Bisnis Manis Kosmetik Lokal

Ilustrasi kosmetik.
Sumber :
  • pexels

VIVA – “Mba, ada Wardah Lip Cream yang Mauve, ga?” tanya seorang wanita kepada penjaga konter kosmetik. Pertanyaan yang penuh antusias itu hanya dijawab dengan sepenggal kata: ‘kosong’.

Di suatu siang yang terik, saya dan wanita tersebut sama-sama berada di pasar tradisional dekat rumah. Bukan untuk berbelanja sayur atau daging, melainkan untuk berburu sebatang lipstik merek lokal yang sedang ramai diperbincangkan kala itu.

Kami berdua ternyata mengincar barang yang sama. Sayangnya, lipstik idaman ini memang benar-benar susah didapat. 

Ini bukan konter kosmetik kecil pertama yang dikunjungi demi mendapatkan lipstik berwarna pink kecokelatan keluaran Wardah itu. Saya dan mungkin ratusan penggemar makeup lainnya juga rela ‘blusukan’ ke pasar. Kami rela bersusah payah demi beberapa brand kosmetik lokal, yang dulu mungkin hanya dipandang sebelah mata.

Saya ingat, awal mula jatuh hati pada brand kosmetik lokal ketika pertama kali mencoba lipstik Purbasari di tahun 2015. Kalau bukan karena review di media sosial yang super ramai, saya mungkin tidak pernah terpikir untuk mencoba.

Ketika itu, warna lipstik matte mulai nge-tren. Biasanya lipstik jenis ini identik dengan merek luar negeri yang harganya cukup mahal.

Maka pecinta makeup dibuat heboh ketika lipstik buatan dalam negeri ternyata punya varian serupa. Ini lah awal mulai popularitas brand kosmetik lokal. 

Dari situ, antusiasme terhadap brand kosmetik lokal kian tumbuh. Kalau dulu ada anggapan kualitas kosmetik lokal masih kalah dengan kosmetik luar, perlahan tapi pasti, anggapan itu mulai pupus. Tak ada lagi rasa gengsi memakai brand lokal.

Daya Tarik Tersendiri

Gita, seorang beauty anthusiast, yang hobi mengoleksi macam-macam lipstik mengaku, buatan lokal punya daya tarik sendiri. “Seru, karena makin banyak brand baru yang punya produk oke. Memang, sih, ga semuanya murah, bahkan ada beberapa merek yang seharga kosmetik drugstore, semacam Maybelline dan L’Oreal. Tapi dari warna dan kualitas, it’s worth it, kok,” katanya.

Menariknya, pilihan kosmetik buatan lokal tidak lagi didominasi merek besar yang sudah berada di industri kecantikan sejak lama. Beberapa indie brand yang memiliki keunikan tersendiri, makin banyak bermunculan.

Salah satu indie brand yang meraih popularitas dalam waktu cukup singkat, adalah By Lizzie Parra atau BLP. Terkenal dengan produk Lip Matte dalam warna cantik yang tahan lama. Memang, hingga kini, lip matte masih menjadi salah satu produk unggulan brand lokal.

Tingginya permintaan sempat membuat website BLP crash. Foto: instagram @BLPbeauty

BLP yang baru diluncurkan tahun 2016 itu langsung jadi kesayangan para beauty lover. BLP dimiliki oleh seorang make up artist dan beauty influender, Lizzie Parra.

Dihubungi oleh VIVA, Lizzie Parra menceritakan kisahnya, “Setelah pengalaman ku kurang lebih 5 tahun, dari tahun 2009 sampai dengan 2015, lalu aku mikir sepertinya aku bisa melakukan yang ber-impact lebih selain sebagai make up artist dan beauty influencer.”

Lizzie berkeinginan membuat brand lokal lebih berkembang. “Aku mulai mencari tahu, mungkin ga, sih, orang Indonesia membuat brand kecantikan sendiri. Karena pada waktu itu belum ada yang mengeluarkan brand sendiri. Kebanyakan hanya brand besar. Dan ternyata ada pabrik yang mau diajak bekerjasama. Pada akhirnya, aku men-create semua sendiri, mulai dari branding, nama, logo, produk, formula sampai launch, “ lanjut Lizzie.

Passion di dunia makeup dan bisnis membawa brand miliknya meraih sukses. Lizzie mengaku memulai segalanya dari mimpi.

Mimpi miliki brand kosmetik sukses tidak hanya dimiliki oleh Lizzie. Dibuktikan dengan makin menjamurnya brand indie yang memberi dampak positif pada industri kosmetik tanah air.

Data dari Kementerian Perindustrian setidaknya mencatat sekitar 760 perusahaan kosmetik di Indonesia ikut mewarnai pasar domestik.

