Antibiotik Ampuh Sembuhkan Corona di Italia, Ini Faktanya

Ilustrasi salah satu sudut di Kota Roma saat Italia lockdown akibat wabah virus corona
Sumber :
  • Ist/bbc

VIVA – Beredar unggahan di facebook soal klaim antibiotik dapat menyembuhkan virus corona. Para dokter Italia mengungkapkan kematian pasien corona bukan karena virus, tapi bakteri.

Informasi yang diklaim berasal Kementerian Kesehatan Italia mengungkapkan bakteri memiliki kemampuan menggumpalkan darah penderita corona. Akibat darah yang menggumpal, penyaluran oksigen pada jantung dan paru-paru akan terganggu. Pasien pun akan meninggal karena tak bisa bernapas.

Lebih lanjut, dijelaskan juga cara ampuh menyembuhkan corona bukan dengan ventilator tapi dengan antibiotik, anti inflamasi, dan anti koagulan.
Berikut narasinya:
"Setelah mengetahui diagnosis ini, Kementerian Kesehatan Italia segera mengubah protokol pengobatan covid-19, dan mulai memberikan pada pasien positif mereka aspirin 100mg dan apronax atau paracetamol
Hasilnya pasien mulai pulih dan hadir perbaikan dan Departemen Kesehatan merilis dan mengirim pulang lebih dari 14 ribu pasien dalam satu hari"

Verifikasi Fakta
Melalui artikel Fact Check: Blood clot the main reason for covid-19 death, claims conspiracy theory pada media India Today 25 Mei 2020, Direktur rumah sakit LNJP Delhi, India Suresh Kumar membantah antibiotik ampuh mengobati corona.

"Secara ilmiah tidak ada peran antibiotik mengobati penyakit akibat virus corona," katanya.
Kumar melanjutkan antibiotik memang diberikan juga pada pasien covid-19, tapi untuk melawan infeksi bakteri sekunder atau kolateral. Bakteri sekunder merupakan bakteri yang hidup berdampingan dengan corona.

Lebih lanjut pada laman resmi WHO juga dipastikan soal antibiotik tak ampuh mengobati virus. Tapi, antibiotik hanya dapat mengobati penyakit akibat bakteri.
Corona merupakan virus dan antibiotik tak dapat mencegah atau mengobati virus.

"Bila anda dirawat di rumah sakit karena covid-19, dan harus meminum antibiotik, itu karena infeksi bakteri," kutip dari laman resmi WHO.