatakan proses evakuasi mandiri yang dilakukan warga sekitar akan dikoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan PVMBG. Ia pun mengimbau agar evakuasi tak keluar dari wilayah Kabupaten Karangasem.
"Cukup berada di daerah Kawasan Rawan Bencana (KRB) II agar memudahkan penanganan pengungsi," ujar Sutopo.
Baca: Erupsi Gunung Agung, Semua Aktivitas Pariwisata di Kawah Dihentikan
Data sementara yang diterima VIVA dari BPBD Bali, jumlah pengungsi pasca letusan Senin malam, masih bisa berubah. Merujuk data hingga Senin, pukul 02.00 WIB, jumlah pengungsi sekitar 2.000 jiwa yang tersebar di 20 desa di Karangasem.
Sementara, Anggota Komisi X DPR dari Daerah Pemilihan Bali, Putu Supadma Rudana menilai sejauh ini pihak pemerintah masih sesuai jalur. Namun, ia meminta agar antisipasi dipikirkan dalam aspek pengungsi.
Artinya, bila memang kejadian terburuk terjadi dengan status awas dan gunung meletus besar maka harus disiapkan. Putu mencontohkan, salah satunya antisipasi terkait dampak terhadap sektor pariwisata di Bali. Penting menjadi catatan karena Bali merupakan salah satu andalan Pemerintah RI dalam pariwisata. Kemudian, contoh lain agar ada program yang memprioritaskan nasib anak-anak korban dalam pendidikan sekolah.
"Kalau saat ini saya lihat masih sesuai jalur. Cuma perlu antisipasi yang lebih matang buat pengungsi. Ini penting dari pendidikan anak-anak. Jangan sampai nanti kaget kalau ada kejadian terburuk," tutur Putu kepada VIVA, Selasa, 3 Juli 2018.
Baca: Gunung Agung Status Awas, Sektor Pariwisata Terpuruk
Soal status Gunung Agung, ia masih percaya dengan pihak terkait seperti PVMBG. Dari pengalaman erupsi Gunung Agung selama setahun ini, ia menilai memang masih bisa dipantau dan terkendali.
"Kalau dari saya lihat ini kan dipantau detik per detik, menit per menit. Masih terkendali memang. Jika ada perubahan kenaikan status, kalau sudah waktunya, saya yakin akan dilakukan," katanya. (umi)