Mau Naik Motor Trail tapi Postur Kurang Tinggi, Bagaimana Tekniknya?

Honda CRF150L dites di Dago, Bandung oleh sejumlah jurnalis.
Sumber :
  • VIVA/Rendra

VIVA – Sejak beberapa tahun terakhir, peminat motor trail atau off road di Indonesia mulai mengalami pertumbuhan. Itulah mengapa, sejumlah pabrikan turut menjual unitnya di Tanah Air.

Meski demikian, naik motor trail bukannya perkara mudah. Sebab, umumnya, kendaraan penggaruk tanah tersebut memiliki jarak tapak atau ground clearance yang lebih tinggi dibandingkan tunggangan lainnya. Sehingga, sebagian orang bertubuh pendek kesulitan saat mengendarainya.

Lantas, adakah cara atau teknik khusus untuk menyiasati hal tersebut? Jawabannya: ada.

Trabasan Yamaha WR155 R di Hambalang.

Photo :
  • Yamaha Indonesia.

Instruktur Yamaha Racing Academy, Muhammad Arief mengatakan, orang-orang berpostur pendek sebenarnya bisa mengendarai motor trail dengan mudah. Syaratnya, mereka harus memahami posisi duduk atau riding position selama di kendaraan.

Pertama, upayakan saat berhenti atau diam, hanya satu kaki yang turun, bukan dua. Sebab, jika keduanya turun, maka yang ada malah jinjit balet, alias tidak menapak sempurna. Hal tersebut bisa mengganggu keseimbangan motor trail yang dikenal cukup berat.

“Untuk orang yang posturnya kurang tinggi, tipsnya jangan fokus menapak dua kaki saat berhenti. Jadi, satu aja. Karena dari segi kekuatan, lebih kuat menapak dengan satu kaki tapi sempurna, ketimbang dua tapi menjinjit,” ujar Arief saat berbincang dengan media di Hambalang, Jawa Barat, dikutip Rabu 15 Desember 2021.

Selain itu, saat hendak naik motor, usahakan posisi gear sudah berada di gigi satu, bukan netral. Setelah itu, naiklah ke motor saat kondisinya masih terstandar. Jika sudah berada di atas, hempaskan standar, lalu mulailah melaju.

“Pas naik ke motor, gear jangan netral. Karena apa? Nanti ribet. Soalnya, kaki bakal turun lagi, masukin gigi, naik lagi. Kerja dua kali,” terangnya.

Yamaha WR250R

Photo :
  • Toto Pribadi/VIVA.co.id

Lebih jauh, dia menjelaskan, sebelum benar-benar berhenti di satu titik, pengendara bertubuh pendek harus sudah tahu di mana kakinya akan berpijak. Misalnya, di gundukan tanah atau bebatuan yang permukaannya lebih tinggi.

“Kalau di jalur, sebelum berhenti kita udah ada tempat tujuan untuk berhenti, misal cari gundukan jalan. terus pas berhenti pastikan gear satu, jadi pas turun dan mau jalan, tinggal gas aja,” tuturnya.

“Kalau lagi trabasan ramai-ramai, mereka yang tubuhnya pendek juga harus jaga jarak. Sebab, kalau mendadak berhenti, kita gak punya waktu buat nyari tumpuan. Jadi nyari momentum yang pas,” kata dia menambahkan.