Survei LSI: Gerindra Bakal Geser Golkar dalam Pemilu 2019
- Lingkaran Survei Indonesia
VIVA – 1.200 responden yang dijadikan sampel Lingkaran Survei Indonesia atau LSI Denny J.A menyebut tingkat elektabilitas Partai Golkar sebesar 11,3 persen.
Jumlah itu dianggap merosot dari posisi Partai Golkar yang selalu bertengger di posisi dua besar sebagai peserta pemilu. Partai Gerindra menggeser Partai Golkar, jelang pemilu yang akan dilaksanakan tahun depan.
"Golkar terancam tidak masuk dua besar pemenang pemilu untuk pertama kalinya," kata Peneliti LSI Denny J.A, Adji Alfaraby, saat menyampaikan keterangan pers di kantornya Jalan Pemuda, Jakarta, Rabu 12 September 2018.
Posisi Golkar dalam survei itu menunjukkan, partai pimpinan Airlangga Hartarto turun peringkat sejak pemilu langsung dilaksanakan di tahun 1999.
Sejak 1999, partai Pohon Beringin ini selalu juara kedua sebanyak tiga kali, dan 2004 menjadi pemenang pemilu.
"Posisi Partai Golkar saat ini akan menjadi yang terburuk dalam sejarah pemilu di era reformasi," kata dia.
Ada dua faktor yang membuat elektabilitas Partai Golkar merosot. Perubahan dukungan itu didasari tak ada satu pun kader mereka yang ditempatkan sebagai calon presiden dan calon wakil presiden. Selain itu, pelbagai kasus korupsi yang menimpa elite partai, cukup berdampak pada citra buruk organisasi.
Belakangan, citra itu ditambah kasus perkara dugaan suap pembangunan PLTU Riau-1, yang melibatkan mantan sekjen Partai Golkar, Idrus Marham, dan mantan ketua umum Partai Golkar, Setya Novanto.
"Sentimen negatif yang terus menimpa Partai Golkar, nampaknya belum diimbangi dengan mobilisasi sentimen positif, sehingga berpeluang menurunkan dukungan," kata dia.
Namun, keadaan bisa berubah dalam tujuh bulan ke depan jika Partai Golkar berbenah diri. Kata Adjie, Partai Golkar dianggap masih memiliki segudang kader yang punya ketokohan tinggi di daerah, serta didukung logisitik kuat.
Survei ini memiliki margin of error kurang lebih 2,9 persen. Dalam survei ini pemilih yang belum menjawab atau undecided voters sebanyak 25,2 persen. Adjie mengatakan, survei ini harus dilihat Partai Golkar sebagai rujukan untuk menentukan strategi.
"Karena itu, memang harus ada perubahan atau gebrakan luar biasa kalau ingin tetap menjadi partai papan atas," kata Adjie.