Mengubah Nasib dari Ajang Pencarian Bakat

Maria Simorangkir Juara Indonesian Idol 2018, Ahmad Abdul,
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Ketegangan terlihat di wajah Maria Simorangkir dan Ahmad Abdul di atas panggung Result and Reunion Show Indonesian Idol, yang digelar di Ecovention Ancol, Jakarta Utara, Senin 23 April 2018. Keduanya sedang menanti detik-detik pengumuman pemenang. Kedua grand finalis ini memang bersaing ketat.

Tak heran, saat pengumuman pemenang Indonesian Idol 2018, penonton dan juri ikut merasakan ketegangan serta penasaran. Penonton memberikan dukungan dan terus memanggil nama Abdul, juga Maria.

Hasil pun diumumkan. Maria yang berasal dari Sumatera Utara berhasil mengungguli Abdul. Maria terpilih menjadi Indonesian Idol 2018.

Penonton Ecovention pun bersorak setelah nama Maria disebutkan sebagai pemenang. Sebagai hadiah, Maria mendapatkan uang tunai sebesar Rp150 juta, hand buckey, dan sebuah mobil.

Maria juga mendapatkan kontrak rekaman di Universal Music Indonesia. Ia menutup kemenangannya dengan membawakan lagu Yang Terbaik, ciptaan Abdul 'And the Coffee Theory'. Ditemani seluruh kontestan Maria membawakan lagu kemenangannya tersebut.

Indonesian Idol bukan satu-satunya acara pencarian bakat yang populer. Saat ini, stasiun televisi memang berlomba-lomba menghadirkan ajang pencarian bakat.

Indosiar salah satunya. Stasiun televisi ini berhasil menarik perhatian penonton lewat Dangdut Academy.

Acara ini bahkan diperluas menjadi D'Academy Asia. Di ajang ini, peserta dari Indonesia bersaing dengan perwakilan dari negara lain.

Ajang pencarian bakat yang menampilkan kemampuan peserta melalui musik dangdut ini berhasil mempopulerkan sejumlah nama, sebut saja seperti Lesti, Evi Masamba, Danang, Reza, Irwansyah, dan juga Fildan.

Banyak juga artis yang terkenal dari ajang pencarian bakat, seperti Nassar yang kini menjadi salah satu pedangdut terkenal. Ia adalah jebolan Kontes Dangdut Indonesia (KDI), yang ditayangkan TPI. Ada juga Selfi Nasilah yang mengikuti kontes yang sama dengan Nassar.

***

Mengubah Nasib

Banyak cara bisa dilakukan untuk menjadi terkenal dan populer. Salah satunya adalah dengan mengikuti ajang pencarian bakat. Ajang ini memang dianggap sebagai jalan cepat menuju popularitas.

Seiring meningkatnya popularitas, pundi-pundi rupiah terus bertambah. Status dan kehidupan ekonomi para artis jebolan ajang pencarian bakat ini terangkat.

Kondisi ini dirasakan oleh Fildan. Diakui pria asal Baubau, Sulawesi Tenggara itu, kemenangannya di Academy Dangdut membawa perubahan drastis dalam hidupnya.

"Bisa membanggakan keluarga besar Fildan, khususnya istri dan kedua orangtua. Dan Alhamdulillah banyak dikenal orang," kata Fildan saat berbincang dengan VIVA.

Mengingat masa lalunya ketika duduk di bangku SMA, Fildan sempat putus sekolah karena kesulitan biaya. Bersyukur dirinya bisa lulus pada 2012 karena pihak sekolah memberikan beasiswa.

Fildan memang tak menutupi masa lalunya, yang datang dari keluarga sederhana. Seiring perjalanan waktu, pria yang terkenal pendiam ini mampu memperbaiki kondisi perekonomian keluarganya.

Juara D'Academy Asia ini tak menutupi bahwa ia sering mendapat undangan nyanyi di stasiun televisi maupun sejumlah daerah di Indonesia. Tentu saja, kesibukan Fildan membuat rezekinya semakin lancar.

"Alhamdulilllah saya bisa membahagiakan keluarga kecil saya," katanya.

Dengan penghasilannya sebagai penyanyi, pria yang juga memainkan sejumlah alat musik ini mampu membeli mobil untuk membahagiakan istri dan anaknya.

"Untuk bisa ajak jalan-jalan anakku, Digar Rahayudin dan istri tercinta," katanya.

Selain itu, pria yang menguasai beberapa genre musik ini juga bisa memanjakan dirinya dengan membeli gitar. Tidak tanggung-tanggung, gitar merek Musicman dipilih Fildan sebagai gitar keduanya.

“Alhamdulillah ada rezeki saya beli gitar, yang Musicman itu salah satu gitar favorit saya,” ungkapnya.

