Berkaca dari Kasus Pembacokan Ahli IT ITB di Jalanan
- VIVA.co.id/Siti Ruqoyah
VIVA.co.id – Kekerasan di jalan raya dan aksi begal kerap terjadi pada malam hari. Bahkan, pada Minggu dini hari, 9 Juli, tepatnya pukul 04.00 WIB di tol Jagorawi KM 6, pembacokan dialami Hermansyah ahli IT dari ITB.
Atas hal ini, Jusri Pulubuhu, sebagai penggagas Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) turut angkat bicara. Kata dia, berkendara pada malam hari menjelang pagi itu sama saja perbuatan konyol, karena fisik dan pola pikir sudah berbeda.
“Jadi ada mental distruction, yaitu pemicu ketika kita melakukan tindakan anomali atau abnormal saat kita sedang letih. Seperti stres atau sedang mengalami situasi kegembiraan yang luar biasa. Sehingga logika kita tidak bermain,” ujarnya kepada VIVA.co.id.
Maka untuk berkendara, bukan hanya sekadar memiliki keterampilan, tapi kematangan intelektual. Kata Jusri, kematangan intelektual itu tidak semata dia menguasai satu subjek, tetapi kematangan bagaimana dia berpikir untuk berhitung.
“Coba bayangkan jam 04.00 pagi mengemudi yang rawan gelap sepi. Ini malah ngajak berantem, apalagi bawa istri, kan salah banget. Untuk selamat dan aman di jalan dibutuhkan kematangan emosional, kematangan persepsi, cara berhitung,” tuturnya.
Menurut dia, mengemudi itu tidak semata membutuhkan keterampilan. “Saya meskipun badan saya besar juga takut. Apalagi kaca matanya gelap, kalau dia bawa pistol, ini kan kematangan intelektual. Kalau orang bodoh lain yang enggak sekolah sih beda, kalau ada yang jual pasti dibeli sama dia,” katanya. (ase)