Teror Beruntun Ulama, Siapa Dalangnya?

Vivi, wanita berusia 28 tahun yang diduga mengalami gangguan jiwa, diringkus sesaat setelah menikam seorang ustaz saat salat subuh di Masjid Darul Mustaqin, Depok, Jawa Barat, pada Minggu, 11 Maret 2018.
Sumber :
  • VIVA/Zahrul Darmawan

VIVA – Entah apa yang ada di benak Vivi, wanita 28 tahun di Sawangan Depok, tiba-tiba menghujamkan sebilah pisau kepada Ustaz Abdul Rochman yang hendak ikut salat Subuh berjemaah di Masjid Darul Muttaqin, Perumahan Bumi Sawangan Permai I, Depok, Jawa Barat, Minggu 11 Maret 2018.

Vivi yang saat itu masih mengenakan mukena, langsung merangsek ke barisan jemaah pria dan mengarahkan pisaunya ke bagian leher Ustaz Abdul Rochman. Saat itu, Abdul Rochim baru berdiri memulai salat. Anak sang ustaz yang baru selesai berwudhu langsung berteriak, seolah memberi peringatan kepada ayahnya.

"Bapak, bapak.." kata sang anak. "Saya spontan nengok, eh dia (pelaku) udah ngarahin pisau ke leher saya, tapi kena pipi. Pas itu langsung saya tangkap, ya saya gelut sama dia, ada kali lima menit," kata Ustaz Abdul Rochim, saat ditemui VIVA di kediamannya, Minggu.

Darah segar mengucur dari pipi persis sebelah telinga Abdul Rochim. Sembari melumpuhkan pelaku dibantu jemaah lain, Abdul Rochim langsung dibawa ke RSUD Depok, untuk mendapat perawatan.

Akibat ulahnya, Vivi (pelaku) nyaris jadi sasaran kemarahan warga. Beruntung, ia dapat diamankan oleh salah seorang ulama setempat. Vivi dibekuk dalam kondisi masih mengenakan mukena berlumuran darah korban. Pelaku diamankan di Polsek Sawangan.

Ustaz Abdul Rochman yang kebetulan ketua RT setempat, mengenal pelaku tinggal memiliki gangguan kejiwaan. Pelaku juga kerap salat di masjid ini, karena rumahnya pun tak jauh dari lokasi kejadian.

"Dibilang stres berat juga gimana ya, masa orang stres berat kenal sama orang. Ya, saya sih berharap dia diproseslah," ujar Ustaz Abdul.

Vivi (28), pelaku penyerangan seorang ustaz di Sawangan Depok, Jawa Barat.

Baca: Peristiwa Aneh sebelum Ustaz Abdul Ditikam Wanita Gila

Polisi masih mendalami kasus penyerangan seorang ulama yang terjadi di sebuah masjid di kawasan Sawangan, Depok, Jawa Barat. Polisi juga akan memeriksa kejiwaan pelaku ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati.

Menurut Kapolresta Depok, Komisaris Besar Didik Sugiyarto, warga sekitar mengenal pelaku memiliki gangguan kejiwaan. Pelaku ini beberapa waktu lalu pernah ditegur korban, lantaran meludahi orang lain. Tak hanya itu, pelaku juga dikenal warga sering memarahi anak-anak sekitar lingkungan perumahan itu.

"Korban sebagai tokoh masyarakat sini menegur pelaku, untuk tidak melakukan perbuatan itu lagi. Tadi malam, pelaku sempat datang juga ke rumah korban, tapi karena larut malam diminta datang paginya. Namun, yang terjadi pelaku malah menyerang korban yang sedang salat," kata Didik di lokasi kejadian.

Selanjutnya, pelaku akan dilakukan observasi di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, untuk mengetahui kondisi kejiwaan pelaku. Hal ini perlu dilakukan, informasi yang kami peroleh pelaku memliki penyakit kejiwaan karena sering memarahi orang tanpa sebab musabab. "Ini yang sering diamati masyarakat," ujarnya.

Berikutnya, surat kaleng>>>

Surat kaleng

Kasus teror dan ancaman kekerasan terhadap sejumlah ulama di Depok, memang bukan yang pertama kali. Beberapa hari sebelumnya, warga Depok diresahkan beredarnya surat kaleng berisi ancaman penculikan yang ditujukan kepada ustaz di perumahan GDC Cluster Gardenia Blok Q, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat. Surat itu ditemukan pada Sabtu 3 Maret 2018, lalu.

Surat kaleng itu pertama kali diketahui oleh satpam perumahan bernama Asep dalam bentuk paket dengan nama penerima Ustaz Shobur Gardenia. Paket itu dititipkan di pos perumahan dengan alamat pengirim dari Keadilan Jaya Abadi, Jalan Malaka Hijau, Pondok Kopi, Jakarta Timur.

Setelah paket itu dibuka, diketahui adanya surat berisi ancaman akan menculik sepuluh ustaz. Empat nama di antaranya, merupakan penghuni perumahan GDC. Polisi pun sudah menindaklanjuti temuan tersebut dengan melakukan olah TKP dan pengamanan.

Polisi memastikan mengusut tuntas pelaku penyebar teror berupa surat ancaman pembunuhan terhadap sejumlah ulama di Depok. Kapolres Depok, Kombes Didik Sugiyarto mengungkapkan, polisi menggandeng TNI (Kodim 0508 Depok) dan stakeholder lain, untuk melakukan berbagai upaya meredam kepanikan warga.

Di antaranya, adalah dengan mendatangi langsung sejumlah ulama yang disebut dalam surat tersebut. "Kami telah datangi para ulama, agar masyarakat semakin tenang kami juga rutin melakukan patroli dan penjagaan," katanya, Minggu 4 Maret 2018.

