Viral Yel-yel Hancurkan Risma, Golkar: Ekspresi Kekecewaan Warga
- Humas Pemkot Surabaya
VIVA – Ketua DPD Golkar Surabaya Arif Fathoni merespons munculnya aksi teriakan yel-yel 'Hancurkan Risma' oleh sekelompok orang yang videonya viral. Menurut dia, kemunculan video itu ekspresi kekecewaan sebagian warga terhadap Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini alias Risma.
Warga kecewa karena Risma dinilai condong ke salah satu pasangan calon atau paslon di Pilkada Surabaya. Di video berdurasi 19 detik itu terdapat tokoh yang baru saja dipecat PDIP dari keanggotaan partai, Mat Mochtar.
"Munculnya video tersebut merupakan ekspresi kekecewaan sebagian masyarakat Surabaya utara yang selama ini all out memperjuangkan dan mendampingi Risma baik dalam momen pemilukada maupun saat saat Risma mau dimakzulkan oleh DPRD saat itu," kata Arif pada Jumat, 27 November 2020.
Dia menyinggung kebijakan Risma yang tak bermanfaat bagi warga Surabaya utara. Kata Arif, warga di wilayah tersebut tak merasakan manfaat kepemimpinan Risma.
"Masyarakat Surabaya utara nyaris tidak pernah mendapatkan manfaat kebijakan pembangunan dari Wali Kota Surabaya. Yang diperindah hanya tengah kota saja, sehingga wajar saat ini masyarakat di sana mengalihkan dukungannya ke paslon MAJU (Machfud Arifin-Mujiaman), karena menjadi korban PHP pembangunan 10 tahun terakhir," tuturnya.
Menurut Arif, video itu tidak akan pernah ada jika Risma memposisikan diri sebagai pemimpin yang mengayomi semua paslon dan bertindak netral. Bila begitu, semua warga akan memujinya sebagai pemimpin yang bersikap negarawan.
Namun, lanjut dia, faktanya Risma bertindak selaku politikus yang tidak netral.
Baca Juga: Wakil Risma soal Pilkada Surabaya: Saya Mengamankan Perintah Megawati
Arif mengklaim, sejak awal jagoan yang diusung Golkar di Pilkada Surabaya, Machfud Arifin, mendapatkan banyak kampanye negatif yang menjurus ke kampanye hitam.
"Namun, sebagai abdi Bhayangkara, yang memiliki niat tulus untuk membangun Kota Surabaya yang telah melahirkan Beliau, Pak Mahfud lapang dada dan tetap terus bergerak menyapa masyarakat, menyadarkan masyarakat Surabaya agar Surabaya naik level," ujarnya.
Ia berharap masyarakat Surabaya tidak terpengaruh upaya playing victim yang sedang dijalankan tim sebelah dengan mengkonsolidasikan pasukan medsos.
"Karena ketidakadilan yang sesungguhnya adalah menggunakan uang APBD yang bersumber dari pajak rakyat untuk kepentingan kontestasi," katanya.
Sebelumnya, video berdurasi 19 detik dengan yel-yel 'Hancurkan Risma' viral di media sosial. Dalam video itu terdapat sekelompok orang dengan atribut paslon nomor urut 2 Pilkada Surabaya, Machfud Arifin-Mujiaman, dan kelompok kaus hitam-hitam bergambar banteng yang identik dengan massa Banteng Ketaton.
Terdapat juga kader senior PDI-Perjuangan yang telah dipecat, Mat Mochtar dalam video tersebut. Mat Mochtar mengakui soal video itu dan dibuat pada Rabu, 25 November 2020.
"Videonya kemarin, masih baru. Aku yang dihancurno sampai dipecat, sing menghancurkan saya Bu Risma. Dari pada aku hancur ya Bu Risma tak hancurno (saya hancurkan), timbang PDIP sing hancur (yang hancur)," kata Mat.
Putra Risma, Fuad Benardi, mengaku sedih dengan beredarnya video tersebut. Padahal, kata dia, ibunya sudah tidak berkontestasi lagi di Pilkada Surabaya kali ini.
"Kenapa nama ibu yang dibawa-bawa sampai mau dihancurkan. Hancurkan itu bermakna dua, pertama menghancurkan secara fisik dengan cara kekerasan, kedua menghancurkan program yang sudah berjalan," katanya. (ase)