Najib Razak di Ujung Tanduk Skandal Korupsi
- REUTERS/Athit Perawongmetha
VIVA – Mata hukum tajam mengintai mantan Perdana Menteri Najib Razak. Diperiksa KPK Malaysia, Razak tetap membantah korupsi. Bantahan demi sangkalan itu tak lantas membuat penyelidikan melonggar. Setelah dia dan keluarganya digeledah habis-habisan, sanggupkah Najib menyelamatkan diri?
Kalahnya Najib di Pemilu Malaysia 2018 membuat posisi mantan PM itu makin terdesak. Apalagi sejak beberapa tahun belakangan, dia memang dibayang-bayangi skandal korupsi.
Tak lama setelah kalah pemilu, Najib Razak dicegah meninggalkan negeri jiran. Sementara itu, pada Selasa, 22 Mei 2018, dia akhirnya diperiksa oleh Komisi Antikorupsi Malaysia, MACC, untuk mempertanggungjawabkan dugaan suap yang diterimanya.
Tindak lanjut pemeriksaan intensif terhadap Najib Razak sudah diprediksi setelah tokoh politik Barisan Nasional itu keok dari veteran PM Malaysia Mahathir Mohamad yang dikenal sebagai tokoh “pembaharu” bagi negara itu sejak bertahun-tahun silam.
Setelah hasil pemilu keluar dan memenangkan Mahathir, pria itu menyebut yakin bahwa jaksa akan bisa menemukan bukti persekongkolan jahat yang dilakukan Najib dan merugikan negara. Najib diduga korupsi besar terkait perusahaan 1Malaysia Development Berhad atau 1MDB. Kasus itu diketahui mulai mengemuka sejak 2015.
“Kami perlahan-lahan akan mendapatkan bukti paling mendasar. Para pejabat akan memberikan informasi secara sukarela tentu saja dengan bukti dokumen,” kata Mahathir beberapa waktu lalu sebagaimana dilansir Strait Times.
Diakui Mahathir, mengungkap korupsi besar ini bukan perkara mudah lantaran dia juga tak sepenuhnya bisa mempercayai orang dan pejabat yang disebut mungkin memiliki pengetahuan serta bukti-bukti yang bisa membongkar kasus ini. Namun, dia berjanji akan menelanjangi skandal itu.
Selasa, bertepatan dengan dilantiknya Kabinet Pakatan Harapan yang disusun Mahathir Mohamad, Najib Razak juga diperiksa oleh MACC. Dilaporkan, dia dengan santai dan menebar senyum datang ke kantor penyidik korupsi tersebut. Najib diperiksa selama lima jam hingga terpantau keluar meninggalkan markas MACC di kawasan Putrajaya.
Dicukil dari media Free Malaysia Today, Najib Razak mengatakan bahwa dia memberikan keterangan melanjutkan informasi yang pernah dia sampaikan pada 2015. Najib tetap membantah telah mendapat kucuran dana dari 1MDB.
Sementara itu, uang yang disebut ditransfer ke rekeningnya kata Najib berasal dari Kerajaan Saudi. Namun, dia tak menjelaskan soal kepentingan Saudi mengucurkan uang tersebut.
Najib mulai diinterogasi penyidik MACC sejak pukul 10.00 pagi hingga pukul 14.15 siang waktu setempat dan dia mendapatkan sesi istirahat selama beberapa saat.
“Saya memberikan keterangan mengenai isu SRC kepada MACC sebagaimana pernyataan saya tahun 2015. Hal yang saya katakan hari ini hanya menindaklanjutinya,” kata Najib Razak.
Transfer Jumbo
Nilai korupsi di 1MDB bernilai fantastis, setidaknya diperkirakan hingga Rp64 triliun yang diduga tak hanya dinikmati Najib Razak, namun juga oleh keluarga dan kroninya. Namun, MACC memulai dengan menelisik asal-muasal transferan jumbo ke rekening pribadi Najib yang bernilai US$10,6 juta. Uang itu ditransfer dari perusahaan SRC International yang merupakan salah satu unit 1MDB.
1MDB merupakan lembaga investasi negara Malaysia yang dibentuk Najib pada 2009. Perusahaan itu didirikan disebut demi tujuan memajukan pertumbuhan ekonomi Malaysia. Untuk itu, 1MDB memiliki unit perusahaan yang salah satunya adalah SRC yang disebut mentransfer dana besar kepada Najib.
Adanya aktivitas transfer uang mencurigakan di 1MDB ke rekening dalam dan luar negeri mencuatkan kecurigaan soal perusahaan ini. Apalagi, sejumlah kalangan belakangan menyebut bahwa 1MDB menjadi “ladang” uang yang disalahgunakan Najib, kerabat dan kroninya.
Diduga pada 2013, uang dari 1MDB mengucur kepada Najib, yang digunakan untuk menyokong kampanyenya pada saat itu sebagaimana dikutip dari BBC.
Setelah itu, otoritas di Amerika Serikat juga mengendus aktivitas mencurigakan dari keuangan 1MDB senilai US$4,5 miliar atau setara dengan Rp63,8 triliun yang ditransfer ke rekening di AS untuk sejumlah keperluan yang tak umum. Antara lain disebut untuk membuat film di Hollywood hingga membeli karya-karya seni mahal buah tangan para seniman legendaris dunia seperti Monet dan Van Gogh yang harganya tak tanggung-tanggung.
