Ketika Petugas Situng KPU Kerja 'Lebih 18 Jam Sehari dan Tak Pulang'
- bbc
Para petugas situng (Sistem Informasi Penghitungan Suara) Jakarta Pusat bercerita tentang tugas mereka memasukkan data pemilihan presiden dan legislatif, kerja berat yang terkadang sampai lebih dari 18 jam sehari.
Bayu Nuhroho, petugas pemilu di Jakarta Pusat, termasuk di antaranya. Sejak sebelum hari pencoblosoan hingga Jumat (26/04), ia belum pulang bertemu dengan anak istrinya.
Ia terpaksa menginap di tempat data situng Jakarta Pusat. Sejak masa penghitungan suara, Bayu menjadi verifikator bersama empat orang lainnya untuk lebih dari 3.000 Tempat Pemungutan Suara se-Jakarta Pusat.
"Nunggu C1 dari bawah, kita memilah, kita mensortir, kita menginput, memverifikasi, dan jaringan sedang padat juga, lagi puncak-puncaknya, ya sudah kita full 24 jam, kalau dibilang lelah ya lelah, tapi ini tugas," cerita Bayu.
"Kadang kita juga tidur di depan laptop," tambahnya. "Makanya kantong mata saya tebal," katanya kepada Arin Swandari yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Jika sudah benar-benar tak tahan, Bayu merebahkan diri di tempat kosong, di tenda seukuran sekitar 10x15 meter yang didirikan di belakang kantor. Sudah tiga hari Bayu bekerja di bawah tenda itu. Sebelumnya Bayu bersama para petugas pemilu se-DKI bekerja bersama di sebuah hotel.
Itulah yang kini jadi ruang kerja para petugas situng Jakarta Pusat.
Bila petugas situng berhadapan dengan komputer, di lapangan, petugas yang menghitung jumlah suara secara manual tergabung dalam Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara atau KPPS. Sampai Kamis (25/04) petugas KPPS yang meninggal dunia berjumlah 225 orang sementara yang sakit lebih dari 1.400 orang.
Petugas situng juga melakukan tugas yang menguras tenaga, seperti yang diceritakan Saidah yang menjadi operator dan penerima berkas.
Saidah mengaku harus minum vitamin selama menangani hitungan suara agar bisa bertahan.
"Saya tidur kalau sudah kelelahan banget. Selama kemarin kami di hotel, saya sampai jam 03:00 pagi maksimal setengah empat saya baru ke kamar."
Pukul 08:00 pagi Saidah sudah harus kembali untuk bersiap-siap dan sejam kemudian sudah berada di depan komputer.
"Subuh baru bisa cepat"
Radiansyah yang juga bertugas sebagai verifikator mengatakan, pekerjaan mereka juga tak hanya mengandalkan mata dan konsentrasi.
"Sistemnya kalau server loading -nya lama, kita hanya sedikitnya saja untuk verifikasinya," katanya.
Artinya, jika server KPU lambat lantaran harus menerima hasil verifikasi dari seluruh Indonesia, akan memperlama proses kerja.
"Kalau kita subuh baru bisa cepat," lanjut Radiansyah.
Bagi Fauziah Ayunanda, yang menginput data, hari-hari pertama proses ini dilalui di depan komputer hingga pukul 04:00 pagi.
Sekarang, kata Fauziah, sudah lumayan, pukul 23:00 sudah bisa beristirahat, paling lama pukul 02:00 pagi.
"Stresnya mata lelah, lelah banget, soalnya datanya banyak, tangan kanan juga (pegal)," tambahnya.
Berapa honor yang diterima? "Rp1 juta untuk enam hari," kata Saidah. Itu dipotong pajak.
Bagaimana proses situng di kabupaten kota?
Para petugas situng di Jakarta pusat bekerja di tenda. - BBC
Berkas-berkas yang masuk dari TPS-TPS akan diterima dengan sangat hati-hati karena berkas harus lengkap, cerita para petugas.
"Kan banyak yang tidak komplit, di kepala di C1-nya, berita acaranya juga banyak yang tak komplit, kita harus hati-hati banget, data yang paling akurat kan di data manual itu," jelas Saidah yang merangkap tugas sebagai penerima berkas.
Dela Adi Sucipto, Kepala Sub Bagian Teknis KPU Jakarta Pusat menjelaskan setelah berkas diterima dan diverifikasi, selanjutnya dipilah-pilah.
C1 yang akhirnya sudah diterima lalu dipindai. Tantangan dalam proses ini adalah padatnya lalu lintas scan n ing ke server KPU.
Jika cepat bisa dilakukan dalam hitungan tiga menit, tapi jika lambat bisa sampai 10 menit bahkan lebih lama untuk memindai.
Setelah proses pindai, data C1 diinput ke server sebagai bahan hitung suara.
Dela mengatakan data yang dimasukan harus sama persis dengan C1.
"(Yang) tertera di C1 apa adanya," tambahnya.
Sementara untuk menginput, modal utama input, kata Fauziah, adalah ketelitian agar tidak terjadi salah input.
Cek ulang satu-satu
"Misalnya 112, tangan kan suka capek ya, itu kan ribuan, jadi 122, kadang begitu," katanya.
"Kalau salah Fauziah Ananda, dipanggil, ini datanya beda, `oh ya nanti dihapus`," kata Fauziah bercerita bagaimana para verifikator memeriksa hasil kerjanya. Data akan diinput ulang.
Kunci berikutnya ada di tangan verifikator, yang bertugas memverifikasi hasil entri dan scan C1.
"Kita harus cross-check satu-satu hasil entri, dan riil C1-nya. Harus sesuai," kata Radiansyah.
"Sebelum di- publish , kami-kami ini (verifikator) yang memeriksa, dari inputan dan hasil scan, kalau inputan dan hasil scan tidak sama, tidak akan kami publis h ," tambah Bayu Nugroho verifikator lain di Jakarta Pusat.
Setelah diterbitkan oleh verifikator, angka akan masuk ke website KPU RI, dan dimonitor oleh KPU provinsi.
Di KPU Pusat, data akan diverifikasi kembali, sebelum akhirnya bisa dilihat semua orang.
Hasil situng ini tidak akan dijadikan sebagai angka penetapan pemenang pemilu.
Penetapan hanya berdasarkan rekapitulasi manual, sedangkan situng adalah data yang disajikan untuk publik untuk mendukung proses transparansi, sehingga jika ada kesalahan data bisa dikoreksi.
Pada tahap ini publik bisa berperan serta mengoreksi.