Produksi kosmetik dalam negeri diisi oleh 23 industri besar dan 730 industri kecil menengah (IKM). Perusahaan yang memproduksi dan menjual merek-merek makeup, skin care, body care dan feminine hygine care itu berhasil menyerap 7.500 tenaga kerja langsung dan 600.000 tenaga kerja tak langsung. Sehingga industri kosmetik dinilai berpotensi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Go Local!

Makin ketat persaingan, brand kosmetik lokal makin menyadari pentingnya ciri khas. Mereka harus menciptakan produk yang ‘berbeda’ dari yang sudah ada.

Mayoritas brand indie juga tidak main-main, produk yang mereka keluarkan sudah melalui uji klinis dan perizinan memadai. Para pemilik brand paham pentingnya sebuah kualitas, baik cara pengolahan maupun pemilihan bahan.

Seperti produk perawatan kulit, Pavettia Skincare. Sebagain besar bahan yang digunakan dalam produknya menggunakan tanaman yang diambil dari kebun milik sendiri. Tentu saja disertai pembiakan organik, bebas pestisida serta dipanen manual.  

Bahan pembuat Pavettia Skincare berasal dari kebun sendiri. Foto: instagram @Pavettiaskincare
 
Inovasi juga tidak ditinggalkan oleh brand besar, seperti Sariayu Martha Tilaar. Menjawab kebutuhan akan green product, perusahaan ini merilis lini keduanya Sariayu Solusi Organik Revolution Renewage. Mengambil biji anggur dari perkebunan Prancis, produk diolah tanpa paraben, minyak mineral serta SLS.

Brand ini bahkan sudah mengantongi sertifikasi Ecocert. yakni satu badan sertifikasi dunia untuk memeriksa dan menyarankan perusahaan pada kegiatan ekologis bertanggung jawab, ramah lingkungan dan sesuai secara global di sektor organik.

Semua boleh saja berinovasi demi manarik minat konsumen. Tapi sesungguhnya apa yang dicari konsumen dari sebuah brand lokal?

VIVA bertanya kepada Arini, seorang pegawai swasta di Jakarta. “Sebenarnya, saya bukan tipe yang dandan banget. Makeup yang dipakai juga standar, paling lipstik, bedak dan pensil alis. Semua buatan sini. Pensil alis dari Viva, lipstik Wardah, dan bedak Sariayu. Kenapa milih itu? Karena gampang didapat, di supermarket juga ada, ga perlu ke mal. Murah, dan warnanya masuk ke kulit,” tutupnya.

Lain lagi dengan alasan Ary, wanita yang punya hobi koleksi makeup. “Aku suka banget nyoba macem-macem warna lipstik. Akhir-akhir ini lagi suka hunting brand lokal yang dupe. Rasanya excited kalo nemu yang kualitasnya oke banget. Sejauh ini aku paling suka lip matte dari BLP. Paling penting untuk aku itu warna, terus harga, dan terakhir brand. Aku lebih milih punya beberapa lipstik yang ga mahal dibanding cuma punya satu yang mahal,” kata Ary.

Produk kosmetik lokal bisa dikatakan punya beberapa keunggulan. Harga yang lebih kompetitif serta pilihan warna yang makin variatif.

Selain itu, brand lokal pun sudah berkembang dari segi formulanya. Contohnya berbagai lipstik cair yang nyaman dan ringan ketika digunakan. Kualitas yang sebanding dengan brand luar negeri dalam harga yang lebih murah.

Karena kini brand lokal sudah banyak peminatnya, maka membelinya juga jauh lebih mudah. Bisa di supermarket, drug store atau online. Tidak perlu lagi blusukan ke pasar seperti saya dulu.
 
Jasa Influencer

Komunitas dan forum pecinta makeup tumbuh subur pada platform digital. Komunitas itu secara aktif membahas produk-produk terkini. Informasi soal brand kosmetik lokal, yang baru sekalipun, makin mudah didapat.

Pergerakan beauty society di Instagram dan YouTube, telah ‘melahirkan’ ikon kecantikan baru yang disebut beauty influencer. Banyak beauty vlogger dan blogger yang memberi ulasan terhadap suatu produk dan menjadikannya populer. Ini merupakan keuntungan bagi brand kosmetik indie.

Hal itu diakui oleh Rara, yang selalu antusias mencari tahu tren kecantikan terkini. “Bekerja di majalah wanita, saya perlu tahu perkembangan makeup terkini. Salah satu caranya, ya dengan melihat review dari beauty influencer. Saya juga suka video tutorial makeup dari beauty blogger kesayangan. Biasanya, sih, setelah nonton, saya jadi pengen punya produknya juga...ha...ha...ha,”katanya.

Ditanya tentang makeup lokal, Rara semangat menjawab, “Nah, itu juga. Saya tahu banyak merek lokal yang belum pernah saya lihat atau dengar sebelumnya dari beauty blogger. Tertarik nyoba, dan sekarang jadi ketagihan hunting brand lokal yang lucu-lucu.”

