Awas Candu Digital Pornografi
- REUTERS/Stoyan Nenov
VIVA – Pornografi sudah mengalami banyak transformasi dalam beberapa dekade terakhir. Dengan semakin mudahnya akses internet dan bertambah cepatnya koneksi jaringan, pornografi seakan tidak berjarak lagi.
Kemajuan teknologi juga membuat pornografi kian menarik, apalagi dengan hadirnya teknologi Virtual Reality (VR). Tak cuma sebatas gambar, kini penggemar porno bisa menikmati pengalaman pornografi yang hampir nyata. Tak hanya itu, penikmat pornografi VR juga disuguhi dengan alur cerita romantis dan pengalaman yang lebih sensoris.
Belakangan perusahaan VR terkemuka, Holofilm Productions merilis film dewasa dengan teknologi VR. Perusahaan tersebut menyebut bahwa, virtual reality akan menjadi sebuah revolusi konsumen ketika menonton film porno.
"Kami membuat film porno di level berikutnya, karena untuk memberikan pengalaman konsumen dalam menonton. Tidak akan ada lagi adegan dalam layar datar dan dua dimensi. Penonton akan merasakan seperti dalam adegannya langsung," kata Anna Lee, Presiden Holofilm Production dikutip Daily Mail.
Tak hanya Holofilm Productions, awal tahun 2017 perusahaan game VR BaDoink juga merilis puluhan adegan porno dalam beberapa film VR berseri. Dilansir News, direktur sekaligus produser BaDoink VR, Dinorah Hernandez, mengatakan bahwa perusahaan tersebut bahkan sudah memfilmkan 15 hingga 20 adegan per minggu dalam medium yang memungkinkan pemirsa menjadi 'hero' dalam kisah tersebut.
Ia juga mengatakan bahwa permintaan yang sedang meningkat saat ini adalah menambahkan lebih banyak keintiman daripada sekadar percintaan klasik yang didominasi laki-laki. Berdasarkan survei internal yang dilakukan BaDoink terhadap konsumennya menunjukkan bahwa para konsumen lebih menyukai film-film porno yang bisa memberikan edukasi bercinta, sehingga butuh intrik yang melibatkan emosional para pemain.
“Orang-orang meminta lebih banyak romansa, kedekatan, lebih banyak bicara. Ini adalah sesuatu yang akan Anda temukan dalam hubungan nyata tetapi tidak semua orang di dunia akan memiliki akses ke hubungan semacam itu," ujarnya.
Tak hanya itu, film porno VR ini juga memberikan kesempatan para konsumennya untuk merasakan sensas bercinta dengan wanita lain yang bukan pasangannya tanpa harus melanggar norma dan menyakiti siapapun.
"Untuk mencapai itu kamu akan memberikan resolusi terbaik yang mencapai batas penglihatan seseorang, dengan menambahkan integrasi sentuhan, ciuman, pelukan dan lainnya."
Perangkat VR tersebut memiliki tampilan 3D, mampu berputar 360 derajat dan memungkinkan penggunanya dapat bertindak secara real time.
***
Benarkah seseorang bisa kecanduan pornografi?
Berkembangnya teknologi yang diterapkan pada pornografi membuat siapa saja dapat menikmati pornografi dengan mudah, nyaman, seru, dan intens. Tentu saja hal itu mengkhawatirkan.
Banyak ahli berpendapat bahwa paparan pornografi yang terlalu sering tentu berdampak pada psikologi seseorang. Bahkan beberapa di antaranya menyebut, terpapar pornografi bisa sebabkan kecanduan. Benarkah?
Editor psikologi laman Health, Dr. Gail Saltz menyebut bahwa kecanduan porno tidak selangka yang kita pikirkan. Tidak seperti kecanduan seks, yang membutuhkan pasangan, porno mudah diakses hanya dengan koneksi Wi-Fi.
Dr Saltz menunjukkan bahwa kecanduan pornografi adalah perilaku (atau psikologis) kecanduan, yang tidak sama dengan kecanduan fisiologis terhadap obat-obatan atau alkohol.
