CEK FAKTA: Sandi Sebut RI Ranking 10 Global Islamic Economic Index

Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Salahudin Uno.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

VIVA – Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno dalam debat capres terakhir di Hotel Sultan, Jakarta menyebutkan bahwa peringkat Indonesia dalam laporan Global Islamic Economy Index masih jauh di bawah harapan. Indonesia kata dia seharusnya bisa menjadi pentolan soal ekonomi Islam. Apalagi dengan penduduk muslim terbesar dunia.

"Dalam Global Islamic Economic Index, kita melihat bahwa Indonesia masih peringkat sepuluh padahal kita sebagai negara dengan duduk Muslim terbesar mestinya bisa lebih memberikan ranking yang lebih baik," kata Sandiaga Uno saat mendampingi Capres Prabowo Subianto dalam debat, Sabtu 13 April 2019. 

Sandi mengatakan, Indonesia juga pengimpor produk halal nomor empat. Namun sebenarnya bisa lebih tinggi dari peringkat itu. Sandi mengatakan, yang menjadi penting adalah pemerintah harus bisa menciptakan iklim yang lebih kondusif untuk peningkatan produksi barang-barang halal.

Bagaimana faktanya?

Menurut laporan State of the Global Islamic Economy 2018/2019 yang dikeluarkan oleh Dubai The Capital Islami Economy, Thomson Reuters dan Dinar Standard memang menunjukkan bahwa peringkat Indonesia ada pada ranking 10.

10 besar peringkat mulai dari yang paling baik yaitu Malaysia, Uni Emirat Arab, Bahrain, Arab Saudi, Oman, Yordania, Qatar, Pakistan, Kuwait, Indonesia. Sementara urutan selanjutnya yakni 11 hingga 15 yaitu Brunei, Sudan, Iran, Bangladesh, Turki.

Namun dalam laporan tersebut dimuat bahwa peringkat Indonesia itu naik satu peringkat yang sebelumnya hanya peringkat 11. Indonesia pada laporan terakhir masuk 10 besar mengalahkan Brunei Darussalam. Indonesia disebut bisa naik peringkat lantaran memperhatikan standar produk makanan halal.

Sementara untuk peringkat Islamic Finance Country, Indonesia pada laporan tahun 2018 menempati posisi tujuh.

Mengenai pengimpor produk halal, dalam pemberitaan media massa awal tahun 2019 disebutkan bahwa memang Indonesia masih masuk lima besar negara yang mengimpor produk halal. Hal itu yang menjadi pekerjaan rumah agar Indonesia justru bisa menjadikan negara lain yang menjadi pasar produk halal.

Pada tahun 2017, Indonesia mengimpor sekitar USD19,5 miliar produk-produk halal dari negara lain.

"Bagaimana selanjutnya mendorong produk domestik untuk mengganti produk-produk impor yaitu dengan meningkatkan produksi makanan, fashion, kosmetik, farmasi dan media rekreasi," kata Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC), Sapta Nirwandar dikutip dari media nasional pada Sabtu, 26 Januari 2019. (mus)