Facebook 'Menghapus' Dosa

Media sosial Facebook.
Sumber :
  • REUTERS/Dado Ruvic

VIVA – Facebook sedang berbenah. Mengambil momentum konferensi temu ribuan pengembang tahunan, F8, yang digelar pada 1-2 Mei 2018 di San Jose, California, Amerika Serikat, jejaring sosial terbesar sejagad itu bertekad membuktikan diri kalau platformnya aman digunakan.

Platform besutan Mark Zuckerberg ini jor-joran “membersihkan diri” akibat megaskandal bocornya 87 juta data pengguna oleh Cambridge Analytica pada bulan lalu.

Dari angka sebesar itu, data 70,6 juta akun yang dicuri milik warga Amerika Serikat, Filipina sebanyak 1,1 juta akun, dan Indonesia dengan 1,09 juta akun.

Di depan lima ribu pengembang, Zuckerberg ngoceh tentang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) hingga menyiapkan fitur pembersih jejak (Clear History). Fitur ini pelindung privasi pengguna, dan akan menambah tool privasi yang sudah ada di Facebook.

Move-on

Meski fitur ini baru masih dalam proses pengembangan, tapi mengklaim menutup peluang Facebook maupun mitranya mengintip aktivitas pengguna di platform media sosial tersebut. Untuk itu, Zuckerberg punya pesan khusus.

"Kami sudah move-on dari skandal kemarin. Kami punya tanggung jawab menjaga komunitas kami supaya aman dan nyaman. Kami akan menginvestasikan hal itu dengan serius. Kita harus berjalan ke depan," kata dia, seperti dikutip CNet.

Bicara Clear History, Zuckerberg menyebut pengguna lebih mudah melihat dan menghapus data-data mereka yang telah dikumpulkan oleh Facebook dari website dan aplikasi yang kemudian digunakan pada iklan dan perangkat analitiknya.

Selain itu, pengguna bisa menghilangkan sebagian riwayat penelusuran mereka dari penyimpanan data Facebook. Dengan demikian, fitur ini akan lebih memberikan keamanan privasi dibanding hanya sekadar menghapus membersihkan cookies dan riwayat pengguna sebelumnya.

"Ini adalah contoh dari jenis kendali yang kami pikir Anda harus memiliki. Ini adalah sesuatu yang diminta para pendukung privasi dan kami akan bekerja dengan mereka untuk memastikan kami melakukan hal yang benar," jelas Zuckerberg.

Sementara itu, Wakil Presiden dan Kepala Privasi Facebook, Erin Egan, dalam NewsroomFacebook menuturkan, pengembangan fitur Clear History butuh waktu beberapa bulan ke depan.

Untuk menghadirkan fitur yang melindungi privasi ini, Egan mengungkapkan, Facebook bekerja sama dengan pegiat privasi, akademisi, pembuat kebijakan, dan regulator.

"Jadi jika Anda menghapus riwayat atau menggunakan pengaturan baru ini, kami akan menghapus identifikasi informasi, sehingga riwayat website dan aplikasi yang Anda gunakan tidak dikaitkan dengan akun Anda," ujar Egan, dikutip TechCrunch.

Perusahaan Tak Bermoral

Baik Zuckerberg maupun Egan menjamin ketika seorang pengguna menghapus informasi mereka melalui fitur delete history ini pihaknya bakal menghapus selalu data pengguna mereka dari history.

Kendati begitu Facebook tetap menyediakan agregasi analitiknya bagi para pengembang. "Kami berjanji untuk membuat beberapa perubahan tentang kontrol data pengguna. Kami sedang mengerjakan privasi dan kontrol data yang lebih jelas untuk pengguna," katanya.

Meski demikian, Zuckerberg juga menuliskan sisi buruk dari fitur Clear History. Ia mengatakan bahwa ketika seseorang menghapus cookies di peramban, maka secara otomatis akan berdampak pada menurunnya kenyamanan pengguna.

"Contohnya, pengguna harus sign-in kembali ke setiap situs dan termasuk mengatur ulang hal-hal lain yang melekat padanya. Hal yang sama juga akan terjadi pada Facebook, karena kami harus mempelajari kembali preferensi masing-masing pengguna," jelas dia.

Menurut The Guardian, anggota Parlemen Inggris dari Partai Konservatif, Julian Knight, menuding Facebook sebagai perusahaan tidak bermoral. Hal ini diungkapkan Knight kepada Chief Technology Officer Facebook, Mike Schroepfer.

Reaksi Facebook terkait skandal Cambrige Analytica, kata Knight, memperlihatkan pola perilaku, termasuk mengintimidasi jurnalis, mengancam institusi akademis dan berpotensi menghambat investigasi oleh otoritas hukum.

Knight juga menilai Facebook berusaha menghindari tanggungjawab atas dampak yang ditimbulkan masalah tersebut terhadap masyarakat.

"Facebook adalah zona tanpa moralitas yang merusak hak dasar privasi. Kalian bukan pihak tidak bersalah, yang disalahkan oleh orang-orang seperti Cambridge Analytica. Kalianlah masalahnya," tegas dia.

Fitur Kencan Online

Dalam tanggapannya, Schroepfer menyatakan tidak setuju dengan apa yang disampaikan Knight. "Anda ingin kami bertanggung jawab, yang telah kami lakukan dalam beberapa kesempatan," tuturnya.

Mengingat kuatnya desakan dari publik akan jaminan kerahasiaan data mereka, sudah seharusnya Facebook tidak perlu menunggu lama untuk merilis fitur ini ke publik dunia.

Selain Clear History, Facebook meluncurkan layanan kencan di acara F8 pada hari pertama. Nantinya, pengguna bisa membuat profil yang terpisah dari profil Facebook, tapi masih terkoneksi dengan akun.

Setelah itu platform ini akan menunjukkan ke pengguna, orang yang berpotensi cocok untuk berkencan. Pengguna bisa memilihnya dari mutual friends, preferensi kencan dan kesukaan, serta mutual Group dan Events.

Layanan ini juga ada chat seperti layaknya Tinder. "Ini akan menjadi landasan hubungan lama yang sebenarnya bukan hanya menjodohkan," kata Zuckerberg.

Kemudian, Headset Virtual Reality (VR) Oculus Go akan dijual seharga US$199 atau Rp2,7 juta dengan penyimpanan mencapai 32GB untuk aplikasi, game dan lainnya. Sedangkan, storage-nya yang 64GB akan dijual US$249 atau sekitar Rp3,4 juta. (ren)