"Dengan perilaku kecanduan, Anda tidak akan memiliki gejala penarikan fisik, yang merupakan ciri khas dari kecanduan fisiologis," jelasnya.
Iia menyebut bahwa 'ada bukti' yang menunjukkan (perilaku kecanduan) sama-sama melibatkan sistem dopamin reward di otak, dan ketika mencoba untuk berhenti, itu akan dipersulit oleh zat kimia yang ada di otak.
Sementara itu, dilansir laman Foxnews, psikoterapis dan konselor seksualitas Ian Kerner, PhD mengatakan hal serupa bahwa tidak semua ahli sepakat bahwa kecanduan pornografi dapat diklasifikasikan sebagai kecanduan dalam arti sebenarnya dari kata tersebut.
"Saya berhati-hati dengan menggunakan kata-kata seperti 'kecanduan' dan 'penyakit' dalam hal perilaku out-of-control," ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kebiasaan 'pornografi obsesif' bisa menjadi tanda dari masalah kesehatan mental lainnya. Ia menunjukkan bahwa seorang yang dinilai sebagai pecandu pornografi mengatakan akan menderita kecemasan ketika kecanduannya mulai.
Selain itu sebuah kegemaran mengakses pornografi juga bisa menunjukkan bahwa seseorang cenderung permasalahan psikologi lain.
"Seseorang yang mengembangkan kecanduan pornografi mungkin memiliki hal-hal lain yang membuat mereka sangat terobsesi," katanya. "Ketika seseorang yang memiliki kepribadian obsesif dalam suasana hati yang negatif, mereka dapat mencari stimulasi untuk merasa lebih baik."
***
Ciri-ciri kecanduan pornografi
Tentunya ada tanda-tanda bagi seseorang yang telah adiktif mengonsumsi pornografi. Sebuah studi yang pernah dilakukan menunjukkan, orang yang kecanduan pornografi rentan terkena gangguan Sexual Attention Deficit Disorder (SADD). Dilansir Times of India, berikut ini enam tanda seseorang kecanduan pornografi.
1. Orang yang kecanduan pornografi rata-rata menghabiskan waktu lebih dari 10 jam per minggu menonton ‘film biru’.
2. Umumnya, pecandu pornografi mengalami kesulitan untuk dapat ereksi, berejakulasi atau berhubungan seksual secara normal dengan pasangannya.
3. Mereka yang mengalami kecanduan ini juga seringkali merencanakan untuk menghabiskan hari libur atau waktu senggang dengan menonton video porno.
4. Bagi seorang pecandu pornografi, menonton film porno semacam aktivitas rekreasi, sesuatu yang mampu menghilangkan kebosanan, serta menghibur saat sedang sedih.
5. Orang yang kecanduan pornografi menyadari bahwa apa yang dilakukan adalah sebuah kesalahan dan mereka seringkali mengutuk diri sendiri, juga menyesali perbuatan tersebut, meski mereka tetap tak bisa menghentikan kebiasaan itu.
6. Anda lebih memilih menonton film porno dibandingkan bertemu dan bersosialisasi dengan keluarga atau teman.
Dampak kecanduan pornografi tak main-main
Bicara soal konsumsi yang adiktif, tentunya ada dampak tersendiri. Tak hanya bagi kesehatan, namun juga bagi psikologis dan kehidupan sosial seseorang. Berikut ini beberapa dampak negatif akibat kecanduan pornografi yang dihimpun viva dari beberapa sumber.
1. Memiliki hubungan tak sehat dengan pasangan
Pada beberapa literatur, menonton film atau gambar porno bersama pasangan dikenal dapat membantu meningkatkan kualitas hubungan seksual yang telah menurun. Tapi jangan berlebihan apalagi sampai kecanduan. seseorang yang kecanduan film porno dalam jangka panjang ternyata rentan mengalami masalah seksual.