Evi Masamba juga pernah merasakan pahit dan getirnya hidup karena kesulitan ekonomi. Di balik sikapnya yang riang dan lucu, ternyata Evi menyimpan kisah sedih dalam hidupnya.

Bukan saja karena hidup serba kekurangan, tapi dari kecil, pedangdut kelahiran 1991 ini tak pernah merasakan kasih sayang orangtuanya.

Perempuan asal daerah Luwu Utara, Sulawesi Selatan tersebut juga bercerita masa sulit yang dirasakan semasa kecil.

"Saat dulu Evi pengen beli sandal saja enggak bisa, jadi saya hanya menggunakan baju itu baju bekas," katanya saat ditemui VIVA di kawasan Jakarta Selatan.

Ia juga sudah banting tulang untuk membantu neneknya. Evi bekerja menjadi asisten rumah tangga dan serabutan lainnya demi sesuap nasi.

Kehidupan Evi berubah sejak ia mengikuti ajang Dangdut Academy 2. Ia berhasil menjadi pemenangnya. Kini, Evi bergabung dengan Portrait Management. Karier Evi terus melesat.

Ia tak hanya dikenal sebagai pedangdut, tetapi juga pemain sinetron. Kehidupan Evi berangsur membaik.

"Evi sudah punya rumah sendiri. Bisa beli mobil, membantu nenek dan keluarga," kata Evi.

Evi bersyukur dengan perubahan hidup yang terus membaik. Tidak ada hentinya rasa syukur yang diucapkan oleh pemilik nama asli Evi Anggraini tersebut, mengingat telah banyaknya pengorbanan untuk sampai saat ini.

"Intinya mencapai titik saat ini tuh bisa dibilang sangat berat dan pastinya Evi sangat bersyukur, Alhamdulillah," ujarnya.

Kepahitan hidup juga dirasakan Aulia. Untuk bertahan hidup, orangtua Aulia menjadi pemulung.

Namun, kontestan Dangdut Academy 4 ini tak malu dengan masa lalunya. Bahkan, saat pembencinya membahas soal pekerjaan orangtuanya, Aulia memberikan jawaban yang menohok.

Ia menyatakan bahwa selama ini ia hidup tak pernah menyusahkan dan meminta-minta. Keluarganya bekerja keras untuk mencapai hidup yang lebih baik seperti saat ini.

Perubahan juga dialami oleh Fatin Shidqia, jawara X Factor di RCTI. Sejak berhasil menjadi pemenang di ajang tersebut, Fatin langsung laris manis diundang nyanyi. Ia pun melebarkan sayap dengan membintangi sejumlah iklan.

Seiring berjalannya waktu, penampilan wanita berhijab ini juga berubah. Wajahnya yang polos, kini sudah mulai mengenakan make-up. Kulitnya juga terlihat lebih cerah.

Tak hanya itu, Fatin sudah mampu membelikan rumah untuk ditinggali orangtuanya. Rumah yang dibeli Fatin itu sangat mewah dan ditaksir berharga miliaran rupiah.

Sebelumnya, Fatin tinggal di sebuah rumah sederhana yang terletak di gang sempit. Kini, rumah mewahnya berdiri megah di tanah seluas 400 meter persegi di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan.

Fatin senang karena bisa membelikan rumah untuk orangtuanya. "Kalau bisa beliin rumah untuk orangtua, kenapa enggak," katanya.

Lahir dari keluarga sederhana bukan berarti tak mampu berprestasi. Itulah yang diperlihatkan Ihsan Tarore.

Ia lahir dari ayah yang berprofesi sebagai tukang becak. Hal itu tidak membuat Ihsan minder. Justru, Ihsan menjadi semakin bersemangat untuk mengejar mimpinya.

Melalui perjalanan yang panjang, Ihsan berhasil terpilih sebagai Indonesian Idol 3. Ia mengalahkan pesaing terberatnya, Dirly.

Berkat semua kerja kerasnya, pria asal Sumatera Utara itu berhasil mengubah nasibnya. Ia menjadi penyanyi papan atas Indonesia. Selain itu, ia dikenal sebagai aktor. Sejumlah film dan sinetron dibintangi Ihsan.

Kini, sulung dari tiga bersaudara menjadi tulang punggung keluarganya. Ia pun bekerja keras dan menabung untuk membelikan rumah untuk sang bunda.

Impian Ihsan terwujud. Pada 2016, Ihsan membelikan ibundanya rumah di kawasan Bogor, Jawa Barat.

"Alhamdulillah ibu saya senang, terharu," kata pria bersuara berat ini.

***

Tak Semua Berhasil

Banyak artis yang dihasilkan dari ajang pencarian bakat. Ada yang kaya raya karena berhasil menjadi bintang, tapi banyak juga yang tak bersinar atau hanya sesaat merasakan glamornya dunia hiburan.

