Ban Pakai Cairan Pelapis Antibocor, Amankah?
- Pixabay/Mikesphotos
VIVA – Kemajuan teknologi yang disematkan pada ban, membuat mobil maupun sepeda motor keluaran baru tidak lagi menggunakan ban dalam (tube tyre). Ban yang lebih banyak digunakan saat ini adalah jenis tubeless.
Dengan ban tubeless, pengendara tak perlu khawatir saat ban menginjak benda tajam karena angin di dalamnya tidak langsung berkurang atau kempis.
Meski ban tubeless sudah dirancang untuk bisa menahan tyre puncture atau tusukan pada ban, banyak pemilik kendaraan di Indonesia menambahkan cairan antibocor. Cairan tersebut kini banyak dijual di bengkel umum dan toko ban.
Sport Segment Business Manager PT Michelin Indonesia, Refil Hidayat mengatakan, saat ini memang banyak produk sealant liquid atau cairan antibocor khusus ban mobil dan motor.
"Ban adalah sebuah produk yang dirancang untuk menyesuaikan dengan performance, safety, harus punya grip yang baik, noise juga harus bagus, jarak pemakaian sudah dihitung, tapi kan teknologi berkembang dan sekarang ada sealant liquid. Nah sealant ini yang nantinya akan menutup lubang yang ada pada ban," kata Refil di Jakarta.
Dengan penggunaan cairan ban tersebut, dikatakan Refil, memang akan membantu pengemudi saat ban-nya menginjak benda tajam. Sehingga, angin di dalam ban bisa ditahan untuk tidak keluar meski terjadi sobekan pada ban.
Namun, penggunaan cairan antibocor tersebut juga memiliki risiko, yakni massa ban akan menjadi lebih berat daripada ukuran standarnya. Hal tersebut lantaran, cairan ini lama kelamaan akan berubah menjadi seperti karet untuk melindungi bagian dalam ban.
"Produk sealant ini bermacam-macam, yang bagus mungkin tidak akan berpengaruh pada ban, tetapi kalau dia yang kurang bagus pasti dikhawatirkan berpengaruh pada komponen di dalam ban dalam jangka waktu yang panjang," ujarnya.
"Kalau memang mau pakai cairan tersebut, pilih yang kualitasnya baik dan sudah cukup terdengar namanya. Kalaupun enggak pakai ya tidak masalah," kata Refil.