Studi menunjukkan pria yang memanjakan diri dengan rangsangan visual seperti pornografi, rentan terkena gangguan yang disebut Sexual Attention Deficit Disorder (SADD). Dalam jangka panjang, penderitanya akan sulit memiliki hubungan seksual yang sehat dengan pasangannya. Sebab, stimulus seks hanya dapat dipicu melalui gambar visual atau grafis, bukan wanita sebenarnya.
Pakar kesehatan seksual, Dr Rajan Bhonsle, menjelaskan dampak pornografi dan sejenisnya terhadap hubungan dewasa. SADD dapat ditelusuri dari beberapa sebab utama.
Bentuk eksplisit seperti pornografi, pedofilia, voyeurisme, aktivitas seks lebih dari dua orang dan aktivitas menyimpang lain menimbulkan ketidakpekaan saat bercinta. Dalam jangka panjang, mereka akan sulit merasakan kenikmatan dengan aktivitas seks normal. Sehingga, mereka cenderung merasakan seks menyimpang sebagai kebutuhan agar menjaga rangsangan seks tetap tinggi.
Seperti dikutip Times of India, aktivitas seksual dengan rangsangan gambar atau video porno membuat seseorang sulit bila dirangsang pasangan. Ini pula yang menimbulkan permasalahan dalam pernikahan dalam waktu lama.
Penyebab umum lain SADD adalah hubungan seksual dengan banyak pasangan sebelum menikah. Karena terbiasa dengan banyak pasangan sulit meletupkan gairah seks hanya pada satu pasangan.
Selain itu para pecandu biasanya telah memiliki gambaran tentang bagaimana wanita seharusnya. Dan, pasangan yang tidak sesuai harapannya mungkin menimbulkan kekecewaan yang berpengaruh pada gairah seks.
2. Sulit bedakan nyata dan virtual
Seseorang yang intens menikmati VR Porno memungkinkan dirinya mendapat pengalaman yang intens dengan pasangan virtualnya. Teknologi ini juga memungkinkan penikmatnya mendapatkan pengalaman pribadi sejenis yang bahkan lebih nyata dan sempurna daripada dunia nyata.
Dilansir laman The Independent, Dr Madeline Balaam, peneliti dari Universitas Newcastle menyebutkan hal itu sangat berisiko tinggi.
"Sebagai masyarakat kami selalu mencari pengalaman baru dan baru tetapi industri porno membawa serta risiko tambahan karena sikap seksis dan eksploitasi perempuan," ujarnya.
Yang mengerikan ia menyebut bahwa kehadiran VR Porno ini membuat manusia terobsesi dengan citra tubuh dan industri digital. Mereka terdorong untuk memiliki kesempurnaan, menurutnya tak ada bedanya seperti menciptakan wanita virtual yang sempurna atau sekadar menciptakan boneka seks yang mirip dengan imagnasi mereka. Video porno VR memiliki potensi untuk meningkatkan ini.
"Penelitian kami menyoroti tidak hanya dorongan untuk mencapai kesempurnaan, tetapi juga terjadinya persilangan antara realitas dan fantasi. Orang akan sulit membedakan yang mana realitas dan fantasi."
Tak menutup kemungkinan, bahwa teknologi ini juga menciptakan model 3D dari orang-orang yang hidup di dunia nyata, dan mereka bebas melakukan apa saja pada ciptaan fantasinya itu.
"Kami menemukan bahwa potensi pornografi VR membuka pintu bagi pengalaman seks yang tampaknya 'sempurna', namun nyatanya hanya sebuah skenario yang di dunia maya. Sehingga mendorong batas-batas, yang sangat eksplisit dan penuh kekerasan. Selain itu paparan konten ini juga berpotensi untuk menjadi adiktif dan lebih ekstrim dari waktu ke waktu."
***
3. Disfungsi ereksi
Selain itu, para ahli juga mengingatkan bahwa kecanduan pornografi dapat meningkatkan risiko disfungsi ereksi dan dapat memadamkan hasrat seseorang dalam berhubungan seksual.