Nama Aris pernah menjadi sorotan saat tampil di panggung Indonesian Idol 2008. Aris yang berprofesi sebagai pengamen berhasil menyita perhatian juri.

Ia sering membawakan lagu-lagu ST12 di panggung. Penampilan ayah satu anak ini berhasil menuai pujian.

Aris pun berhasil menjadi juara di ajang bergengsi tersebut. Kariernya sempat melesat. Namun, tak bertahan lama.

Pria yang pernah digoyang skandal rumah tangga ini pun menghilang. Setelah tak terdengar kabarnya, Aris yang sempat bikin heboh karena menghilang ini, ternyata sibuk menjadi pengemudi taksi online. Pemilik nama Januarisman ini tak malu dengan pekerjaan barunya.

"Ini untuk menyambung hidup. Pekerjaan nyanyi sepi banget dari sebelumnya," kata Aris.

Aris pun menceritakan suka dan dukanya menjadi pengemudi taksi online. Yang membuatnya senang, banyak penumpang yang mengenali dirinya.

Very yang merupakan jebolan Akademi Fantasi Indosiar (AFI) juga sempat jatuh bangun di dunia artis. Setelah menang sebagai juara AFI pertama, pria asal Medan, Sumatera Utara ini laris manis menjadi penyanyi dan juga membintangi sejumlah sinetron.

Sayangnya, popularitas Very hanya bertahan sebentar. Sekian lama menghilang, Very justru muncul dengan menjual nasi goreng. Ia memiliki restoran yang menjual sejumlah makanan.

Namun, kini Very kembali bangkit untuk mengejar kariernya di dunia musik. Ia kembali menjadi penyanyi.

Terdapat juga nama-nama lainnya seperti Klantink, yang sukses dalam acara Indonesian Mencari Bakat, Billy Simpson jebolan The Voice, dan lainnya.

Tidak Lupa Daratan

Meraih mimpi dengan cara mengikuti ajang pencarian bakat masih menjadi pilihan banyak orang. Banyak yang menganggap ini sebagai cara untuk menapaki karier sebagai artis.

Siapa saja boleh mengikuti ajang tersebut. Namun, untuk menuju ke pentas tersebut tidaklah mudah. Persaingan makin ketat.

Maklum, di zaman seperti ini, banyak orang yang menginginkan menjadi artis. Tergiur dengan popularitas dan berlimpah materi, tak heran mereka rela antre berjam-jam untuk mengikuti audisi ajang pencarian bakat.

Setelah lolos, mereka akan dikarantina dan dilatih. Dengan penuh semangat mereka menjalani karantina dan berbagai kegiatan. Kebahagiaan terpancar saat mereka tampil di panggung dan disorot kamera, serta ditonton banyak orang.

Hanya saja, menurut psikolog Rose Mini, tak jarang semangat mereka mengendor di tengah jalan. Di sinilah peran psikolog dibutuhkan.

"Nah, banyak yang kadang awalnya semangat di tengah-tengah ngedrop rasanya kepengen keluar saja. Rasanya sudah enggak nyaman. Tugas saya supaya menyiapkan mereka bahwa ini pilihan mereka, jadi menyemangati, memberikan motivasi, memberikan kepada mereka harus cari target hidup masing-masing," kata Rose Mini saat dihubungi VIVA, Jumat 4 Mei 2018.

Dikatakan Rose Mini, setelah ajang memasuki proses lima besar, ia bertugas untuk mengingatkan para kontestan agar tetap menjadi dirinya sendiri.

"Mereka tetap jadi remaja pada umurnya, jangan sampai terlalu tua atau seseorang yang jadi star syndrome. Mereka harus tahu, mereka mencapai itu dengan usaha, tapi mesti ingat bahwa mereka tidak langsung begini," katanya.

Namun, tak selamanya mereka berada di bawah pengawasan psikolog. Saat di luar mereka harus berjuang sendiri. Dan tak jarang, banyak kontestan yang terkejut karena kenyataan tak seindah yang dibayangkan.

"Nah, kalau mereka merasa gaya hidup sudah star begitu, sementara di luar enggak seindah yang mereka bayangkan, itu pasti berdampak pada mereka. Jadi saya pikir, walaupun mereka tidak juara jangan sampai mereka nanti jadi orang tidak berguna, tidak ada tujuan hidup," katanya.

Di sinilah peran keluarga dibutuhkan. Ia mengingatkan agar keluarga selalu mengingatkan mereka agar tidak terlena dan lupa daratan.

"Jadi lingkungan harus sangat mendukung, jangan semua orang membuat dia jadi merasa star karena pernah masuk ke sebuah ajang terus membiarkan dia berlaku apa saja," ujarnya.