VIVA juga bertanya kepada Lizzie, bagaimana brand BLP miliknya bisa booming dalam waktu singkat. Kata Lizzie, “Intinya sih gini, aku udah ada di dunia ini kurang lebih tujuh tahun. Sebelum punya makeup line, aku kan sudah aktif di dunia sosial media dan makeup artist. Jadi aku sudah punya kepercayaan dari orang-orang yang udah follow aku, klien, jadi pada saat aku create brand, aku punya beban lebih karena orang mengharap banyak dari aku. Karena aku juga seorang beauty influencer dan make up artist. Pas aku launch, thanks God sambutannya bagus banget dari teman-teman followers dan yang pengen coba. Thanks God juga reviewnya juga bagus.”

Ada juga beberapa brand yang sengaja menggunakan jasa beauty influencer untuk mempromosikan produknya. Terbukti, trik ini bisa membuat nama brand lebih dikenal publik.

Artis Tak Mau Ketinggalan

Masyarakat Indonesia punya minat yang tinggi untuk kecantikan. Melihat data dari sigmaresearch.co.id, kemajuan industri kecantikan di Indonesia saat ini menunjukkan peningkatan.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (2016), pertumbuhan pasar industri ini rata-rata mencapai 9,67% per tahun dalam enam tahun terakhir (2009-2015). Dengan jumlah tersebut, Indonesia menjadi pasar potensial bagi para pengusaha industri kecantikan.

Peluang ini rupanya dilihat oleh artis-artis yang bermata jeli dan punya jiwa bisnis tinggi. Terhitung setidaknya ada 10 artis yang mendirikan brand kecantikan. Rata-rata produk unggulannya masih berupa lip matte. Seperti milik Aurel Hermansyah yang diberi nama Aurelolly Lipcream. Ada pula Val, matte lipstick milik Valerie Thomas. Sementara lipstik cair yang multifungsi ditawarkan oleh Zaskia Adya Mecca lewat Zam Cosmetic.

Bintang muda, Valerie Thomas punya bisnis kosmetik sendiri. Foto: instagram@Val,valeriethomas

Sementara jenis kosmetik yang lebih beragam ditawarkan oleh Jedar Cosmetic milik Jessica Iskandar. Inul Daratista lewat Inul Cosmetic sudah lebih dulu hadir. Sementara brand Dissy milik Ussy Sulistyowati yang awalnya hanya memproduksi lipstick cari kini makin berkembang. Artis muda seperti Prilly Latuconsina lewat Ily Cosmetic juga tidak mau kalah.

Jika yang lain memilih produk dekoratif, lain hal dengan tiga artis ini. Bisnis masker kefir dimiliki oleh Natasha Wilona (Bio Kefir) dan Ina Thomas (Medina Organik Kefir).

Baru-baru ini perancang busana yang kini aktif di dunia hiburan, Ivan Gunawan juga ikut merilis lini kosmetik Ivan Gunawan Cosmetic.

Nama besar sang pemilik secara langsung atau tidak langsung, membuat brand mereka lebih dikenal publik. Tapi tentu saja, butuh lebih dari nama untuk mempertahankan dan membesarkan bisnis. Brand milik para artis ini harus sanggup bersaing dengan brand lokal besar dan juga brand indie yang punya keunikan tersendiri.

Industri kecantikan Indonesia memang sedang berkembang pesat. Hal ini juga dipengaruhi tingginya permintaan dan kebutuhan konsumen akan produk kosmetik berkualitas dalam harga terjangkau.

Meski begitu, pengusaha industri kosmetik masih menghadapi banyak tantangan. Seperti yang diakui oleh Lizzie Parra, “Kendala banyak banget, yang utama adalah produksi. Karena kita berhubungan dengan instansi lain dimana tidak bisa selalu seperti yang kita inginkan. Caranya dengan menyiapkan plan A, plan B, plan C, apabila ada misalnya kegagalan produksi atau keterlambatan produksi. Tantangan utama lebih kesitu kalau dari BLP.”

Tapi segala hambatan bisa diatasi. Apalagi pemerintah juga berkomitmen mendukung pertumbuhan industri kecantikan. Dilansir dari kontan.co.id, pemerintah optimistis dengan perkembangan sektor industri ini. Apalagi saat ini, produksi kosmetik dalam negeri digawangi oleh 23 industri besar dan 730 industri kecil menengah (IKM). Industri kosmetik dalam negeri bisa tumbuh lagi dan meraup nilai perdagangan hingga Rp 50 triliun.

Kemenperin mencatat, pertumbuhan industri kimia rata-rata dalam lima tahun terakhir di kisaran 7%-8%. Sedangkan sampai kuartal I-2017, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan produksi industri produk kimia mencapai 9,5%.

Dengan begitu dapat diprediksi, pertumbuhan brand kosmetik lokal akan makin cantik hingga setidaknya tiga tahun ke depan. (ren)