Kasus ini makin jelas mencurigakan pada 2015. Pada saat itu, Najib mulai digoyang isu korupsi. Apalagi konsultan 1MDB, pengusaha teras, Low Taek Jho atau yang dikenal dengan Jho Low susah dijangkau hingga akhirnya dua tahun terakhir, dia mulai menghilang ke luar negeri. Jho Low diketahui merupakan sekondan Najib yang merupakan salah satu otak berdirinya 1MDB.
Diduga, Jho Low sengaja berpindah-pindah untuk mengecoh upaya Malaysia meminta Interpol dan badan sejenis menemukannya. Jho Low disebut menggunakan yacht mewah selama bepergian di sekitar Asia dan sempat menunggu hasil Pemilu Malaysia di Pattaya, Thailand dan berharap kemenangan atas Najib.
Dari otoritas China, Jho Low menurut media setempat diidentifikasi bahkan pernah berada di Taiwan. Selain itu, dia sempat mengadakan pesta meriah di salah satu pusat perjudian di Macao dan lalu meninggalkan tempat itu.
Namun, Malaysia tak memiliki perjanjian ekstradisi dengan China maupun Taiwan. Orang “kunci” itu masih dalam pengejaran hingga saat ini.
Sementara itu, pada Selasa, setelah diperiksa lima jam, Najib Razak tak lelah membantah menikmati uang haram dari 1MDB maupun SRC yang didirikan tahun 2011. Dia mengatakan, siap diperiksa lanjutan oleh MRCC.
Namun, ada hal menarik hanya beberapa jam sebelum Najib mendatangi gedung antirasuah Malaysia tersebut. Diketahui, dua orang kuasa hukumnya memilih mundur. Hal ini sempat memunculkan pertanyaan publik.
Dua orang pengacara Najib, Harpal Singh Grewal dan M.Athimulan mundur dari kasus tersebut. Dilansir Channel News Asia, Harpal mengonfirmasi kebenarannya saat berada di kompleks perumahaan Najib di Taman Duta, Kuala Lumpur. Dia kemudian menjelaskan alasan tarik diri.
“Kami tak diberhentikan namun memang mengundurkan diri,” kata Harpal.
Dia mengatakan, mereka berdua merasa tak cocok bekerja dengan tim kuasa hukum baru yang disewa Najib yang berisi enam pengacara. Oleh karena itu, keduanya memilih mundur.
Sasak yang Ironis
Di sisi lain, gaya hidup keluarga Najib Razak yang mewah makin jelas setelah polisi dan otoritas setempat menggeledah kediamannya belum lama ini. Ratusan tas mewah bikinan desainer kondang disita. Jumlahnya mendekati 300 tas, berderet merek Louis Vuitton, Birkin dari Hermes, Chanel hingga Oscar de la Renta.
Tak hanya itu, sejumlah tas diketahui terisi uang tunai pula perhiasan mahal milik Rosmah Mansor, sang istri. Selain itu, sedikitnya 10 jam tangan mewah juga dan baju-baju koleksi mahal turut diamankan.
Rosmah Mansor membela diri dan mengatakan bahwa koleksi mahal tak memberi arti bahwa barang-barang itu dibeli dari uang korupsi. Dia menyebut bahwa sebagian koleksi diperolehnya dengan uang sendiri. Rosmah berdalih sebagai istri PM Malaysia, dia juga harus memiliki penampilan berkelas agar tidak malu saat unjuk diri di mata dunia.
“Tentu saja sebagian aksesori dan baju-baju itu saya beli sendiri dengan uang saya. Ada yang salah?” kata Rosmah, perempuan berusia 66 tahun tersebut.
Terkuaknya koleksi mewah Rosmah membuat cerita tahun 2015 kembali diungkit media massa. Saat ekonomi Malaysia agak goyang dan masyarakat mengeluh soal tingginya pajak negara, istri PM Najib Razak malah mengeluh di depan publik.
Dilansir South China Morning Post, Rosmah Mansor menyesalkan kalau biaya penata rambutnya melonjak naik akibat pajak. Sekali tata, dia mengaku harus merogoh kocek hingga US$300 atau setara dengan RM1.200. Rosmah memang diketahui kerap tampil dengan rambut ala sasak.
Ironisnya, diketahui bahwa saat itu, UMR Malaysia saja hanya RM900 per bulan.
Keluhan Rosmah saat itu sempat menjadi perbincangan publik. Istri PM tak berempati dengan kondisi masyarakatnya. Bahkan, keluhan Rosmah sempat memicu kemarahan dari warga Malaysia. Apalagi setiap tampil di publik mendampingi Razak, sang istri selalu berpenampilan mahal, trendi dengan jam tangan mewah dan tas-tas koleksi terbatas label ternama dunia.
Namun, dengan adanya tekanan terhadap media massa, disebutkan bahwa kritik terhadap gaya hidup Rosmah berhasil diminimalisi kubu Najib hingga akhirnya dia tumbang di Pemilu Malaysia 9 Mei tahun ini. Lalu, kebencian membuncah dan protes terpendam rakyat Malaysia kini akhirnya bisa tersalurkan.