Polisi mengaku serius untuk mengungkap dalang sekaligus pelaku pengancaman itu. Dari hasil penyelidikan diketahui, alamat pengirim yang tertera di surat tersebut ternyata tidak sesuai, alias fiktif.

"Kita sudah cek alamatnya di kawasan Jakarta Timur, ternyata fiktif," kata Kasat Reskrim Polresta Depok, Komisaris Putu Kholis Aryana.

Baca: Ternyata 6 Anggota MCA Otak Penyebar Isu Penculikan Kiai

Masih di hari yang sama dengan teror surat kaleng ancaman pembunuhan ulama di Depok, sebuah proyektil peluru juga ditemukan tergeletak di lantai depan teras studio musik milik Raja Dangdut Rhoma Irama di Soneta Record Jalan Tole Iskandar, Sukmajaya, Kota Depok, Sabtu 3 Maret 2018.

Temuan itu, pertama kali didapati oleh seorang office boy Soneta Record. Belum diketahui apakah temuan itu adalah bentuk teror ke Rhoma atau tidak. "Penyidik sudah melakukan olah TKP (tempat kejadian perkara), saat ini masih menunggu hasil olah TKP dari Tim Puslabfor Mabes Polri," kata Kompol Putu Kholis, saat dikonfirmasi wartawan, Minggu 4 Maret 2018.

Proyektil yang ditemukan di studio musik Rhoma Irama di Depok.

Berdasarkan keterangan Kasat Reskrim Polresta Depok itu, puslabfor telah melakukan olah TKP lanjutan, didapati beberapa fakta di antaranya tidak ada kaca yang pecah dan tidak ada benda yang rusak.

Putu menegaskan, tidak ada fakta yang menunjukkan studio tersebut diberondong tembakan, karena yang ditemukan hanya satu proyektil peluru. "Hanya ada satu goresan di dinding, kena pantulan peluru. Jadi, yang tersebar di media sosial itu tidak benar," katanya. "Kemungkinan pantulan peluru nyasar," tambahnya.

Selanjutnya, modus baru>>>

Modus baru

Semua rentetan peristiwa itu tak lepas dari sorotan Mabes Polri. Kasus teror surat kaleng penculikan ulama di Depok, salah satu yang mendapat atensi penuh, di tengah maraknya isu hoax penganiayaan tokoh agama di beberapa daerah.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol M. Iqbal mengatakan polisi melakukan sejumlah antisipasi dari sejumlah rangkaian teror yang terjadi. Di antaranya, dengan menerjunkan tim untuk mengamankan tokoh-tokoh agama yang menerima ancaman dan meminta keterangan mereka.

"Kami terus melakukan penyelidikan juga," kata Iqbal di Mabes Polri, Senin 5 Maret 2018. [Baca: Motif Anggota MCA Sebar Hoaks, Bikin Jabar Rusuh]

Sejauh ini, lanjut Iqbal, polisi masih melakukan pendalaman penyidikan tokoh di balik ancaman. Selain itu, Iqbal mengatakan, polisi juga menyelidiki koneksi dengan kasus-kasus penyerangan yang lain di beberapa daerah lain.

Iqbal menuturkan Satgas Nusantara (Satgas Pemburu Hoaks dan Siber Polri) telah menyampaikan beberapa pesan terhadap masyarakat bahwa tidak semua kejadian yang beredar di masyarakat sesuai dengan yang terjadi.

Menurutnya, ada beberapa kasus yang memang benar terjadi kekerasan terhadap pemuka agama. Namun, ada pula kejadian yang difabrikasi seolah-olah kekerasan terhadap pemuka ulama padahal kriminal biasa.

Bahkan, ada pula yang tidak terjadi kekerasan sama sekali, tetapi dikabarkan seolah terjadi kekerasan pada ulama. "Jadi, dibumbu-bumbui, dikemas sedemikian rupa, sehingga seperti nyata. Nah, yang di Depok, ada juga modus baru. Ini yang kami dalami," ujar Iqbal.

"Intinya begini, bahwa Polri melakukan pendalaman soal siapa yang menjadi aktor di balik kasus ini. Tetapi, belum tentu aktor ini yang mendesain kasus yang ada," lanjutnya.

Dugaan ini cukup beralasan. Sebab, belum lama ini Polri berhasil mengungkap aksi kelompok pelaku ujaran kebencian yang menyebarkan berita bohong, alias hoax. Sindikat tersebut Muslim Cyber Army yang tergabung dalam grup WhatsApp bernama The Family MCA.

Kelompok Muslim Cyber Army yang menyebarkan isu provokatif dicokok polisi.

Kelompok ini diduga melakukan kejahatan dengan melempar isu provokatif di media sosial. Beberapa isu krusial yang dimunculkan seperti kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI), penculikan ulama hingga penyerangan terhadap nama baik Presiden, serta tokoh-tokoh tertentu.

Setidaknya, 14 anggota terkait MCA sudah diamankan aparat. Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri menyatakan delapan orang ditangkap pada awal 2018. Sementara itu, enam pelaku lain yang diduga anggota inti dari The Family MCA dicokok pada Senin 26 Februari 2018.

Bagaimana pun, kasus teror dan kekerasan terhadap tokoh-tokoh agama di beberapa daerah, bukanlah isapan jempol belaka. Tetapi, menggunakan isu tersebut untuk memecah belah persatuan bukanlah cara yang bijak. Maka, pengusutan kasus ini oleh aparat penegak hukum penting untuk segera diungkap siapa dalang dan apa motifnya. (asp)