Dilansir The Independent, Angela Gregory seorang terapis di Nottingham University Hospital mengakui adanya peningkatan jumlah pria muda yang mencari pengobatan untuk masalah disfungsi ereksi. Peningkatan disfungsi ereksi tersebut terjadi akibat kecanduan menonton film porno online.
Paparan gambar-gambar dan film porno disebut mengikis kadar sensitif pria sehingga mereka tak bisa cepat terangsang saat berduaan dengan pasangan mereka. Angela pun menyalahkan smartphone dan gawai yang menyediakan akses mudah menonton film porno.
Pria yang kecanduan film porno tidak dapat menjadi terangsang secara seksual dengan pasangan, namun sebaliknya saat menonton film porno.
Pornografi dirancang memang untuk menarik perhatian. Para pemain sering melakukan hal-hal yang biasanya tidak diterjemahkan ke dalam kehidupan nyata. Para pria yang menonton dapat dikondisikan untuk jenis gairah seksual yang tidak terbawa ke dalam situasi seksual kehidupan nyata.
Seks teratur tidak lagi memenuhi harapan para pecandu film porno, sehingga seks yang dilakukan nyata justru malah menurunkan dopamin. Ini dapat menyebabkan sebagian pria tidak lagi 'dalam mood'.
Selain itu, konsumsi film porno juga memicu mekanisme biologis yang mengendalikan hormon endorphin pada otak manusia, sehingga jika dilakukan terus menerus akan memunculkan 'ketagihan'.
Rasa ketagihan itulah yang memicu disfungsi ereksi dan rasa ketidaktertarikan pada seks yang nyata.
4. Tak tertarik berhubungan seks secara normal
Pria yang ketagihan pornografi bisa jadi tidak lagi tertarik untuk berhubungan seks secara normal, karena yang ia bayangkan berbeda dengan kenyataan.
Dalam sebuah studi baru-baru ini, para ilmuwan menemukan bahwa pria yang sangat suka pornografi bisa mendapati diri mereka terperangkap dalam ilusi semu. Mereka tidak lagi tertarik melakukan hubungan seksual dengan orang lain saat mereka memiliki kesempatan.
Selain itu, orang yang kecanduan pornografi cenderung tidak puas dengan hubungan seksual. Dilansir Healthline, sebuah riset menyebut bahwa para peneliti mensurvei 312 pria berusia 20 sampai 40 tahun, yang mendatangi klinik urologi San Diego untuk pengobatan.
Memang hanya 3,4 persen pria yang mengatakan mereka memilih masturbasi dengan pornografi daripada hubungan seksual. Namun hal itu menunjukkan adanya hubungan statistik antara kecanduan pornografi dan disfungsi seksual, kata pemimpin peneliti Dr. Matthew Christman dari Naval Medical Center di San Diego.
"Tingkat penyebab alami disfungsi ereksi pada kelompok usia ini sangat rendah. Sehingga bila terjadi peningkatan disfungsi ereksi dari waktu ke waktu pada kelompok ini, perlu dijelaskan," kata Christman.
Lebih lanjut diungkapkan bahwa masalahnya bisa jadi berakar pada kecanduan. Christman menyebut bahwa perilaku seksual mengaktifkan sirkuit yang sama di otak seperti saat orang mengkonsumsi narkoba, misalnya kokain dan methamphetamines.
“Pornografi di internet, secara khusus, terbukti menjadi stimulus supernormal dari sirkuit ini—karena seseorang bisa terus menerus memilih tema dan gambar yang membangkitkan gairah seksualnya,” katanya.
Akibatnya, menonton terlalu banyak pornografi bisa membuat seseorang makin kebal dari rangsangan, sama seperti narkotika, dan membutuhkan dosis yang lebih besar.
Karena apa yang dilihat seringkali sesuatu yang dianggap ideal dan tidak disadari bahwa itu rekaan, maka penikmat pornografi cenderung tidak menanggapi aktivitas seksual nyata yang berbeda dengan bayangannya. Mereka justru semakin bergantung pada pornografi untuk mendapatkan gairah.